Jilid 64

499 12 0
                                    

Bing cau merasakan nada Kongsun Ki yang sinis, lekas dia berkata:

"Siaute tiada maksud hendak berjajar dengan Toako, cuma, cuma..."

"Cuma untuk menunjukan kesetiaanmu kepadaku saja bukan?" tukas Kongsun Ki, "Berapa banyak dan seringnya aku mendengar ucapanmu ini namun aku belum tahu apakah kau benar-setia? Beng cau, sekarang kau terhitung setengah majikan dari Siang-keh-po, membahasakan engkoh dan adik, kukira jauh berlainan dengan tempo dulu, apakah benar kau tetap setia kepadaku?" 

Merah muka Bing cau, katanya: "Berkat budi majikan yang sudi mengangkatku, dulu majikan sendiri yang minta aku mengubah bahasa sebutan ini, yang benar Bing cau sekali-tidak berani nanjak keatas."

"Ah itukan urusan kecil, asal kau memang setia terhadapku, apa halangannya saling membahasakan saudara? Tapi untuk mencoba kesetiaanmu aku ingin mencobamu- Aku ingin kau melakukan suatu hal bagiku."

Kebat kebit hati Bing cau, terpaksa dia keraskan kepala katanya: "Silakan majikan memberikan petunjuk, menerjang lautan api Bing cau pasti tidak menolakny."

Kongsun Ki menarik muka, katanya serius: "Baik, nah wakilkan aku bunuh budak ini." jarinya menuding kepada san san.

Tak terbilang kejut Bing cau katanya tergagap: "lni, harap majikan suka pertimbangan dulu. Dia adalah pelayan pribadi sumoaymu, mempertahankan hidupnya bukankah membawa manfaat yang lebih besar?"

"Soal menghadapi Liu Jing-yau adalah urusanku, kau tak usah turut campur. Kusuruh kau bunuh budak ini kau dengar perintahku tidak?" gemetar sekujur badan Bing cau, akhirnya dia memberanikan diri, katanya:

"Aku tanpa sebab aku tiada alasan membunuhnya Apalagi dia adalah temanku sejak kecil, dan lagi dia takkan bisa mencelakai kau, buat apa dibunuhnya?"

Seketika berubah hebat muka Kongsun Ki, katanya dingin: "Ternyata kelihatan belangnya hanya sekali coba, kau memang manusia kerdil yang rendah martabatnya."

"Majikan, kau, apa maksudmu?"

"Maksud apa? Tentunya kau sendiri sudah tahu untuk apa kau kemari? Bukankah kau hendak mengkhianati aku? Hehe biar kubicara laksan denganmu percakapan kalian tadi kudengar seluruhnya."

Betapapun cerdik pandai dan licin serta licik Bing Cau, kali ini serasa terbang arwahnya saking takut dan kaget mukanya pucat pias, sebetulnya Kongsun Ki hanya menggertaknya saja untuk memancing kesetiaannya jadi bukan benar- sudah mendengar percakapan mereka.

Melihat perubahan air mukanya Kongsun Ki lantas tahu dugaannya memang tidak meleset segera dia mendengus hidung, jengeknya: "Bing cau, jangan kau kira aku sudah terpencil dan menemui jalan buntu, sehingga harus menarikmu sebagai teman seperjuangan? Ketahuilah aku sudah berhasil meyakinkan ilmu mujijat yang tiada bandingannya, aku akan mendirikan aliran dan membuka perguruan, akupun ada Thay Bi sibungkuk sakti yang baru diangkat jadi Koksu baru negeri Kim sebagai tulang punggungku."

Bing cau lemas lunglai, katanya: "Aku tahu setelah kau memperoleh ajaran Iwekang keluarga siang, jelas tenagaku tidak akan diperlukan lagi-" Kongsun Ki menyeringai sadis katanya:

"Masa baru sekarang kau mengerti, sudah terlambat. Hm, hm memangnya kau kira orang macam apa Kongsun Ki? Kalau tidak ingin memiliki ajaran Iwekang itu masakah aku sudi membahasakan saudara dan mengangkatmu sebagai setengah majikan siang-keh-po?" semakin bicara mimik muka Kongsun Ki berubah semakin

beringas, sorot matanya sudak metiunjukan nafsu membunuh. tiba2 Bing caupun menyeringai dingin, katanya, "Kongsun Ki apa benar kau kira sudah berhasil meyakinkan ilmu mujijat tanpa tandingan?"

Tangan Kongsun Ki yang sudah terayun berhenti ditengah udara, sekilas dia tertegun, katanya: "Bing cau apa maksud perkataanmu ini? Betapa tinggi kepandaian silatmu, dari mana kau bisa tahu apakah ilmuku sudah sempurna?"

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang