[PART 17]

512 59 3
                                    

Pengumuman gaess!! Mulai sekarang, aku bakal update kalau readers-nya sudah 100 atau lebih. Yeah, READERS bukan VOTERS.
Aku tahu diri kok😐

Biar aku semangat gitu, ya kali sampe hari gini vote-nya gak pernah nembus 10. Malah, readersnya kian surut 😞😞

--------------------------------------------------------------------------------

"Hilang ingatan?!" Jae Joong mengulang ucapan sang dokter.

"Benar. Beberapa pasien gegar otak ringan memang bisa kehilangan sebagian memorinya. Biasanya pasien akan mendapatkan kembali ingatannya dalam jangka waktu yang tidak lama. Dalam kasus ini, pasien tidak mampu mengingat kejadian beberapa hari terakhir."

Jae Joong mengangguk setelah mendengar penjelasan dokter muda itu. "Berarti, yang dia lupakan hanya beberapa hari sebelum kecelakaan?"

"Iya. Bagian memori yang dilupakannya tidaklah banyak. Apa sebelum ini Han Eun Joo-ssi sedang mengalami masalah berat hingga membuatnya tertekan?"

Jae Joong mengiyakan.

"Mungkin saja, bagian yang dilupakan olehnya adalah yang selama ini membuatnya tertekan dan stress. Jika memang begitu, bisa jadi akan butuh waktu cukup lama untuk mendapatkan ingatannya kembali. Ini karena bentuk pertahanan diri yang dilakukan secara tak sadar dari kondisi yang menyebabkan depresi. Karena itu, Han Eun Joo-ssi harus cukup istirahat dan tidak boleh tertekan."

Keluar dari ruangan dokter itu, Jae Joong langsung mengusap kasar wajahnya. Rambutnya yang biasa tertata rapi kini tampak kusut. Pun dengan penampilannya. Beberapa hari di rumah sakit, ia sendiri tak sempat memikirkan merawat diri. Fokusnya hanya pada kondisi Eun Joo. Dan kini, sekali pun sudah sadar, istrinya yang kehilangan sebagian ingatan membuat Jae Joong kesulitan menemukan penyebab kecelakaan itu.

***

Malam merangkak makin larut. Sebuah ruang rawat dengan kelas VVIP rumah sakit swasta itu hanya diterangi temaram lampu tidur. Han Eun Joo yang tengah terlelap tampak terusik. Alis tebalnya berkedut. Beberapa tetes peluh mengalir dari pelipis. Erangan lirih menyiratkan ketakutan. Tangannya mengepal, meremas selimut. Dalam beberapa detik kemudian, intensitas gerakan tubuhnya makin menampakkan kegelisahan yang meningkat. Hingga akhirnya ia tersentak dengan posisi duduk.

Deru napasnya memburu. Matanya menyorot takut. Di tengah kesadarannya yang belum utuh, ia menenangkan ritme napas. Dia tahu, mimpi buruk tadi membuatnya terbangun. Anehnya, perempuan itu tak tahu mimpi apa yang menghampirinya tadi. Ia sama sekali tak ingat meskipun sisa ketakutan itu masih dirasakannya dengan jelas. Tangan kirinya yang tidak diperban meraih segelas air di nakas. Namun karena posisinya yang bersilangan dengan tangan kirinya, ditambah gerak kakinya yang terbatas, ia kesulitan meraih gelas itu.

“Biar kuambilkan,” seru Jae Joong yang baru masuk. Ia mempercepat langkah dan langsung mengangsurkan gelas itu kepada Eun Joo.

Dengan tangan yang agak gemetar, Eun Joo menerima gelas itu dan meminumnya beberapa teguk. “Terima kasih.”

Setelah mengembalikan gelas ke nakas, Jae Joong mangamati wajah sang istri. Tangannya terulur, mengusap peluh di kening dan pelipis Eun Joo. “Kamu kenapa?”

Eun Joo tersenyum tipis, “Tidak apa-apa. Hanya mimpi buruk.”

Jae Joong mengangguk, “Tidurlah. Aku akan menjagamu di sofa.” Baru saja ia akan bergerak ke sofa yang merapat di satu sisi dinding, langkahnya ia urungkan karena panggilan Eun Joo.

“Bisakah…” ragu, Eun Joo menjeda sejenak, “bisakah kau menemaniku tidur di sini?” Mendapati Jae Joong yang diam tak merespon, Eun Joo buru-buru menambahkan, “Setidaknya untuk malam ini saja.”

Marrying Cinderella's Stepsister (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang