Jilid 92

244 8 0
                                    

Latihan Gun-goan-it-sat-kang Ibun Hoa-kip amat sungguh namun dia toh kesakitan oleh ketukan kipas siau- go-kian-kun, namun dia kuat bertahan. cepat sekali, dikala jari2 siau-gokian-kun hampir mencengkram pundaknya, diapun menarik seorang tawanan terus ditarik umtuk menangkis cengkraman siau- go- kian-kun.

Tak kira orang menggunakan manusia untuk tameng kalau Ibun Hoa-kip tega main bunuh sesuka hatinya, namun siaugo- kian-kun tak mungkin berbuat sejahat itu, maka cepat2 dia tarik tangan. Begitu lemparkan tawanan itu, ibun Hoa-kip segera menerjang keluar dari gerombolan orang banyak yang lagi ber-hantam.

Baku hantam tengah berlangsung dengan sengit, ibun Hoakip tidak hiraukan orang dari pihak mana, ditengah gelanggang pertempuran yang acakan2 itu, ibun Hoa-kip main terjang dan hantam dalam sekejap dia sudah lari keluar dari lingkungan penjara Waktu Hek-siulo kejar keluar, dari kejauhan didengarnya gelak tawa Ibun Hoa-kip:

"Kalau ingin minta adikmu, tebuslah dengan hartamu Aku tunggu kabar baikmu di Holin, hehe, hari ini aku tidak melayanimu lagi." Gin-kang ibun Hoa-kip jelas masih unggul dari Heik,siu-lo, cepat sekali dia sudah membelok di jalan raya sana dan masuk kelorong sempit.

Holin adalah ibu kota Mongol, baru sekarang Hek-siu-lo tahu jejak adiknya. Tahu bukan tandingan ibun Hoa-kip, mengingat jiwa adiknya juga takkan terancam sebelum lawan mendapatkan harta simpanannya maka dia tidak mengejar lebih lanjut, kembali dia masuk kepenjara2 bantu keluarkan tawanan2 yang lain.

sementara itu sin Bong-gwan sudah terluka oleh tusukan

pedang Hong-lay-mo-li, dengan terluka diapun sudah melarikan diri sedang siau-go-kian-kun masih terlibat dalam baku hantam dengan orang banyak, belum mampu menerjang keluar penjara.

Karena tak ingin banyak membunuh, terpaksa siau- gokian-kun membentak: " Kalian lihat ini" diam2 dia kerahkan tenaga, sekali telapak tangannya membacok. Dinding tebal disampingnya dia pukul berlobang, bentaknya pula:

"Kepala siapa yang lebih keras dari dinding ini? siapa berani turun tangan pula, biar rasakan pukulanku."

Hong-lay-mo-li ikut membentak "orang Mongol sebentar akan menyerbu tiba, buat apa kalian saling bunuh sendiri, tidakkah kalian menyesal?"

Memangnya sipir bui itu sudah patah semangat, disamping jeri melihat kehebatan pukulan sakti siau go-kian-kun, merekapun terketuk oleh nasehat Hong-lay-mo-li, maka cepat sekali pertempuran berhenti dan semua buang senjata, malah mereka ikut lari bersama para tawanan.

Setelah keluar siau-go-kian-kun berkata: "Kita tak bisa kembali kehotel kecil itu, terpaksa harus cari tempat berteduh."

Hek-siu- lo berkata: "Aku punya teman orang sini, namanya Beng Hay-kong, dulu dia pernah berdagang perhiasan dengan aku, orangnya cukup setia ka-wan, tentunya dia sudi menerima kita."

Fajar kebetulan menyingsing sipir bui dan tawanan sudah bubar entah lari kemana, hotel2 dan toko tiada yang buka, rumah pendudukpun tertutup rapat, jalanan sepi lengang, hanya mereka bertiga yang putar kayun di jalan raya.

semula siau- go- kian kun. kira di jalan bakal kesamplok

bajingan2 tengiki anehnya setelah dua kali mereka belak belok menyusuri jalan raya, bayangan seorangpun tak kelihatan. Katanya tertawa: "Keadaan ini rada ganjil, se-olah2 membawa firasat jelek "

Belum habis dia bicara, dikesunyian pagi yang lengang itu, mendadak terdengar derap kaki kuda yang berdentum riuh rendah dan berirama mendatangi siau- go- kian-kun terperanjat katanya: "Mungkinkah pasukan Mongol sudah masuk kota"

Betul juga, dari ujung jalan raya sana tiba2 muncul sebarisan serdadu berkuda, bendera ber-kibar2 tertiup angin, kudanya gagah penunggangnya garang berwibawa barisannya teratur rapi, memangnya itulah pasukan kavaleri Mongol.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang