Jilid 48

431 14 0
                                    

Bulim-thian-kiau tidak hiraukan, katanya lebih lanjut dengan pidatonya yang berapi2: "Dan lagi, kau kira kau punya laksaan pasukan besar, sudah cukup untuk melecut putus aliran? Tentara kita tiada permusuhan dengan bangsa Song mereka, harus berpisah anak istri meninggalkan kampung halaman, mempertaruhkan jiwa untuk menjadi umpan ikan ditengah sungai atau harus ajal dinegeri orang menjadi korban ambisimu, apa pula keuntungan bagi mereka? Hakikatnya mereka tidak sadar untuk apa mereka harus berperang, masakah mereka mau berjuang sekuat tenaga?"

"Bedebah! Kau merendahkan disiplin dan menghasut hati tentara, mengkhianati Tim lagi? Kau sebagai bangsa Kim, kau mengutuk gerakan bangsa dewek, kau mengharapkan pasukan kita dilalap musuh?"

"Aku justru merasa kasihan dan demi melindungi keselamatan mereka, maka kuajukan nasehatku ini kepadamu, Harap Hong-siang lekas membagikan kuda diambang sungai, robahlah bencana ini menjadi rejeki. Tatkala itu rakyat negeri Kim kita, baru betul2 akan melagukan nyanyian2 gembira untuk menjunjung kebijaksanaanmu! Harap baginda berpikir dua belas kali!"

"Tam Ih-tiong!" jengek Wanyen Liang, "Sebelum kau banyak orang membujuk aku supaya membatalkan niat mencaplok negeri Song, tahukah kau bagaimana mereka sekarang?"

"Aku tahu kau bunuh mereka semua, Sampaipun ibu kandungmu sendiri, karena mengatai sepatah dua patah kepadamu, kau lantas meracunnya sampai mati: Hari ini aku berani datang memberi nasehat, memangnya aku sudah pasrah jiwa dan nasibku."

Wanyen Liang membunuh para pembesar yang menentang kehendaknya sudah merupakan rahasia umum, tapi dia meracun mati ibu kandungnya sendiri, sejauh mana belum ada orang yang tahu, Kini Bu-lim-thian-kiau membongkar rahasia keburukannya dihadapan orang banyak keruan gusarnya bukan kepalang sampai badannya gemetar. Sudah tentu semua hadirin mengkirik dan berdiri bulu kuduknya.

Setelah gusarnya rada mereda dan sempat bernapas dengan teratur Wanyen Liang hendak perintahkan untuk menawannya hidup2, tiba2 di bawah bukit terdengar suara ribut2, waktu Wanyen liang berpaling ke-sana, tampak seorang opsir membedal kudanya naik keatas. dari kejauhan sudah berteriak melapor: "Kedua perempuan keparat itu sudah ditemukan jejaknya."

Opsir ini adalah wakil Halukay yang memimpin tiga ribu pasukan berkuda mengepung bukit ini, begitu menemukan jejak dua orang perempuan yang diperintahkan untuk ditangkap, segera dia berlari naik untuk minta petunjuk lebih jauh.

Dari tempat sembunyinya Hong-lay-mo-Ii amat heran. pikirnya: "Darimana pula datangnya dua perempuan lain?"

Tiba2 terdengar Bu-lim-thian-kiau gelak2, senr nya: "Wanyen Liang, kau kira kau pintar sekali? Hehe, he. betapapun pandaimu, toh kau sudah tertipu oleh akal memancing harimau mengepung gunung yang kuatur." sengaja dia merubah satu kata, biasanya salah satu akal dari tiga puluh enam tipu daya yang dikatakan adalah memancing harimau meninggalkan gunung kini dia rubah menjadi memancing harimau mengepung gunung.

Besar hasrat Wanyen Liang menangkap Hong-lay-mo-li karena kedatangan Bu-lim-thian-kiau yang mendadak ini, baru perhatiannya sementara dia alihkan. Kini mendengar laporan anak buahnya, serta mendengar olok2 Bu-lim-thian-kiau lagi, baru dia sadar, keruan berubah air mukanya, bentaknya: "Tam Ih-tiong, jadi kau memang sekongkol dengan bangsat perempuan itu?"

"Benar! Baru sekarang sadar telah tertipu? He, he, kalau Hulukay sengaja tidak kutipu dengan melihat sebuah bayangan, mana bisa aku memancing tiga ribu tentaranya kemari."

Keruan Halukay terkesiap pucat, demikian juga Wanyen Liang dan semua hadirin baru benar2 sadar akan tipu muslihat ini. Tapi diluar kesadaran mereka justru mereka betul2 kena ditipu oleh permainan Bu-lim-thian-kiau yang cerdik, kesadaran mereka justru sudah tersesat oleh akal liciknya.

Wanyen Liang gusar, makinya menuding Halukay: "Goblok! Tidak lekas kau turun gunung kejar dan tangkap kembali, Kenapa masih melongo disini?"

Ter-sipu2 Halukay mengiakan sambil memberi hormat, terus berlari mencemplak keatas kuda turun gunung, tiga ribu pasukan berkuda yang dipimpinannya dikerahkan untuk mengejar bangsat perempuan yang melarikan diri itu.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang