"Lalu bagaimana aku harus serahkan kembali medali mas ini kepadamu?" tanya siau- go- kian- kun.
"Boleh kalian ambil saja, jangan kuatir akan diriku aku akan cari upaya untuk memperolehnya yang lain." setelah Hudapi pamitan pergi, semua orang sama senang dan lega, Heksiu-lo berkata:
"Aku ingin pergi ke Mongol saja.."
Beng Hay-kong menimbrung: "Adikmu dikurung di Holin, adalah pantas kalau kau kesana menolongnya keluar. Tapi bukankah baru saja keluar dari mulut harimau masuk kemoncong buaya?"
" Walau berbahaya, aku tetap kesana." ujar Hek-siu-lo tegas- setelah menghela napas, dia menambahkan:
"setelah peristiwa ini, aku sudah kapok juga, pribahasa ada bilang: Manusia mati lantaran harta, burung mati karena makanan, Bukankah lantaran harta kita hampir saja direnggut elmaut? Yang bener harta itu takkan terbawa keliang kubur, hidup manusia paling seabad buat apa pula mengoleksi dan menumpuk harta sebanyak itu?" siau- go-kian-kun tertawa, ujarnya: "Kau bisa menginsafi
hal ini, sulit juga."
" Cukong, bicara terus terang, sebagian terbesar harta kami memang dipendam di suatu tempat di Mongol, walau tak berani kubilang nilainya seharga sebuah kota, kukira cukup ada ribuan juta tail perak. Kali ini aku, ke Mongol disamping untuk menolong adik, akupun ingin bawa pulang harta benda itu."
"Begitu banyak hartamu, separo untuk menyogok ibun
Hoa-kip sudah lebih dari cukup."
"Tidak, aku tidak akan berbuat demikian. itukan aku kikir, namun aku berpendapat harta benda harus dimanfaatkan dan disalurkan sesuai gunanya, diberikan Tatcu Mongol berarti aku bantu kejahatan mana boleh aku berbuat demikian,? Kupikir hendak serahkan harta benda itu kepadamu malah..."
"Mana aku berani menerima hadiahmu sebesar itu?" ujar Hong-lay-mo-li.
" Gerakan laskar rakyat kurang ransum dan persenjataan tidak lengkap. Harta itu boleh kalian jual untuk mempersiapkan diri melawan Mongol. Menurut pendapatku, setelah Mongol mencaplok sehe, selanjutnya pasti menelan Kim dan menggasak song, soal waktu saja, laskar kalian pasti bentrok dengan Mongol."
"Bagus, ucapanmu memang betul, Kalau demikian biar aku wakilkan seluruh laskar kita ucapkan terima kasih kepadamu."
"Manusia punya cita2 luhur atas karunia Thian," demikian ujar siau- go- kian- kun, "semoga per jalananmu ke Holin berhasil dengan baik."
Pagi2 sekali hari kedua, siau- go- kian- kun keluar kan dua kulit kedok sebuah diberikan kepada Hek-siu-lo, katanya:
"Pakai ini, orang lain tidak akan mengenalmu lagi."
Wajah Hek-siu-lo hitam keling tampangnya aneh dan luar biasa, walau ada medali pemberian Hudapi, namun tetap menarik perhatian orang, kedok muka ini tepat untuk mengelabui orang.
Dengan membawa medali mas itu, betul juga dengan leluasa mereka keluar kota. setiba dipersimpangan jalan keutatra menuju ke Mongol, ketimur menuju ke Tionggoan, Hek-siu-lo berkata:
" Cukong, banyak terma kasih dari jauh kau kemari menolong jiwaku, tak berani aku bikin susah kau ke Mongol lagi"
"Tidak, kami memang hendak ke Mongol juga. jadi bukan lantaran urusanmu." lalu dia menambahkan dengan tertawa:
"Jing-yau, tanpa kau katakan, namun aku tahu isi hatimu bukankah kau ingin ke Mongol untuk melihat Kongsun Ki?"
" Guruku hanya punya seorang anak, kalau betul Kongsun Ki bertobat dan insaf diri, guruku pasti amat senang. Namun jiwanya tinggal tiga bulan saja, terang tak sempat kukirim kabar ke Kong-bengsi. Kupikir..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)
AdventurePemuda ini bernama Khing Ciau, rumahnya berada di Siok-shia, kira-kira seratus li dari Tiong-toh (Pakkhia), setelah Siok-shia terebut dan diduduki pasukan negeri Kim, ayahnya pernah menjabat kedudukkan cukup tinggi di dalam pemerintahan. Terbayang a...