Jilid 95

259 8 0
                                    

Tatkala itu Hek-Pek-siu lo sudah keluar, dengan obornya Hek-siu-lo segera membakar kemah. Dari bawah Uji berteriak2:

"sukalah kalian bermurah hati, jangan aku dibakar mati." siau-go-kian-kun berkata: "Keparat inipun jahat, tapi bukan pelaku utama, Baiklah selamatkan jiwanya."

Pek-siu-lo menyeretnya keluar terus menendangnya sekali, tulang rusuk Uji patah dua, namun Hiat-tonya yang tertutuk dibebaskan, karena terluka parah dan tak mampu ber jalan Uji merangkak meninggalkan kemahnya yang mulai berkobar.

Suptay komandan ronda segera ber-lari2 datang dengan anak buahnya, suara tanduk tanda bahaya segera ditiup, Lekas sekali para Busu ber-lari2 dari berbagai penjuru, genta besar di istana yang piranti memberi tanda bahayapun bertalu2.

siau-go-kian-kun dan lain2 kembangkan Ginkang sudah lari

ke dalam hutan waktu para Busu sibuk memadamkan api, mereka dengan selamat sudah tiba di-bawah gunung.

siau-go-kian-kun lantas berpesan kepada Hek-Pek-siu-lo:

"Kalian meninggalkan Holin dulu, tunggulah kami di Kimgu-poh diluar kota." Kim-gu-poh adalah tempat dimana HekPek-siu-lo menyimpan hartanya, hal ini sudah dilaporkan kepada siau- go-kian-kun. Maka merekapun berpisah.

Kuil Lama dan istana Jengis Khan dibangun bertautan antara dua puncak yang berlainan, lekas sekali para Lama dipuncak sebrang bisa melihat kobaran api di puncak sebelahnya, namun jalan gunung sukar dan berbahaya, malam gelap lagi meski jaraknya dekat, tapi untuk naik turun gunung memerlukan waktu sejam. Waktu siau- go-kian-kun dan Honglay-mo-li tiba dipuncak gunung, para Lama sedang ber-lari2 turun-

Mereka sembunyi diatas pohon, para Lama itu perlu segera lari kesana memberi bantuan, sudah tentu tak perhatikan jejak mereka.

Jumlah Lama yang keluar memberi bantuan cukup banyak, sisanya yang tunggu Kuil segera menutup pintu, dan tiada yang berani keluar. Dalam bilangan Kuil Lama yang cukup besar ini terdapat beberapa pucuk pohon tua, kebetulan buat sembunyi siau- go-kian-kun berdua, namun burung yang bersarang dipohon ini terkejut terbang.

Dua Lama yang berjaga di bawah pohon terkejut dan mendongaki disaat mereka perhatikan suara burung, Liu dan Hoa lekas kembangkan Ginkang dari arah yang lain melesat ke atas kuil terus sembunyi dilekukan genteng.

Dipekarangan sana empat Lama sedang mendatangi namun merekapun tidak melihat jejak bayangan Liu dan Hoa, Kedua Lama itu, membalik masuk sambil menggerutu:

"Ternyata burung cari gara2"

Baru saja siau- go-kian-kun merasa senang bahwa usahanya berhasil, tiba2 terasa kesiur angin dingin yang tajam laksana panah melesat ke arah dirinya, berbareng seorang membentak: "Menggelundunglah turun"

Kontan siau-go-kian-kun bergidik kedinginan, kakinya terpeleset dan meluncur kebawah dari atas genteng, untung dia keburu mengerem dan gunakan gaya bergantung diatas payon, ujung kaki menggantol dan menyendal kembali dia melejit naik keatas.

Namun lekas sekali si Bungkuk Thay Bi sudah menubruk tiba kedua tangannya menyerang bersama, kekiri menyerang siau-go-kian-kun, kekanan menghantam Hong-lay-mo-li.

Siau- go-kian- kun terkejut akan kehebatan pukulan si Bungkuk yang lebih kuat dari beberapa bulan yang lalu, namun dia tidak mundur, namun dipaksa untuk balas menyerang untuk bertahan, dimana kipasnya bergerak dia tutuk Lau-kiong-hiat ditelapak tangan Thay Bi .

Thay Bi kipatkan tangan berusaha merebut kipas Siau-gokian-kun. Tapi disaat lawan mengubah gerakan, siau-go-kiankun sudah melejit dengan gerakan burung dara jumpalitan dia pindah kesebelah atas tepat diwuwungan rumah.

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang