Jilid 46

470 10 0
                                    

Sebagai bangsa dewek, sudah tentu raja Kim percaya penuh kepadanya, Tak nyana, empat belas gambar lukisan Hiat-to-tong-jin dan bagian kedua dari Ci-goan-bian yang masih ditangan mereka akhirnya berhasil dia rebut pada suatu malam yang gelap mendadak dia melarikan diri dengan membawa semua gambar-2 dan inti pelajaran Lwekang itu.

Ternyata dia sendiri mempunyai tujuan lain, supaya kedua ilmu mujijat ini tidak terjatuh ketangan orang jahat maka dia bertekad masuk keistana untuk merebutnya.

"Dia sudah tahu akan kejadian yang menimpa diriku, maka dia ingin sekali bertemu dengan aku, supaya gambar lukisan Hiat-to-tong-jin dan ajaran Lwe-kang dari Ci-goanhian itu menjadi lengkap seluruhnya. Sayang sekali takdir sudah menentukan belum lagi cita-citanya terlaksana, sebelum dia bertemu dengan aku. dia sudah mangkat lebih dulu."

"Mendapat pesan dan warisan gurunya Bu-lim-thian-kiau selalu mencari jejak saudara seperguruannya dari anak didik bangsa Song dan Liau yang setingkat gurunya itu, suatu hari akhirnya tiba diatas gunung dimana aku tetirah disana dia menemukan dua orang Sumoaynya putri dari murid bangsa Liau. Waktu itu Kok-ham sudah lama pergi, maka mereka tidak pernah bertemu."

"Mendapat tahu bahwa didalam kuil bobrok diatas gunung ada seorang Hwesio tua yang aneh tingkah lakunya, segera dia datang mohon bertemu, pertama kali dia datang kutolak, kedua kali datang tengah malam, karena gerak gerikku yang tidak leluasa, aku sedang samadi didalam kamar, kukira dia sebagai alap2 pemburu dari negeri Kim, maka kulancarkan ilmu tutuk dari tingkat tinggi, kekuatan jariku menembus jendela mengincar Hiat-to-nya.

"Dia tidak sampai roboh karena tutukkanku, tapi setengah badannya kesemutan sekian lamanya baru pulih seperti sedia kala Tapi karena tutukanku itu, asal usulku secara tidak langsung sudah terbongkar ilmu tutuk yang kulancarkan adalah hasil ajaran dari Hiat-to-tong-jin, maka dia lantas tahu akan asal usul diriku.

"Maka dia utarakan cita2 gurunya semasa hidupnya yangingin bertemu dengan aku, dikatakan kedatangannya hanya untuk menunaikan cita2 gurunya saja, secara suka rela dia hendak menyerahkan empat belas gambar Hiat-to-tong-jin dan bagian kedua dari Ci-goan-bian itu kepadaku."

"SemuIa aku tidak mau percaya, tapi dia sudah lempar masuk barang itu kedalam segera kubuka dan kuperiksa, memang benar dan asli, baru aku mau percaya kepadanya.

Sejak itu dia lantas menjadi sahabatku yang baik."

"Memangnya aku memerlukan ajaran Lwekang Ci-goanbian bagian kedua, untuk menyembuhkan cacad badanku, maka kuterima baik pemberiannya itu. Betul juga dalam jangka tiga bulan, penyakitku sudah sembuh seluruhnya, kecuali kaki kananku yang belum sembuh betul, aku sudah bisa bergerak seperti manusia umumnya." sampai disini tiba2 dia menghela napas panjang.

"Kenapa ayah menghela napas?" tanya Hong-lay-mo-li.

"Tam Ih-tiong merupakan tunas muda yang paling menonjol juga dari kalangan pendekar, bicara soal ilmu silat dan sastra, dia tidak kalah dengan Hoa Kok-ham, cuma sayang dia adalah bangsa Kim." setelah menghela napas, dia menengadah dengan pandangan mendelong, mu!utpun menggumam: "Tapi untung juga dia orang Kim!"

Sudah tentu Hong-lay-mo-li cukup mengerti apa yang dimaksud dengan igauan ayahnya, Tak terasa hatinya menjadi masgul dan hambar.

Liu-Goancong juga seperti memikirkan apa2, tiba2 dia berkata mengawasi putrinya: "Dari cerita Khing Ciau, katanya Hoa Kok-ham dan Bu-lim-thian-kiau pernah berkelahi, waktu itu kaupun saksikan kejadian itu, apa sih yang telah terjadi?"

"ltu hanya salah paham belaka."

"Salah paham bagaimana?"

Terpaksa Hong-lay-moli tuturkan kejadian hari itu.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang