Jilid 62

451 10 1
                                    

Barisan semprot api Wanyan Tiang-ci sudah mati kutu, karena disana sini sudah terjilat api mereka tidak berani maju lebih jauh, dilabrak secara nekad oleh para kajem lagi sehingga pertahanan merekapun berantakan.

Tapi Wanyan Tiang-ci belum putus harapan, sembari memberi perintah dia kumpulkan sisa tentaranya, siap mengejar dengan sisa kekuatannya tak lupa juru bidiknya disuruh menghujam panah kepada musuh yang melarikan diri

Bu su-tun. Tang-hay-liong dan tokoh- silat lain yang berkepandaian tinggi bertahan dibelakang melindungi kawan2 lain melarikan diri, dengan Bik-khong-ciang mereka sapu runtuh hujan panah, sudah tentu masih ada beberapa orang yang jadi korban, namun cepat sekali mereka sudah jauh diluar sasaran bidik panah musuh. Tatkala itu kekuatan tentara Wanyan Tiang-ci belum terpusatkan.

Rombongan say-ci-hong masih terkepung. Tang-hay-liong segera pimpin orang2 gagah yang dibawanya menerjang kesana, tak nyana baru saja mereka tiba disamping gunung, tiba2 dilihatnya debu mengepul tinggi di bawah gunung, tampak sebarisan pasukan berkuda menyerbu datang.

Bu su-tun kaget, serunya:

"Bantuan musuh tiba, kita terkepung dari depan dan belakang, bagaimana baiknya? Hayolah kita adujiwa sama mereka."

Bu lim-thian-kiau tertawa, katanya:

"Bu-pangcu tak usah kuatir coba kau lihat jelas panji itu."

Cepat sekali pasukan berkuda itu sudah tiba, sembari bersorak sorai langsung mereka menerjang kedalam kancah pertempuran di bawah gunung, dimana rombongan say-cihong terkepung rapat oleh ratusan Busu negeri Kim.

Tampak panji itu disulam sebuah harimau terbang dengan benang mas, dua huruf besar didepannya bertuliskan "yalu".

Bu su-tun keheranan tanyanya:

"Pasukan dari mana itu?"

Bu-lim-thian-kiau tertawa, sahutnya:

"Itulah pasukan negeri Liau pimpinan temanku yalu Hoanih."

Kiranya sejak angkat senjata dan berontak melawan negeri Kim dalam peperangan di Jay-ciok-ki tempo hari, yalu Hoan-ih bawa pasukannya naik gunung dan akhirnya mendirikan pangkalan di Ki-lian-san, setelah setahun menghimpun diri dan menyusun kekuatan kembali-kekuatan perang mereka sudah berlipat ganda-

Letak Ki-lian-san kira2 seribu li dari siu-yang san, maka kedatangan pasukan Wanyan Ticmg-ci dapat diketahui oleh mata2 yang disebar yalu Hoan-ih, tahu kesempatan untuk membunuh tulang punggung negeri Kim seperti Wanyan Tiang-ti telah tiba, segera dia pimpin pasukannya mengejar datang, maksudnya hendak menumpasnya habis.

Kedatangan pasukan Liau memang tepat pada waktunya cepat sekali pasukan Kim di bawah gunung dibrantas habis sisanya lari terbirit2 melarikan diri

Setelah say ci-hong dan teman2nya bebas dari kepungan musuh, segera mereka bergabung dengan murid2 Kaypang dan pasukan negeri Liau yang datang membantu, kini jumlah mereka melebihi musuh.

Memang Wanyan Tiong-ci sebagai panglima besar yang berbakat, setelah dia pusatkan kekuatan tentaranya dengan pasukan tameng sebagai buntut, pasukan panah berada diperut sedang barisan semprot api berada dikepala pasukan negeri Kim yang dipimpin Wanyan Tiang-ci ini memang Busu pilihan yang sudah punya pengalaman perang, kepandaian silat merekapun rata-rata lihay, setelah mengalami pertempuran seru akhirnya mereka berhasil menjebol kepungan dan menerjang keluar.

Walau tujuan utama tidak berhasil menumpas pasukan negeri Kim, namun yalu Hoan-ih berhasil menolong bencana yang menimpa Kaypang, maka merekapun tidak mengejar musuh lebih lanjut.

Jilian Ceng-sia datang bersama yalu Hoan-ih, cepat sekali mereka sudah kumpul dengan Bu-lim-thian-kiau dan Jilian ceng-hun, sudah tentu bukan kepalang senang hati mereka, namun berduka pula-

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang