Jilid 100 (TAMAT)

1K 13 2
                                    

Karena tertusuk benang kebut pada Hiat-tonya, rasanya sudah tentu tidak enak namun kepandaian cun-seng Hoat-ong amat tinggi maka gerak geriknya tetap wajar, orang lain tiada yang tahu, Memang ada maksud menjajal kepandaian laki2 tua ini, maka Cun-se-ng Hoat-ong segera membeli salam hormat, katanya:

"orang kosen berkunjung, maaf tidak menyambut selayaknya."

Dengan membungkuk hormat ini. cun-seng Hoat-ong kerahkan Gun-goan-it sat-kang, kekuatannya masih cukup mampu membelah piliar. Tak nyana, dilihatnya jubah Liu Goan-cing hanya sedikit melambai, orangnya seperti tidak merasakan apa2.

Kata Liu Goan- cong: " orang awam dari gunung, mana berani diapulkan sebagai orang kosen?" diapun balas memberi hormat, Cun-seng Hoat-ong diam2 sudah siaga dan berjaga2 namun tak terasa perlawanan orang, baru saja dia geli akan prasangkanya yang keliru, tahu2 segulung hembusan angin sepoi2 menimbulkan reaksi pada pusarnya, semula terasa sedikit hangat dan semakin panas, dalam sekejap hawa panas ini mengalir keseluruh badan.

Cun-seng Hoat-ong terperanjat girang, kiranya karena tertutuk Hiat-tonya, darah dalam badannya kurang lancar dan semangat menjadi sedikit lumpuh, dada terasa muaki namun aliran hawa hangat yang timbul dari pusar ini laksana hembusan angin musim semi yang menyegarkan, seketika bangkit kembali semangatnya.

Baru sekarang cun-seng Hoat-ong menyadari bahwa orang pakai Iwekang tingkat tinggi bantu dirinya melancarkan darah yang terganggu. Umumnya cara urut dan pijat melancarkan jalan darah bagi setiap tokoh silat kosen harus tangan menyentuh badan orang.

Cara seperti yang diperlihatkan Liu Goan- cong sungguh belum pernah terjadi, jarak mereka ada setombak, namun orang mampu kerahkan tenaga untuk membuka Hiat-to dan melancarkan jalan darahnya, keruan cun-seng Hoat-ong kagum bukan kepalang.

Sedikitpun Liu Goan- cong tidak memajukan tanda2 gerakan apa2 dan secara diam2 menyembuhkan luka2 Cunseng Hoat-ong, sehingga gengsi dan pamornya tidak jatuh, sudah tentu hatinya amat haru dan berterima kasih, tapi juga kejut dan curiga lekas dia berkata:

"Lo-siansing harap tunggu sebentar, kau, siapa kau?" sembari bicara dia maju menghampiri, ulur tangan menarik Liu Goan- cong.

Tarikannya ini disamping ingin menjajal Iwekang Liu Goancong, juga ingin menahannya untuk bersahabat.

" Hoat-ong jangan terlalu banyak adat" ujar Liu Goan-cong, badannya tidak bergeming, tangan diulur lantas berjabatan dengan cu-seng Hoat-ong, mendadak tiga jarinya sudah menekan dan mengincar keurat nadi orang.

Tadi karena orang menyembuhkan luka2nya Cun-seng Hoat-ong tidak menaruh prasangka jelek lagi terhadap Liu Goan-cong, maka dengan lega hati dia uIur tangan ajak berjabatan.

Tak nyana mendadak Liu Goan-cong mencengkram urat nadinya, sudah tentu kejutnya bukan main. Maklumlah kalau urat nadi kena dipencet, betapapun tinggi ilmu silatnya tak berguna lagi, terpaksa pasrah nasib dan biarkan orang berbuat sesuka hatinya.

semula Cun-seng Hoat-ong kira Liu Goan-cong hendak

menjatuhkan dan membuat dirinya konyol dihadapan orang banyaki tak kira perbuatan dan sikap Liu Goan-cong selanjutnya sekali lagi berada diluar dugaannya.

Disaat sanubarinya bergetar itu, Liu Goan-cong sudah lepaskan jari2nya pula tampak seutas benang kebut terbang mengikuti gerakkan jari2 tangannya, urat nadi dan Hiat-to Cun-seng Hoat-ong yang merasa pegal tadi segera lenyap. badan merasa segar dan nyaman.

Baru sekarang dia insaf bahwa kembali Liu Goan-cong kembangkan Iwekang tingkat tinggi dikombinasikan dengan ilmu kedokterannya yang lihay, benang kebut yang menusuk Hiat-tonya telah dia cabut keluar.

Benang kebut sekecil itu, orang lain tidak perhatikan, sudah tentu tiada yang tahu akan kejadian ini.

Tiba2 diantara gerombolan para Busu sana menerobos keluar seorang sambil tertawa, katanya:

Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang