Jilid 32

377 9 0
                                    

"Ya, betapa penting dan berbahayanya meyakinkan kedua ilmu beracun itu, jikalau kami tidak kerja sama dengan baik, mana bisa berhasil, jikalau kau menjadi istriku selalu dapat mendampingi dan menari petunjuk dan bimbingan, tidak menjadi soal bila aku gagal, cuma sakit hati cicimu menjadi tak terbalas untuk selamanya."

Hati Siang Ceng-hong sudah tergerak, dia merasa ucapan sang Cihu memang masuk diakal, akan tetapi dia tetap merasa ragu2, rasa takut masih membayangi sanubarinya terhadap Kongsun Ki, disaat dia berpikir dan susah ambil keputusan, mendadak terdengar suara seorang perempuan mengejek dingin:

"Kongsun Ki, sungguh kau tidak tahu malu, baru saja kau mencelakai jiwa tacinya, kini kau membujuk rayu adiknya lagi."

Semula tawa dingin itu masih kedengaran jauh, namun sekejap saja orangnya tahu2 sudah berada di-depan mata! Sudah tentu kejut Kongsun Ki bukan ke palang, waktu dia angkat kepala dilihatnya sesosok bayangan orang berlari mendatangi secepat angin puyuh, punggungnya memanggul kebut, pinggangnya menyoreng pedang, siapa lagi kalau bukan Hong-lay-mo-li?

Sedetik itu Siang Ceng-hongpun kaget melongo, namun dendam seketika membara dalam sanubarinya, segera dia melolos pedang memapak maju, makinya: "Bagus, kau iblis perempuan yang keji ini, ciciku sudah kau bunuh, kau meluruk kemari hendak membunuhku sekalian? Meski bukan lawanmu aku hendak adu jiwa kepadamu, Cihu, hayo maju!"

Grerakan Hong-lay-mo-li bagai kilat menyamber, mana dapat ditusuknya, sekali berkelit dan berkelebat tahu2 dia sudah mengadang dihadapan Kongsun Ki, bentaknya: "Kongsun Ki, katakan siapa yang membunuh cicinya?"

Seperti orang menunggang harimau tak berani turun, terpaksa Kongsun Ki mengeraskan kepala, katanya: "Jing-yau, bebaskanlah adik Pek-hong, sudah cukup kau membunuh cicinya saja!"

Gusar dan pedih pula hati Hong-lay-mo-li, sungguh tak habis pikir olehnya bahwa kejahatan dan keculasan hati Kongsun Ki ternyata memang tidak bisa diobati lagi.

Saking gusarnya, setelah berkelit dari tusukan Siang Cenghong, segera dia berkata: "Ceng-moay, kau ingin tahu siapakah pembunuh cicimu? Ketahuilah cicimu meninggal lantaran perbuatan Kongsun Ki yang sckongkol dengan Giokbin-yau-hou! jangan kau terlena oleh bujuk rayunya tadi, celaka dan kasep bila kau tertipu oleh Cihumu."

Kata2 Hong-lay-mo-li bagai bunyi beledek disiang hari bolong menyambar kepala Siang Ceng-hong. Namun selamanya takkan pernah terpikir olehnya bahwa sang Cihu bakal pembunuh cicinya atau istrinya sendiri. Dalam waktu dekat, mana bisa dia mau percaya akan ucapan Hong-lay-moli.

Berubah air muka Kongsun Ki, tiba2 timbul nafsunya membunuh, bentaknya beringas: "Jiiig-yau, berani kau memfitnah aku!" - "Wut" kontan dia menjo-tos, bau amis segera merangsang hidung, Hong-lay-mo-li sudah siaga, sambil mengayun kebut badannya mencelat tinggi, ditengah udara-dia melolos pedang, dengan jurus Hong-hun-toan-hong pedangnya menabas ketangan lawan, jengeknya: siapa yang memfitnah? Hm, kau hendak bunuh aku untuk menutup mulutku, berani pula menggunakan pukulan beracun menghadapi aku? Ceng-moay, nih kuberi bukti kepadamu!"

Serangan pertama luput lekas sekali Kongsun Ki sudah mendorong tampang kedua telapak tangannya, tangan kiri menggunakan Hu-kut-ciang, tangan kanan melontarkan Hoahiat-to, betapapun tinggi kepandaian Hong-lay-mo-li, ia jadi sibuk juga menghadapi kedua pukulan berbisa ini, dengan sendirinya bukti yang dikatakan tak mampu dikeluarkan.

"Katakan, bukti apa?" bentak Siang Ceng-hong, segera diapun putar pedang secepat kitiran merabu dengan sengit kepada Hong-lay-mo-li. Dengan menghadapi musuh dari dua jurusan Hong-lay-mo-li jadi kerepotan juga, meski kepandaian Siang Ceng-hong masih jauh tingkatannya, namun dia hanya mampu berkelit saja tanpa balas menyerang, sehingga perhatiannya tak bisa seluruhnya dia tumplek untuk menghadapi Kongsun Ki.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang