Jilid 98

246 9 0
                                    

Teringat akan segala-dosa dan perbuatannya itu, setajam gigitan ular menusuk sanubarinya. Derita batin ini jauh lebih menyiksa lubuk hatinya dari penyakit Jau-hwe-jip-mo. Akhirnya tak tahan Kongsun Ki sesenggukan memeluk kepala dan sesambatan:

"Aku bukan manusia, aku bukan manusia"

Diam2 siau-go-kian-kun membatin: "Karma Kau akhirnya termakan sendiri akan dosamu selama ini" segera dia ulur tangan mendempel punggung orang, dengan saluran tenaga murninya dia bantu orang bertahan untuk sementara, katanya:

"Kongsun-toako masih ada pesan apa lagi yang perlu kau tinggalkan?"

"Keatas aku berdosa terhadap ayah ibu, kebawah bersalah terhadap anak istri, putraku itu, putraku itu... a i, sekarang tiada yang perlu kukatakan lagi, hanya ingin segera mangkat saja. sumoay, kasihanilah aku, berilah tusukan pedang mu supaya aku lekas mangkat"

"suheng, jangan kuatir." bujuk Hong- lay- mo-li,

"putramu sekarang berada di Kong-bing-si, ayahku sendiri yang merawatnya. Khing Ciau sudah mengajarkan ilmu menyungsang urat nadi ciptaan Ceng ling-cu kepada siang Ceng-hong, Ceng-hong akan bantu menguras kadar racun dalam tubuh anaknya. Mereka ibu beranak takkan tersiksa lagi 18 tahun lamanya.

"Bagaimana ayahku? Ayah terluka oleh pukulan beracunku, bagaimana keadaannya sekarang? Ai umpama ayah sudi mengampuni putranya yang tak berbakti ini, aku sendiri takkan bisa mengampuni diriku sendiri"

"suhu sedang merawat luka2nya di Kong-bing-si juga, Bingbing Taysu kerja sama dengan ayahku untuk mengobatinya, penyakit tanpa daksanya sudah mulai sembuh, bulan ya lalu waktu Hi-tiong berada disana, katanya suhu sudah bisa berjalan, sebelum akhir tahun ini, Iwekangnya sudah akan pulih seperti sedia kala."

Kongsun Ki menghela napas lega, katanya:

"Dosa2ku ada orang yang menanggung dan menebusnya, matipun meramlah aku." suaranya semakin lirih, akhir katanya matanyapun terpejam, suaranya lirih seperti bunyi nyamuk.

"suheng" sedak Hong-lay-mo-li.

"Biarkanlah dia mangkat" ujar siau-go-kian-kun mengulap tangan, Kaki tangan Kongsun Ki mulai dingin, siau-go-kian-kun kira orang sudah meninggal, tak nyana tiba2 dilihatnya kelopak matanya bergerak.

Bibirnyapun terpentang, agaknya napasnya belum putus seluruhnya.

Lekas Hong-lay-mo-li dekatkan kuping dimulut orang, teriaknya:

"suheng, kau masih ada pesan apa?"

Terdengar suara Kongsun Ki lirih dan lamban:

"Kedua, ilmu beracun keluarga siang itu, aku... aku sudah menyelaminya, Ceng-hong, dia, dia..." teramat payah dan menguras tenaga Kongsun Ki mengucapkannya, kemungkinan jiwanya bisa putus secara tiba2.

"suheng tidak usah kuatirkan hal ini." ujar Hong-lay-mo-li.

"Ceng-hong tidak mau meyakinkan ilmu itu, anakmupun tidak akan diajarkan"

karena tidak tega suhengnya tersiksa batin lagi sebelum

ajal dan lagi dia anggap kedua ilmu beracun keluarga siang itu terlalu jahat dan banyak menimbulkan petaka, umpama Kongsun Ki masih punya sisa tenaga menerangkan hasil teori yang diselami, Hong-lay-mo-li juga tidak mau mendengarkan.

Semangat Kongsun Ki sudah pudar, dia tahu dirinya takkan bertahan lama, segera dia hirup napas panjang dan berkata pula:

"Setelah aku mati, kalian bakar jenazahku dan taburkan abuku biar ditiup angin lalu, kau... kau akan bisa... bisa mene..menemukan..." belum habis kata2nya, suaranya yang lirih dan lemah itu

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang