Jilid 53

474 12 0
                                    

Melihat Liu Goan-cong, merasa terbang arwah Kongsun Ki, beberapa kali dia kecundang, kini Lwekangnya belum pulih lagi, masakah dia berani bertempur lebih lama? Dengan serangan gertakan, cepat dia putar badan lari sipat kuping, luput dengan serangannya, Bu-lim-thian-kiau tidak sempat mengejarnya.

Wanyan Liang mencak2 gusar: "Telur busuk, telur tusuk! Kalian memang telur busuk! Hayo lekas tangkap tua bangka itu." lalu dia balik badan menuding Kongsun Ki, makinya: "Melarikan diri dimedan laga, tidak malu kau mengagulkan diri sebagai orang gagah nomor satu dari negeri selatan? Memangnya kau masih mimpi menjadi menantuku?"

Menyelamatkan jiwa lebih penting, Kongsun Ki tidak hiraukan caci maki orang, beberapa Busu yang dianggapnya merintangi jalan dipukulnya sungsang sumbel.

Percuma Wanyan Liang marah2, tiada satupun anak buahnya yang mampu merintangi Liu Goan-cong, apa Iagi menangkapnya, Dengan menarikan tongkatnya Liu Goan-cong segagah naga mengamuk, semua Busu yang mengurung Hong-lay-mo-li dipukulnya kocar kacir, sebagai Komandang Gilim-kun, terpaksa Wanyan Tiang-ci keraskan kepala melawan dengan gigih, Liu Gian-cong memapaknya dengan mengejek:

"Bagus. kita kan lawan lama, marilah kita coba2 lagi!"

"Wut" tongkatnya menyapu seperti mengeluarkan deru geledek, lekas Wanyan Tiang-ci gunakan Ko-teng-jan-sut (Rotan kering membelit pohon), pedang panjangnya menggubat tongkat besi orang.

"Lepaskan!" bentak Liu Goan-cing, "pyaar!" pecut panjang yang terbuat dari baja lemas itu tergetar hancur terputus2. Tahu dirinya bukan tandingan lawan, tanpa hiraukan gengsi dan kebesaran, terpaksa Wanyan Tiang-ci melarikan diri.

"Ayah," seru Hong-lay-mo-Ii, "bagaimana dengan pasukan gerilya kita?"

"Pasukan Loh-ciang-kun sudah mendarat, gerilya kitapun mendapat sambutannya, kini sudah menjebol kepungan." Jilian Ceng-sia kuatirkan keselamatan Yalu Hoan-ih, segera dia menimbrung tanya: "Bagaimana pertempuran di bawah gunung?"

Liu Goan-cong tertawa, katanya: "Lihatlah, engkoh Ihmu sudah datang!"

Terdengar ribuan serdadu berteriak berpadu: "Jangan lepaskan raja lalim!" Yalu Hoan-ih pimpin pasukan pelopor menerjang datang lebih dulu, ternyata mereka sudah tiba dilamping gunung, panji kebesarannya ber-kibar2 kelihatan jelas dari puncak bukit pasukan Kim yang kalah bagai air bah mundur naik keatas gunung.

Wanyan Liang hanya melihat barisan Yalu Hoan-ih saja yang menerjang tiba, maka dia perintahkan Wanyan Tiang-ci mengumpulkan pasukannya yang kalah, dengan kekuatan Gilim-kun untuk menumpas serbuan pasukan pemberontak paling tidak menahannya mati2an, namun belum sempat dia keluarkan perintah-nya, Halukay yang memimpin pasukan garis depan lari balik dengan keadaan runyam, tak sempat memberi hormat, jauh2 dia sudah berteriak:

"Baginda!, celaka pasukan besar Song sudah menyerang sungai, mereka sedang terjang kemari.

Wanyan Tiang-ci segera berseru: "Kalah menang sudah jamak dalam peperangan, silakan, Baginda tarik mundur seluruh pasukan untuk menyusun kekuatan dan menyerbu balik pula." dengan kumpulkan sisa Gi-lim-kun yang sudah morat marit, melindungi Wanyan Liang sambil melawan mereka mundur.

Yalu Hoan-ih membentak: "Raja lalim lari kemana?" menjinjing tombak mengeprak kuda, pimpin anak buahnya dia terus mengejar dengan kencang.

Saking kaget Wanyan Liang ber-kaok2: "Pukul tambur kumpulkan pasukan supaya datang membantu melindungi Tim!"

Tak nyana sambutannya adalah pertempuran gegap gempita di bawah gunung, paduan suara ribuan orang berseru: "Jangan lepaskan Wanyan Liang." selepas mata memandang, panji2 besar negeri Song sudah berkibar diseluruh medan laga.

Layar2 kapalpun berkembang tak terhitung banyaknya disepanjang sungai Tiang-kang, pasukan Song berduyun2 naik kedaratan.

Wanyan Liang membanting kaki dengan gegetun, katanya menghela napas: "Armada Loh Bun-ing tiada selaksa, bagaimana begini besar pengaruhnya? Tentu kalian yang memberi laporan palsu kepadaku, sehingga Tim menilai rendah kekuatan musuh, Ai, memang Thian ingin membunuhku, Thian ingin membunuhku!"

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang