Jilid 91

272 7 0
                                    

Menerima uang seketika pemilik hotel berseri lebar, segera dia menutur sejelasnya:

"Iya, aku memang sedang heran, setelah kabar semakin genting, perkara perampokan, penjambretan di jalanan merajalela pemerintah sudah tidak kuasa lagi kendalikankeamanan. Maling dan rampok saja tidak dihiraukan lagi, sudah tentu soal raziapun jarang terjadi, apalagi hotelku ini terletak digang sempit yang sepi, tiada hasil yang bisa mereka harapkan, biasanya para opas itu jarang kemari. Razia malam ini baru terjadi selama beberapa bulan terakhir ini."

"Apakah mereka mengangga istriku?" tanya siau- go-kiankun pemilik hotel menutur dengan suara lirih: "Razia kali ini mengutamakan perhatian terhadap kaum laki2, perempuan rada dikesampingkan Kepala opas itu sengaja mencari tahu seseorahg kepadaku..." sampai disiali matanya melirik ke arah siau- go-kian-kun, se-olah2 dia sengaja jual mahal untuk memancing pertanyaan siau- go-kian-kun.

"o, orang macam apa yang mereka tanyakan kepadamu?" tanya siau- go-kian-kun.

"Mereka tanya adakah laki2 muda berusia 20-an dengan logat selatan menginap dihotelku "

Tergerak hati siau-go-kian--kun, dengan tenang dan wajar dia tertawa:

"o, orang yang mereka cari kok hampir mirip aku"

Tawa siau- go-kian-kun wajar pemilik hotel tidak curiga, katanya, tertawa:

"Memangnya, kuatir terikat kesulitan, maka sengaja kuterangkan bahwa kau adalah laki2 pertengahan umur berbadan buntak setelah kusogok, dia tidak banyak bicara lagi. Aku tahu, orang yang mereka incar tentunya bukan kaum berduit seperti kalian Tapi kan lebih baik kalau terhindar dari kesulitan betul tidak?" siau- ga- kian- kun tertawa, ujarnya:

" Cara mu memang bagus, terus terang, aku memang takut menghadapi kesulitan." segera dia persen lagi sepuluh tali baru kembali ke kamarnya.

Pelan2 siau- go-kian-kun mengetuk pintu seraya memanggil perlahan: "Jing-yau. aku sudah pulang," tak terdengar penyahutan dari dalam siau- go-kian-kun merasa heran, pintu didorongnya terbuka, pelita dalam kamar masih menyala, namun bayangan Hong-lay-mo-li tidak kelihatan.

Siau- go-kian-kun menduga kalau bukan kebentur kejadian, tentu Hong-lay-mo-li tidak sabar menunggu, menyusul dirinya. Dia tahu Ginkang orang lebih tinggi, tentunya takkan terjadi apa2 atas dirinya, lebih baik ditunggu saja sini, supaya tidak cari mencari.

"Jing-yau lebih cerdik dan teliti dari aku, pasti takkan terjadi apa2" demikian batinnya

Kira2 menunggu sesulutan dupa, tiba2 terdengar "siut." angin, sesosok bayangan menerobos masuk ke dalam Honglay-mo-li kembali.

"Kau sudah pulang, bertemu dengan keluarga Li Tjiangthay tidak? Kennpa golok itu masih ditanganmu?"

" Cerita ku panjang, katakan dulu pengalamanmu Kenapa kau ngeloyor keluar?"

"Razia malam ini kau sudah tahu?"

"Pemilik hotel sudah ceritakan kepadaku, kabar-nya mereka tidak cari gara2 kepadamu?"

"Mereka cari keterangan kepadaku, namun kugunakan akal menggebahnya pergi"

"o akal apa?"

"Tak sabar aku menghadapi mereka, maka kuselipkan benang kebut diantara kuku jariku, dengan terlindung lengan baja, sedikit jentik, benang kebut menutuk ke Hiat-to pelemasnya, Ha, kali ini dia betul2 tersiksa." terbayang kelakuan kepala opas yang tahu2 menungging sambil memeluk perut dengan menahan kesakitan sekujur badan gemetar, polanya amat lesu, tak tertahan Hong-lay-mo-li tertawa geli.

"Tak tahan sakit dan gatal, namun dia tidak tahu kalau aku yang berbuat, dikiranya mendadak diserang penyakit aneh. bergegas dia mengundurkan diri" siau- go-kian-kun ter-pingkel2 geli, katanya:

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang