Jilid 16

608 15 0
                                    

Seperti tertawa tidak tertawa kakek aneh itu mencemooh "Baik, Sebun Ya memang kau patut dipuji, melihat wibawamu ini, biar aku ampuni jiwa komplotanmu itu, tapi lebih baik kalau kau undang dia keluar dulu, memangnya kau tidak ada pesan terhadapnya? Tentunya kau tahu, aku orang she Kim selamanya tidak memberi ampun kepada musuhku."

Saking marah Sebun Ya malah ter-bahak2, jengek-nya: "Kim Cau-gak, jangan takabur, Sebun Ya memang sudah bertekad takkan pulang dengan hidup, kuharap kaupun mempersiapkan dirimu sendiri, tinggalkan pesanmu kepadaku saja."

Kakek tua ter-loroh2: "Hm, ternyata kau bertekad adu jiwa dengan aku, memangnya kau mampu mengejar keinginan hatimu sendiri, Baik, kau hendak adu jiwa, marilah turun tangan." lahirnya dia berucap dengan pongah, bahwasanya hatinya sudah rada gentar. Maklumlah meski Say-ci-hong tokoh ketiga dari Su-pak-thian, kepandaiannya justru tidak lebih asor dari Tang-hay-liong, terutama Say-ci-kiam-hoat yang dia yakinkan sungguh hebat dan luar biasa, Mau tidak mau si kakek harus menimang2: "Sebun Ya berani bicara, bukan mustahil dia sudah meyakinkan ilmu untuk gugur bersama, aku jangan terlalu lena menghadapinya."

Baru sekarang Hong-lay-mo-li tahu nama kakek tua ini, meski kepandaiannya maha tinggi, mau tak mau mencelos juga hatinya, pikirnya: "Kiranya Ki-lian-lo-koay Kim Cau-gak, jadi dia masih hidup, Tak heran Say-ci-hong bertekad mengadu jiwa, To Toa-hay dan lain2 dengan mudah dibabat habis olehnya."

Tiga puluh tahun yang lalu, itu waktu negeri Kim di bawah kekuasaan pangeran keempat Wusu yang pegang kekuatan perang, secara langsung berhadapan dengan panglima perang dari negeri Song yang kenamaan Gak Hui, anak buah Wusu ada seorang Busu yang terkenal, nama terangnya semula

tiada orang tahu, tapi karena pasukan Kim selalu dibrantas habis2an oleh Gak Hui, maka dia lantas ganti namanya menjadi Kim Cau-gak, artinya negeri Kim mengungguli Gak Hui.

Kepandaian silat Kim Cau-gak memang teramat tinggi, beberapa kali Wusu lolos dari maraba-haya berkat pertolongan nya. Belakangan dalam suatu pertempuran kebentur dengan anak buah Gak Hui yang gagah berani Nyo Cay-hien, dalam pertempuran di Siau-siang-ho, perutnya tertusuk kedodoran usus-nya oleh tombak Nyo Cay-hien, sementara Nyo Cayhienpun gugur di bawah hujan panah musuh.

Orang banyak kira Kim Cau-gak sudah menemui ajalnya, di-luar tahunya, dia tidak mati, Tapi setelah menyembuhkan Iuka2nya, sementara itu, Wusupun sudah ajal, ilmu silatnya belum pulih seluruhnya, terpaksa dia harus menyingkir dan mengasingkan diri di Ki-lian-san.

Sejak beberapa tahun yang lalu dia dijuluki Ki-Iian-Io koay, dalam sepuluhan tahun belakangan ini, hanya dua kali ia turun gunung, akhirnya mati hidupnya tak diketahui Iagi, Waktu ia turun gunung yang terakhir, menurut penuturan orang yang bentrok dengan dia, bahwa ilmu silatnya sudah pulih seluruhnya, malah mungkin lebih tinggi dari dulu, Waktu itu guru Hong-lay-mo-li Kongsun In pernah punya hasrat hendak meluruk ke Ki-lian-san untuk membunuhnya, cuma Ki-lian-san berada diwilayah negeri Kim, seorang diri Kongsun In tak berani bertindak secara gegabah.

Waktu itu Tang-hay-liong tertua dari Su-pak-thian sudah angkat nama, tiga saudaranya yang lain baru saja kelana di Kangouw, Kongsun In hendak undang Tay-hay-liong untuk membantunya, belakangan dia dengar kabar bahwa katanya Kim Cau-gak sudah mati, terpaksa Kongsun In batalkan niatnya.

Sejak itu berita mengenai Kim Cau-gak memang sudah tak pernah terdengar lagi, maka kaum Bulim di Tionggoan sama menyangka berita kematiannya itu benar, Tak nyana hari ini secara tak terduga kepergok oleh Hong-lay-mo-li yang tahu benar asal usul orang dari penuturan guruunya dulu.

Terdengar Say-ci-hong sudah berkata lantang: "Kau datang dari jauh sebagai tamu, silakan mulai dulu!"

"Bagus Say-ci-hong, dihadapanku kaupun begini jumawa?

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang