"Kau gila?!" teriak sahabatmu tepat di samping telingamu.
Kau mendecak. "Ck, memangnya kenapa jika aku menantang dia seperti itu? Lagian aku tidak mau selalu diperintah seenaknya dengan dia." Kau mengusap telingamu yang sedikit berdengung akibat mendengar teriakan sahabatmu walau keadaan kantin saat ini sangatlah ramai.
Kau, [surname][name] bukanlah orang yang mudah untuk jatuh hati pun dengan berani menantang Akashi yang tidak mempunyai kelemahan apapun. Pasalnya, saat kau masih sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, kau selalu mendapatkan peringkat pertama di tingkat sekolah dalam bidang akademik maupun nonakademik. Namun saat penerimaan murid baru Rakuzan, datanglah Akashi yang menggeser kedudukanmu. Ia mewakili sebagai murid dengan nilai tertinggi dan membuat kau menjadi peringkat ke 2. Tentu saja itu membuatmu iri dan kesal mengetahui bahwa ia berhasil mengalahkanmu. Namun sampai sekarang kau tidak akan pernah putus asa untuk mencari kelemahannya.
"Bagaimana aku tidak terkejut?! Akashi-san itu orang yang tidak pernah kalah sejak ia di lahirkan, kau tahu? Lagi pula membuatmu jatuh cinta padanya sama seperti menjentikkan jari baginya." Kau memutar bola matamu mendengar ocehan sahabatmu itu. Melihat itupun [Your best friend] memijit pelipisnya pelan merasakan kesal akibat kelakuanmu.
"Lihat saja nanti, aku akan mengalahkannya," ujarmu dengan percaya diri, tidak peduli akan peringatan sahabatmu.
[Your best friend] menghela nafas. "Terserah, jika terjadi sesuatu kepadamu jangan datang untuk merengek ke arahku."
~"~"~"~"~
Hawa dingin mulai terasa mengingat bahwa hari ini berada di awal bulan Desember. Setelah kau menukar uwabaki mu di loker sepatu, kau berdiri di dekat pintu keluar sambil menunggu seseorang. Sesekali kau menggosokkan kedua telapak tanganmu berharap sedikit mengurangi dinginnya udara. Merasakan getaran pada saku jas sekolahmu, kau merogoh dan mendapati ponselmu terdapat pesan masuk.
From= Reo-senpai
To= [surname][name]
Subject= GomenGomenne [name]-chan, hari ini aku tidak dapat pulang bersamamu karena aku akan belajar kelompok bersama teman-temanku. Hati hati di jalan, oke~
Kau speechless saat membaca pesan dari senpaimu itu. "Baka Reo-senpai," batinmu menggerutu dalam hati.
Kau kembali memasukkan ponselmu, lalu melangkahkan kaki menuju luar area sekolah. Memang biasanya kau pulang bersama senpai mu itu, karena kalian bertetangga sejak kau masih kecil. Sebelumnya kau selalu memanggi Mibuchi dengan sebutan 'Reo-nii', karena kau adalah putri tunggal keluarga [surname] dan kau sangat ingin sekali mempunyai seorang kakak. Apalagi keluarga kau sangat dekat dengan keluarga Mibuchi. Namun saat kau mulai memasuki Rakuzan, kau mulai memanggilnya dengan embel-embel senpai tetapi hanya di sekolah saja, walau kadang terbawa sampai dirumah. Jika di tanya oleh Mibuchi alasannya, kau hanya menjawab, "Aku tak mau di kenal sebagai kouhai yang kurang ajar." Namun Mibuchi tak mempermasalahkan perihal soal cara kau memanggil namanya.
"[Name]." Langkahmu terhenti saat kau mendengar suara tegas yang amat familiar menyebut namamu tepat di belakangmu. Kau menolehkan kepala, mendapati lelaki dengan surai merahnya menatapmu tajam.
"Apa?" tanyamu dengan nada sinis.
"Aku tahu kau pulang sendirian, lebih baik kau pulang bersamaku,"
ujar Akashi dengan nada datar.Kau mendengus. "Tidak, aku akan menaiki bus saja." Akashi berjalan menyejajarkan langkahnya dengan langkahmu.
"Aku tidak menerima penolakan, ini perintah. Lagipula, aku yakin kau belum melupakan kesepakatan kita," ujar Akashi tanpa menatapmu. Ia berjalan lebih dulu darimu dan meninggalkanmu yang terpaku akan perkataan Akashi.
"Tu-tunggu dulu!" serumu sambil mengejar Akashi yang berjalan dengan langkah cepat. Kau tak menyadari jika sekarang seringaian kemenangan tercetak di wajah Akashi.
~"~"~"~"~
Kau memandangi pemandangan yang berada di jendela sampingmu. Duduk tepat di sebelah Akashi membuatmu sedikit gugup, sehingga kau mengalihkan pandanganmu dari Akashi dan memilih untuk memandangi pemandangan di jendela sampingmu.
"Mengapa suasananya canggung sekali?" batinmu dalam hati sambil menompang dagu dengan lengan kanan di paha. Kau alihkan pandanganmu yang semula menuju jendela ke jok mobil yang berada di hadapanmu.
Kini kau melirik ke arah Akashi yang berada di sampingmu dengan tangan yang penuh akan kertas-kertas.
"Tak heran jika ia selalu sibuk, mengingat ia ikut membantu perusahaan ayahnya serta tanggung jawabnya menjadi Ketua OSIS dan kapten basket," batinmu dalam hati. Kau menghela napas. Kau jadi sedikit menyesali apa yang kau katakan di gym kemarin. Mungkin akan butuh perjuangan yang keras untuk membuatnya jatuh cinta kepadamu.
"Apa ada sesuatu di wajahku, [name]?" tanya Akashi yang membuat kau tersentak kaget mengingat sekarang kau tertangkap basah meliriknya.
"Ti-tidak, memangnya kenapa? Aku tidak melirikmu, percaya diri sekali kau," ujarmu sambil menatap sinis Akashi yang menyeringai lebar.
"Aku tidak bilang kau melirikku bukan?" ujar Akashi yang membuat kau tersentak kaget untuk yang kedua kalinya.
Kau berdecak. "Ck, terserah."
"Tsundere."
"Hei, aku bukan tsundere tahu!"
Akashi hanya mengabaikanmu dan kembali fokus dengan kertas-kertas yang ada di tangannya. Sedangkan kau dengan raut kesal kembali menatap jendela di sampingmu, berharap untuk sampai di rumah lebih cepat.
~"~"~"~"~
"Terima kasih atas tumpangannya, Akashi-kun," ujar kau sambil membungkuk sembilan puluh derajat.
Akashi hanya mengangguk. Setelah mendapat jawaban tak berarti, kau segera membalikkan tubuhmu. Namun, sebuah tangan menggenggam lengan kananmu dengan erat.
Akashi berbisik tepat di telingamu. Hembusan napasnya terasa di telingamu membuat kau bergidik ngeri. "Besok ku jemput kau tepat jam 9, jadi bersiap-siaplah."
Kau terdiam dengan wajah datar mendengarnya. Mungkin, jika perempuan lain yang akan di perlakukan seperti ini oleh Akashi, ia pasti sudah merona dengan hebat. Tapi ini kau, [surname] [name]. Kau perempuan yang sangat sulit untuk jatuh hati.
"Ternyata kau ingin memulai duluan, eh?" batinmu menyeringai.
Kau menoleh ke belakang, mendapati sepasang mata heterocrome yang memandangmu tajam.
"Baiklah, sampai besok," ujarmu sambil tersenyum lembut lalu meninggalkan Akasih saat genggamannya sudah terlepas.
Tetapi Akashi tahu, bahwa senyum itu hanyalah sebuah senyum palsu.
"Kau tak dapat membuatku jatuh hati hanya dengan senyumanmu itu, [name]."
KAMU SEDANG MEMBACA
Akashi Seijuurou × Reader : 30 Days Makes You Fall In Love With Me
FanfictionKuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki "Aku menantangmu untuk membuatku jatuh hati kepadamu dan sebaliknya dalam waktu 30 hari". Kau, (surname)(name) dengan berani menantang Akashi Seijuurou sang kaisar bergunting. Sudah banyak cara yang kau lakukan...