'Jadi, siapa yang pertama kali akan bertemu dengan fans rahasianya?'
Aku masih mengingat jelas pertanyaan Kak Noha itu dalam pikiranku. Ia benar-benar berhasil membuatku grogi setengah mati kemarin. Begitu pula dengan Manager. Kenapa ia harus menempatkanku di urutan pertama?
Sambil bersiul, mematut-matut di cermin, aku berusaha mengalihkan rasa grogiku sendiri.
"Astaga Raino...... kau memang tampan sekali!"
Free seketika melemparku dengan boneka panda.
"Eeeiissshhhh....! Kau merusak tatanan rambutku, Free!"
"Hah, dasar! Padahal kena juga tidak!" Ia mengomel sembari masih fokus membaca buku di atas kasurku.
"Lagipula kenapa malah kau yang datang?! Bukankah aku hanya memanggil Blue saja untuk menemaniku?!?" Aku protes, sambil masih membenahi tatanan rambutku di cermin.
Sementara ia hanya diam, tak menjawab. Mungkin juga pura-pura sibuk dengan bukunya.
"Kakak, ini makanannya..." Blue berucap kemudian, memasuki kamar kosku sembari membawa banyak jajanan.
Free yang menyuruhnya untuk membeli jajanan itu tadi, dengan uang Blue pula. Sungguh, bukan aku yang menjadi peran antagonis di sini.
"Eiiihhh.... kenapa kau membeli jajan sebanyak itu???"
"Emmmh... itu... aku.... hendak memakannya sendiri. Kakak tenang saja."
Dan ujungnya, Blue sendiri juga yang akan memakannya. Jadi intinya, tidak ada peran antagonis di sini. Tapi... kenapa aku malah jadi memikirkan soal jajanan Blue? Eh? Atau peran antagonis yang kupikirkan? Sudahlah! Grogi memang bisa mengubah dirimu menjadi bukan dirimu. Perkataanku memang sulit dicerna sesekali.
"Good Morning.......!" Mendengar dari logat bicaranya, sepertinya dua kakakku telah tiba.
"Kau belum berangkat?" Imbuh Kak Noha. Mereka berdua masih berdiri di ambang pintu.
"Rain, kau tidak lupa mandi kan?" Pertanyaan Kak Day membuatku jadi ingin menimpuknya dengan botol parfum.
Untung saja parfum ini mahal.
"Baiklah, aku berangkat! Free jangan lupa kau kunci pintunya saat kau pergi nanti!" Aku bergegas menyambar tas dan menghentikan langkah tepat di depan dua orang 'tetua Satu Detik'.
Kenapa aku menyebut mereka demikian? Karena yang satu 'ketua' dan yang satu lagi 'tertua'. Maaf, aku hanya sedang gagal bercanda.
"Kakak, karena kalian tampan sekali hari ini jadi... bisakah kalian memberiku restu?" Ucapku kemudian, sambil memelas.
"Tapi... bukankah seharusnya kau meminta restu dari ibumu? Dan aku bukan ibumu." Kak Day kembali mengacaukan moodku.
Aku memasang wajah datar padanya. Toh ia memang selalu demikian.
"Tapi... kau tidak melupakan sesuatu?"
Aku beralih menatap Kak Noha.
"Melupakan sesuatu?" Aku seketika meningkatkan kinerja otakku untuk mengingat segala benda yang mungkin terlupa.
"Payungmu." Ucapnya kemudian, membuatku kehilangan kesadaranku selama beberapa detik.
Blue seketika tersedak chiki potatonya.
"Hei, Pak Ketua! Apa draft makalahmu ditolak lagi kemarin?? Kau tahu, sejak pagi bahkan aku tidak berhenti menyalakan kipas angin! Dan kau malah menyuruh Kak Rain untuk membawa payung??" Ucap Free tak henti tertawa sejak tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
One Second For A Moment (Day6 Fanfiction)
Fanfic"Aku bisa melihat segala sesuatu yang tidak seharusnya kulihat." -Noha- "Jika kau berkata, semua terserah pada waktu, lantas cepat atau lambat waktu yang akan menjawab. Waktu yang semestinya mengendalikan, namun bagiku sebaliknya." -Day- "Denganku...