Play BGM :
Clean Bandit ft Zara Larsson - Symphony
Troye Sivan - Lost Boy•••
Jeon Jungkook memang bukan seorang remaja yang dimana di usianya kebanyakan diisi oleh hari-hari menyenangkan bersama orang-orang dengan gelar teman. Apalagi, di usianya sekarang dimana ia sedang mencari jati diri sendiri atau kalau beruntung menemukan cinta yang bisa sementara maupun selamanya.
Tidak. Tidak ada. Hidupnya yang kini selalu sama seperti dulu—seperti sejak ia kehilangan cahaya dalam hidupnya sendiri. Dimana sesuatu yang seharusnya ia dapatkan pada nyatanya tidak bisa ia dapatkan dari siapapun lagi.
Kehidupan SMA-nya tidak pernah jauh dari belajar, tidur, dan membaca. Membaca menurutnya adalah satu-satunya kegiatan yang tidak monoton dalam hidupnya selama 17 tahun. Karena ia suka membaca banyak jenis buku.
Melalui buku sendirilah Jungkook yakin, bahwa dunia sangatlah luas meski nyatanya dunia yang ia jalani begitu-begitu saja seolah berjalan di tempat.
Tapi Jungkook tidak pernah bersedih. Kecewa mungkin sesekali, teman bukanlah segalanya begitulah yang ada di pikirannya. Jadi, masa SMA-nya tanpa teman bukanlah mimpi buruk baginya tidak seperti yang lain.
Maka, tak heran jika di jam kosong seperti ini Jungkook akan duduk di bangkunya. Kali ini ia tenggelam dengan novel bergenre fantasi sementara seisi kelas sudah terbagi menjadi kubu-kubu yang pada nyatanya berisi orang yang begitu-begitu saja.
“Hei.”
Jungkook tidak pernah disapa ataupun dipanggil oleh teman sekelasnya kecuali, jika mereka punya urusan dengannya; masalah tugas, atau saat ulangan.
Jadi, ia pikir panggilan itu bukan tertuju padanya. Suara tersebut terdengar berat dan serak; suara khas remaja seusianya yang akan mengalami dan sedang masa pubertas.
“Jeon Jungkook.”
Lantas, Jungkook mengadah dan yang ia dapatkan hanya meja guru yang kosong begitu juga meja-meja di depannya. Dalam hatinya ia merengut karena fokusna hilang sesaat hanya karena seseorang memanggil namanya.
****
Jam pulang sekolah sudah tiba. Tapi ia tidak akan langsung pergi kembali menuju rumah seperti kebanyakan siswa introvert atau yang tidak ada lagi kepentingan di sekolah.
Atap sekolah selalu sepi dan kini langit mendung bak kehilangan cahaya atau malah mereka menutupi cahaya? Jungkook berjalan memasuki ruangan tanpa tembok itu, hanya ada pagar kawat setinggi dua meter di sekitar.
Surai kehitamnya langsung tertiup kencang. Tampaknya Jungkook tidak peduli.
“Kau kenapa ke sini terus, sih?”
Jungkook langsung terlonjak, ia nyaris terjatuh saat suara berat yang sama seperti di kelas yang memanggilnya terdengar dari arah kanannya. Ia lantas menghadap ke sana dan menemukan seseorang yang membelakanginya.
Dia siapa? Mengapa aku baru melihatnya di sini?
Kalau mau tahu, Jungkook adalah tipe anak pengamat yang baik. Meski ia sering sendirian, tapi nyatanya ia selalu memperhatikan sekitarnya. Dan ia mulai hafal penampilan murid-murid di sini.
Tapi, orang itu berbeda. Ia menggunakan seragam yang sama sepertinya tapi tampak pudar. Rambutnya berwarna oren cerah yang terlihat menyala di bawah langit mendung dan tertiup angin yang terus berhembus. Posturnya tinggi tegap sementara kedua bahunya cukup lebar.
“Kau siapa?” Jungkook mencoba memberanikan diri bertanya.
Orang itu kemudian berbalik. Senyum terpampang di wajah yang Jungkook katakan nyaris sempurna? Senyum kotak yang begitu ramah, kedua mata tajam yang menyipit dan surai oren yang tertiup seolah menghapus kata nyaris di benak Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
verirrter Junge✔ [TAEKOOK]
Fanfiction[COMPLETED] And the truth is that I'm sorry. [ taekook ; au ; ooc ; bl ; one-shot ] ©leenamarui