Jilid 81

376 10 1
                                    

Legalah hati Bing-ciu siangjin mendengar penjelasan Ibun Hoa-kip. katanya gelak2:

"Lote, kenapa tidak sejak tadi kaujelaskan. Kalau sejak mula tahu kau murid Cun-seng Hoat-ong, bertugas bagi kepentingan gurunya lagi, tentu tidak akan terjadi salah paham. Baiklah terhitung tanpa berkelahi takkan berkenalan di hadapan Khan agung, sukalah kau bantu memberikan penjelasan akan kesetianku kepadanya. Nah, sekarang mari kita luruk ke sana."

Dalam pada itu He-tianglo sedang menjelaskan kembang2 mestika itu didalam taman, tiba2 didengarnya suara derap langkah di tanah bersalju di luar rumahi segera He tianglo membentak:

"Siapa diluar!?"

Terdengar Ibun Hoa-kip gelak2 diluar, serunya.

"He-lothau, iseng benar kau ini, luka2mu belum sembuh namun sudah jalan2 dikebon? Agaknya kau ini memang orang pelit, dalam taman kau tanam kembang mestika, kenapa tidak bagi rata kepada teman2 lain. Maaf ya, kubawa seorang teman tanpa diundang kami luruk sendiri kesini. Kuharap kau tidak pandang kita sebagai tamu jahat."

Lenyap suaranya tahu2 bersama Bing ciu siang-jin, Ibun Hoa-kip sudah lompat naik dan berdiri di atas pagar tembok. Bu su-tun kontan menyambut dtngan hardikan:

"Turunlah..." Bik khong-ciang yang dia lancarkan mengeluarkan suara gemuruh seperti guntur, bagai gugur gunung angin pukulannya menerjang ke arah Bing-ciu siangjin.

Bing-ciu siangjin gelak2 serunya:

"Tay-lik-kim-kong-ciang dari Kay-pang memang hebat, namun jangan sangka bisa merobohkan aku keluar tembok. Nah, lihatlah aku ingin turun ke dalam malah."

Habis kata2nya, orang nyapun sudah melompat turun dan hinggap di dalam taman.

Ilmu silat Bu su-tun tinggi bernyali besar, namun kali ini dia betul2 kaget karena lawan kelihatan wajar menghadapi gelombang pukulannya Tapi diluar tahunya, dada Bing ciu siangjinpun sakitnya seperti dipukul godam, Tapi tingkat kepandaiannya memang sedikit unggul dari Ibun Hoa-kip begitu menghadapi damparan angin pukulan Bu su-tun dia kerahkan tenaga dalamnya, maka kelihatannya tidak mengalami apa2.

Ibun Hoa-kip cukup cerdik, dia melompat dibela kang Bingciu siang-jin maka dengan leluasa diapun melompat turun didalam taman.

Begitu kaki menginjak tanah langsung Bing-ciu siiuigjin lari menuju kearah kembang Asiulo, serunya ter-bahak2:

"Buat apa cerewet dengan mereka, bukan saja aku ingin menikmati indahnya kuntum kembang, akupun hendak memetiknya."

He-tianglo berada didepan pohon kembangnya, baru saja dia hendak maju memapak musuh. Bu-lim-thian-kiau sudah mendahului katanya:

"Biarlah orang she Tam yang mengusir tamu jahat ini."

Dengan jurus Hun-hoa-hud-liu (membagi kembang mengebas pohon liu) kedua tangan Bu-lim-thian-kiau bergerak dengan tipu serangan isi kosong berbareng tanpa bersuara, namun kekuatan pukulan tangannya menggulung bagai gelombang lautan dahsyatnya Bing-ciu siangrjin tak berjaga2, kontan dia tertolak mundur tiga langkah, lekas dia kebas lengan jubahnya baru bisa memunahkan separo damparan gelombang pukulan orang.

Berkilat biji mata Bing-ciu siangjin, katanya keras:

"Kau inikah Tam Ih-tiong yang bergelar Bu-lim-thian-kiau itu? Baik, aku beri tiga jurus kelonggaran kepadamu, supaya kau tidak congkak lagi."

"Kau ini barang apa? Berani begini takabur Cukup sejurus, tanggung kau balas menyenang kepadaku." jengek Bu-limthian-kiau, Dia tahu Lwekang Bing-ciu siangjin lebih tinggi, namun dia yakin Lok-eng-ciang-lioat ciptaannya amat berguna untuk menghadapi lawan setangguh Liu Goan-ka, tak laku untuk menghadapi Bing-ciu siangjin, Maka dia harus gunakan senjata, tahu2 dengan suara melengking tiupan serulingnya menerjang musuhi disusul lapisan bayangan seruling yang bersusun tak terhitung banyaknya mengurung lawan.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang