Happy reading!
Zarven terduduk di bangku kelasnya seraya menatap ponselnya yang berada di atas mejanya. Sudah sebulanan ini Zarven selalu menatap ponselnya. Menunggu sesuatu. Menunggu balasan pesannya yang ia kirimkan pada Lovinia sebulan yang lalu, yang sampai sekarang Zarven belum menerima balasan dari pesan yang dikirimnya itu.
Sebegitu bencinya dirimu padaku, Lovy? Sampai kamu tidak mau membalas pesanku. Atau kamu sudah melupakanku? Aku masih menunggu Lovy. Aku ingin mendengar kabarmu. Aku merindukanmu, batin Zarven memejamkan matanya dengan mengadahkan posisi kepalanya ke arah langit-langit kelas.
Saat Zarven masih memejamkan matanya. Ada seseorang yang menepuk bahunya. Refleks Zarven langsung membuka matanya dan menoleh ke arah tepukan bahu itu.
"Albie!" ujar Zarven.
"Hei!" balas Albie – Teman Zarven. "Masih pagi udah ngantuk aja." Ujar Albie.
"Nggak ngantuk. Cuma meremin mata aja."
Albie hanya ber-oh ria mendengar jawaban Zarven.
"Masih belum dibales juga?" tanya Albie menunjuk ponsel Zarven dengan dagunya. Zarven hanya menggelengkan kepalanya.
"Mungkin dia sudah melupakanku." Ucap Zarven lirih dengan nada sedih terdengar dalam ucapannya.
"Belum tentu kali, Ven. Siapa tau dia lagi sibuk jadi belum sempat membalasnya." Albie mencoba menenangkan Zarven.
Zarven menghela nafasnya berat. Zarven berpikir inilah karmanya. Harusnya dulu dia tidak begitu saja menuruti apa kata Elisha yang berakhir menyakiti hati Lovinia. Dengan begitu tidak akan begini akhirnya. Zarven masih menyukai Lovinia.
"Bagaimana kalau minggu depan kamu tanya saja pada Ameera tentang Lovinia? Kudengar seminggu ini dia baru ke Bandung. Aku yakin dia pasti bertemu Lovinia disana. Ameera dan Lovinia kan tak terpisahkan." Saran Albie.
Zarven menegakkan tubuhnya dan menatap Albie dengan senyum di wajahnya. Mendadak Albie merasa geli melihat Zarven yang sedang tersenyum itu.
"Ngapain senyum gitu? Jijik tau." Ujar Albie.
"Thanks, bro." ucap Zarven seraya menepuk bahu Albie dengan semangat ceria. Albie menatap Zarven bingung yang tiba-tiba langsung semangat 45.
***
Saat jam istirahat siang, seluruh murid telah berhamburan ke kantin. Zarven tadinya hanya ingin dikelas saja. Tapi ketika ia melihat seseorang masuk ke kelasnya. Zarven segera berdiri dari bangkunya dan berjalan keluar kelas tanpa menghiraukan seseorang yang mendekatinya.
"Zarven!" panggil orang itu.
Zarven mendengar panggilan itu. tetap seperti tadi, Zarven terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan orang itu.
Orang yang memanggil Zarven itu berdecak kesal di belakang Zarven karena Zarven tidak menghiraukannya. Sedikitpun! Dan tanpa Zarven sadari ternyata orang itu mengejar Zarven. Karena Zarven berjalan dengan langkah yang cukup lebar. Membuat orang yang sedang mengikuti dibelakangnya harus berlari-lari kecil untuk menyusulnya.
Setelah Zarven berada dalam jangkauannya. Orang itu pun langsung menarik lengan Zarven yang membuat Zarven menghentikan langkahnya.
"Zarven. Dengerin aku bentar bisa nggak sih?" Ucapnya.
Zarven hanya menatapnya dengan tatapan tajam dan juga Lelah menghadapi orang itu.
"Zarven, kamu nggak bisa giniin aku. Aku masih belum bisa nerima keputusan kamu yang seenaknya mutusin hubungan kita." Ucapnya yang tak lain adalah Elisha, cewek yang ia putuskan hubungannya sebulan yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can't Take My Eyes Off You (REVISI)
Aktuelle Literatur"Dulu aku belum mengenalmu, sehingga yang dilihat olehku bukanlah dirimu. tapi semuanya berbeda ketika aku mulai mengenalmu dan saat aku semakin mengenalmu, menghabiskan waktu bersamamu, akupun tersadar bahwa kamu akhirnya tidak akan pernah lepas da...