Jilid 90

331 8 0
                                    

Tengah mereka bicara, tiba2 terdengar suara tambur bertalu2, pertempuran sengit dari kedua pasukan negeri yang bertahan dari serangan luarpun semakinjelas terdengar daripadang rumput sana.

siau-go-kian-kun tertawa getir, katanya: "Baru saja bicara kenyataan sudah muncul didepan mata. Kukira di jalan kita bisa terhindar dari libatan pertempuran, tak nyana pasukan Mongol sudah tiba begini cepat."

Mereka naik kepegunungan yang tinggi serta memandang ke timur nan jauh sana, Tampak kelompok2 pasukan berkuda Mongol laksana gelombang samudra menyerbu dengan dahsyat secara bergiliran, jumlah pasukan sehe sebetulnya jauh lebih besar, namun mereka tidak kuat menahan gempuran pasukan berkuda musuh yang begitu gencar dan hebat. setiap kelompok terdiri sepuluh orang, didalam pertempuran gaduh danserabutan ini, setiap kelompok kecil ini harus kuat berdikari melawan musuh, namun tetap di bawah komando dari komandan tingginya disamping itu terdapat pula pahlawan2 gagah berkuda yang terjang kian kemari menyendiri secara lihay dan tak terkalahkan.

senjata beradu, berpadu dengan jerit lengking kesakitan

menjelang ajal, dalam jangka setengah jam, satu d2isipasukan sehe sudah dibabat habis dan mundur kalah.

Biasanya siau- go-kian- kun amat perkasa dimedan laga namun setelah melihat pertempuran ini, diam2 dia kesima dan melelet lidah, katanya menghela napas: "Begini kuat dan gagah pasukan berkuda Mongol, tak heran tak ada tandingan diseluruh jagat."

Kecuali kuda tunggangan setiap individu serdadu Mongol itu, merekapun membawa serta seekor kuda, satu kuda mati, segera ganti menunggang yang lain, itulah salah satu keunggulan dari strategi perang pasukan kuda Mongol, bukan saja dimedan laga mereka sudah siaga akan bantuan dan lengkap dengan persiapan, biasanya juga amat berguna didalam menempuh perjalanan. Ternyata didalam menempuh jarak jauhi pasukan kuda Mongol ini hanya diperbolehkan membawa sedikit perbekalan dan rangsum, kuda lelah bisa berganti, kalau perlu malah boleh disembelih untuk dimakan, oleh karena itu kecepatan pasukan muda Mongol pada jaman itu boleh dikata paling unggul, sehari menempuh jarak dua tiga ratus li adalah soal biasa bagi mereka.

Pasukan se he yang yang kalah dikejar pula, oleh musuh, maka mereka mundur dan menyelamatkan diri dengan segala daya upaya tidak sedikit diantara mereka yang mati terinjak2 atau dibunuh kawan sendiri, sungguh memilukan untuk disaksikan, setelah mundur mendekati kaki gunung, baru barisan mereka mulai terbentuk lagi dan bertahan.

Agaknya pasukan Mongol tidak pandang sebelah mata sisa musuh yang sudah kalah ini, merekapun tidak mau buang tenaga memasuki pegunungan untuk memberantas musuh sampai habis, Tampak debu mengepul tinggi, pasukan besar ber-bondong2 bagai arus samudra menuju kebarat, naga2nya mereka alihkan tujuan menggempur ke-kota yang lain.

Setelah pasukan Mongol menuju ke barat, kaum pengungsi di pegunungan baru merasa beruntung dan selamat darl kekejaman musuh. sekeluar dari daerah pegunungan di jalan Liu dan Hoa mencari kabar kepada serdadu yang morat marit itu, baru diketahui bahwa kota U-liang-hay ditimur sana kemaren sudah diduduk, oleh musuh, jendral Ko ling kong juga tertawan hidup2.

Ternyata Ko-ling-kong mengagulkan diri amat perkasa, begitu musuh menyerbu tiba di bawah kota, tidak memperkuat pertahanan kota dia malah keluar menantang bertempur hanya beberapa gebrak saja dia sudah terpanah luka2 oleh Cepe pemanah sakti dari Mongol yang kenamaan dan tertawan dimedan laga.

Kini setelah U-liang-hay diduduk,, pasukan Mongol mengalihkan sasarannya menggempur kota Ke-li.

Dalam beberapa hari kabar kekalahan beruntun datang dari pihak Sehe, pertahanan kuat ditiga perbatasan timur, utara dan selatan semua dijebol dan dihancurkan musuh, kota demi kota direbut dan diduduk, musuh, agaknya pasukan Mongol sudah bergerak dari tiga jurusan sembari mempersempit ruang gerak perlawanan pasukan Sehe dengan tujuan menjepit kota raja Sehe.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang