Cu Tan-ho menarik muka, "Keributan yang memalukan. Darimana ada orang bungkuk segala? Hm, me-reka2 dan mengada2 belaka, mana boleh dipercaya?"
Hong Hwe-liong lantas bersuara pula: "Kenyataan tidak berhasil dibuktikan adanya mata2 musuh, marilah kita teruskan menyelesaikan urusan intern Pang kita, Bahwa pasukan pendam musuh berada di Toa-cu_sia terang bertujuan menghadapi Kaypang kita orang2 KaypangpUn pantang mengandalkan tenaga luar, hayolah para saudara mari kita serbu ke Toa-cu-sia, gem-pur mundur pasukan musuh."
Hong-lay-mo-li tahu maksud Hong Hwe-liong hendak mengalihkan perhatian umum, supaya Sin-tho Thay Bi berkesempatan melarikan diri didaiam keributan ini. Maka segera dia berseru lantang: "Jangan lepaskan mata2 musuh, Biar aku yang tanggung jawab menemukan mata2 musuh."
"Hm, kau ini orang apa?" damrat Cu Tan-ho "murid2 Pimg kita mana boleh kau tanyai satu persatu? Didaiam Loklim kau boleh malang melintang bersimaharaja, didalam Kaypang tidak perlu kau bertingkah."
Sebagai Tianglo secara terang2an Cu Tan-ho bersikap kasar terhadap Hong-lay-mo-li, urusan bakal menjadi kaku dan bentrokan bakal berlangsung.
Ada sebagaian murid2 Kaypang yang sudah mulai bergerak. Tapi murid2 yang tahu gelagat tetap waspada dan tidak mau bentrok dengan Loklim, tujuan mereka adalah menggusur mata2 mUsuh diantara mereka sendiri, supaya kelak tidak membawa buntut panjang, maka murid2 ini tetap bersiaga ditempat masing2.
Disaat keributan menjidi2 dan bakal timbul buru hara, tiba2 terdengar sebuah suara nyaring berkata.
"Harap para kawan dari Kaypang jangan pergi dulu." bayangan orangnya belum lagi kelihatan suaranya sudah kumandang dari kejauhan, Murid2 Kaypang seluruhnya ahli silat, begitu dengar suara tak kelihatan orangnya, mereka lantas tahu pembicara pasti seorang tokoh Lwekang yang kosen, ilmu mengirim suara gelombang panjang yang diunjukan ini jauh lebih kuat dan lantang dari ucapan Kongsun Ki tadi.
Disaat hadirin heran dan sedang bertanya2, cepat sekali mereka mendengar suara "ting, ting" dan ketukan sesuatu diatas bumi, cepat sekali suara tutukan "ting ting" itu, kejap lain dan bawah gunung tampak bayangan dua orang, mereka adalah dua Iaki2 tua dan muda, yang tua timpang berlari menggunakan tongkat pemuda yang mengikuti dibelakangnya memegang sebatang seruling.
Beberapa murid Kaypang yang kenal segera berseru kaget; "Eh, bukankah pemuda itu adalah Bu-liim-thian-kiau".
Belum lenyap suara 0rang2 itu, tiba2 murid2 Kaypang yang lebih tinggi dari kantong tujuh bersama Hong Hwe-liong dan Cu Tan-no serempak berdiri dengan hormat, mereka unjuk rasa senang dan kaget sapanya:
"Apakah Liu-enghiong yang datang?" maklumlah Liu Goancong adalah enghiong yang sudah menggetarkan dunia sejak tiga puluh tahun yang lalu, orang2 Kaypang yang berusia rada lanjut banyak yang mengenalnya.
Sejak menginjak umur pertengahan abad Liu Goan~cong lantas mensucikan diri, kecuali kakinya yang timpang raut uiajahnya tidak banyak perubahan.
Berkata Liu Goan-cong pelan2 sambil mendatang. "Benar, syukurlah para saudara Kaypang yang lama masih mengenalku, Beruntung orang she Liu lolos dari cengkraman cakar alap2 pihak Kim hidup terasing dua puluh tahun lagi. Hari ini sengaja aku berkunjung untuk menemui Pangcu kalian."
Bahwa Liu Goan-cong datang bersama Bu-lim-thian-kiau, maka dapatlah diperkirakan betapa besar getaran hati Hong dan Cu berdua. Cu Tan-ho sedapat mungkin tenangkan diri, katanya: "Tidak berani tidak berani, pangcu baru kita belum lagi diangkat secara resmi-" "Baiklah, kalau begitu aku memberi selamat dulu kepada Hong-hiangcu juga sama." Tidak tentram hati Hong Hwe-liong, katanya; "Lo-siok (paman) tak berani aku menerima ucapan selamat kau orang tua." segera dia memapak maju.
Liu Goan-cong gelak2, katanya "sebutan paman akupun tak berani terima, bahwa kau masih ingat akan hubungan baikku dengan gugumu, tidak sia2lah perjalananku kali ini." didaiam omongannya punya arti mendalam, Hong Hwe-liong mencelos hatinya. Katanya tergagap: "Entah kedatangan Liu-ciaupwe ada petunjuk apa kepada Sutit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)
MaceraPemuda ini bernama Khing Ciau, rumahnya berada di Siok-shia, kira-kira seratus li dari Tiong-toh (Pakkhia), setelah Siok-shia terebut dan diduduki pasukan negeri Kim, ayahnya pernah menjabat kedudukkan cukup tinggi di dalam pemerintahan. Terbayang a...