Jilid 85

333 11 1
                                    

Pan Kian-ho menahan hati, terpaksa dia bergerak lebih tangkas melawan sekadarnya cukup asal mematahkan serangan lawan. Karena kuatir melukai lawannya, sebaliknya Busu brewok tanpa peduli, serangannya malah semakin telengas. sudah tentu Pan Kian-ho semakin terdesak dan berada dipihak yang dirugikan.

Mendapat angin Busu brewok semakin mentang2, mendadak dia menghardik:

"Siapa suruh kau mengalah?"

Kini dia sudah menempatkan diri dalam posisi yang lebih unggul, sekali dia berputar dengan jurus Koay-bong-hoan-sin (ular sanca membalik badan), badan tertekuk turun sementara kepalan berputar terus menggembur dengan Tiong-thian-bau kearah dagu Pan Kain-ho.

Pan Kian-ho menekuk sikut menariknya keluar, pikirnya hendak mematahkan serangan dahsyat ini. Tak kira Busu brewok mnghardik, "Kena." sekali terjang dan mengabit, gerakannya secepat kilat dengan telak dia pegang lengan Panklan-ho "krak" sendi tulang lengan Pan Kian-ho dipelintirnya keseleo, seketika lengannya itu tergantung lemas kontalkantil, saking kesakitan keringat dingin gemerobios.

Demi mempertahankan kebesaran Busu negeri Kim, dia kertak gigi menahan sakit, mendengus meringispun tidak terus melompat turun dari atas panggung. Sudah tentu para Bu-su negeri Kim sama marah dan ribut, dalam hati mereka mengumpat caci kelicikan dan kekejian Tatcu dari Mongol, namun kekuatan Mongol amat besar, negeri Kim semakin lemah, maka tak berani mereka keluar suara memaki.

Busu Brewok mondar mandir diatas panggung dengan mem Busung dada bersikap angkuh. katanya menjuru ketempat penjuru:

"Maaf, aku yang rendah kelepasan tangan mengalahkan Pan-ciangkun, kini biariah aku mohon pengajaran dari Wanyan-ciang-kun."

Wanyan Tiang-ci mandah tersenyum, sorot pandangannya tertuju kearah IHuhansia, katanya:

"Tidak gampang Sutemu bisa menang babak berakhir ini?" di-samping menyindir kata2nya inipun menyatakan dia tidak sudi berhantam dengan seorang yang sudah letih bertanding.

Merah muka Huhansia, dalam hati dia mengumpat sutenya yang tidak tahu diri, baru dia hendak suruh orang turun, tiba2 seorang laki2 kekar melompat naiki katanya.

"Wanyan-ciangkun mana sudi menghadapi kau, biariah aku yang tidak ternama ini melawanmu beberapa jurus." orang ini mengenakan pakaian bangsa Nuchen, tapi orang dapat melihatnya kalau dia orang Han.

Bu-Iim thian-kiau kenal laki2 ini adalah Soa Yan-liu, murid murtad dari siau-lim-pay. Kiranya takut dibekuk oleh orang2 siau- lim-si, soa-Yan-liu menerjunkan diri kedalam kalangan Gilim-kun dinegeri Kim, untuk menyelamatkan diri sekaligus untuk mengejar pangkat, namun karena dia orang Han, Wanyan Tiang- ci hanya mengangkatnya sebagai kepala barisan.

Busu brewok tidak tahu asal usul soa Yan-liu, jengeknya dingin:

"Wakil komandan kalian sudah kalah, kau ini orang apa, berani menantang aku?" soa Yan-liu ngakaki katanya:

"Aku kaum kroco, aku tidak berani menantang, aku hanya temani kau latihan saja, Tapi aku tak berani mengambil keuntunganmu, dalam 10 jurus kalau aku tak mampu memukulmu turun kebawah panggung, aku sendiri yang akan melompat jatuh." setelah mengalahkan Pan Kian-ho, Busu brewok tahu

tenaganya sudah banyak terkuras, seharusnya dia lekas mengundurkan diri, tapi dia terlanjur menantang Wanyan Tiang- ci, dia tahu Wanyan Tiang- ci pasti tak sudi melayani dirinya, kala itu dirinya boleh mengundurkan diri dengan lagak besar.

Tak kira malah soa Yan-liu ini yang maju dengan kata2 sindiran lagi, keruan amarahnya berkobar, bentaknya: "Baik, kalau ingin bertanding, takperlu dibatasi 10 jurus..."

"Blang" sepasang telapak tangan beradu, Busu brewok tampak tergeliiat sedikit, sedang soa Yan-liu tergentak mundur tiga langkah, Kelihatannya soa Yan-liu dipihak yang dirugikan, tapi bercekat hati Busu brewok.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang