Jilid 42

397 11 0
                                    

Yalu Hoan-ih ter-heran2, dia sangka Kongsun Ki main gila, baru saja dia hendak menubruk maju, tiba2 didengarnya "ting" sesosok bayangan bagai burung raksasa melejit dari luar pagar kebetulan meluncur didepan Sin Gi-clk mengadang Kongsun Ki, setelah melihat jelas baru Yalu Hoan-ih tahu kiranya seorang Hwesio yang timpang dengan mengempit sebuah tongkat, suara "ting" tadi adalah tongkatnya yang berbunyi menyentuh tanah.

Melihat Hwesio tua ini seketika Jilian Ceng-sia kegirangan serunya: "lh-ko, hwesio ini adalah pendeta jang menetap diatas gunung yang kuceritakan kepada kau itu. Dia sudah datang kita tidak perlu kuatir lagi."

Disaat Jilian Ceng-sia bicara ini "Sret" Kongsun Ki sudah menusuk kepada Hwesio tua, sasarannya cukup keji dan tepat pula, karena tusukannya mengarah kaki timpang si Hwesio tua itu.

Hwesio tua mendengus geram. katanya: "Usia muda belia, berhati jahat!" dimana ujung tongkatnya menjungkit, "Trang" dengan telak dia bentur pedang Kongsun Ki, sampai lengannya terasa kemeng kesakitan, hampir saja pedangnya terlepas, kakipun tersurut mundur tiga langkah.

"Siapa kau?" teriak Kongsun Ki dengan kejut dan gusar.

Hwesio tua itu menghela napas ujarnya: "Kau tidak kenal aku, aku justru tahu kau, Melihat sejurus pukulan dan ilmu pedangmu tadi, itulah kepandaian khas dari seorang teman baikku, Aih. kulihat usiamu belum lewat tiga puluh, tentu kau ini putra Kongsun In? Sayang, sayang! Kongsun In ternyata beranak durhaka seperti tampangmu ini."

Dari dua jurus permainan silatnya Hwesio tua ini lantas mengenali asal usul dirinya, keruan bertambah kejut hati Kongsun Ki, bukan lantaran kepandaian Hwe-sio tua teramat tinggi, adalah karena orang kenal baik dan sahabat ayahnya.

Seketika timbul pikiran jahat Kongsun Ki untuk menyumbat mulut si Hwesio tua. Di saat orang bicara, mendadak dia menubruk maju pula, secara kilat dia tepukan telapak tangannya! Dia tahu kepandaian Hwesio tua jauh lebih unggul dari kemampuannya, oleh karena itu, hanya menyerang secara mendadak dan di-luar dugaan dengan pukulan berbisanya, baru dia yakin dapat melumpuhkan orang.

Hwesio tua ini kurang leluasa bergerak, tongkat sebagai penopang badan, gerak geriknya terang tidak gesit pukulan Kongsun Ki memang secepat kilat, betul juga orang tidak sempat berkelit lagi, untuk menangkis dengan tongkat juga terlambat, terpaksa dia angkat tangannya balas menyerang sesuai dengan perhitungan Kongsun Ki.

Tapi yang diluar perhitungan Kongsun Ki bahwa Lwekang Hwesio tua ini ternyata sukar dibayangkan tingginya begitu kedua telapak tangan saling beradu, "Blang" badan Kongsun Ki seketika seperti bola mencelat keatas berputar ditengah udara terus menerjang dinding.

Memangnya tembok ini sudah keropos bagian dalamnya, karena tumbukan badan Kongsun Ki seketika gugur sebagaian besar, Untung Cin Long-giok dan Khing Ciau tidak berada disebelah sini.

Hwesio tua itu membentak: "Jangan kau kira setelah berhasil mempelajari Hoa-hiat-to keluarga Siang, boleh kau se-wenang2 melakukan kejahatan. Kupandang muka Kongsun tua hari ini kuampuni jiwamu, kalau masih berani mengganas lagi, awas, tunggulah ganjaran yang setimpal."

Tiba2 tembok ambruk, tahu2 Kongsun Ki mencelat keluar, keruan Cin dan Khing berdua amat kaget, lekas pedang mereka bekerja berbareng, Kongsun Ki mendehem sekali, ujung sepatunya menutul diujung pedang Cin Long-giok, kontan pedang itu terlepas jatuh, meminjam tenaga tutulan ini Kongsun Ki bersalto ditengah udara dengan kepala di bawah kaki diatas dia meluncur turun., tapi jaraknya sudah tiga tombak lebih, sekali lagi dia jumpalitan dan kendalikan badan, cepat sekali dia angkat langkah seribu.

Luka2 Kongsun Ki tidak ringan, menyelamatkan jiwa sendiri lebih penting, maka dia tidak sempat mencari perhitungan atau melukai Khing Ciau lagi.

Lekas Khing Ciau berusaha memburu masuk. Sin Gi-cik menyongsongnya dengan tertawa, sapanya: "Adik Ciau kau sudah pulang!"

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang