Chapter 26

102 4 0
                                    

---


Guncangan hebat kami rasakan, robot itu besar sekali... bahkan hampir sama dengan robot Nico. Ketakutan mulai menjalar bagai pohon anggur sekarang, aku sudah tak tahu harus bagaimana lagi, kuserahkan semuanya pada mereka.


"Honoka!" saat tiba didalam, aku dipeluk oleh Nico. Gila, dia tinggi juga... sekarang rambutnya sudah tidak di-twintails lagi, mungkin dia sudah dewasa sekarang, "bagaimana keadaanmu?" tanyanya sambil menangis. Seharusnya aku yang menanyakan keadaannya!


"A-Aku baik, b-bagaimana denganmu Nico-chan?!" seruku balik bertanya, dia tersenyum sambil menyusut air mata, menjawab kalau dia baik-baik saja. Lalu kembali ke tempat kendali mesin raksasa itu.


"Kita harus bisa membakar seisi kota!" seru Umi tiba-tiba. A-Apa?? Kenapa harus seluruh kota...?? "jika tidak, maka kita tidak akan selamat!" tambahnya lagi, aku semakin bingung. Tidak perlu sekejam itu menghanguskan seluruh kota. Banyak orang tak berdosa disana.


"Tunggu dulu!" Nozomi menghentikan pemikiran Umi, "itu tidak perlu Umi-chan, kita harus terus mundur menemukan alat itu dan mengembalikan Honoka ke masa lalu!!"wah, i-itu ide yang bagus...


"Baiklah!! Mundur!!" Nico yang mengerti menarik tuas sekuat tenaga, lalu menekan tombol disana-sini, aku tak mengerti darimana dia belajar tentang alat aneh ini, "berbelok!!" benar-benar pusing!! Robot Nico berbelok begitu kencang, sambil menembakkan puluhan misil besar pada robot emas yang bersinar itu.


Terlihat sangat jelas lewat sini robot emas itu kewalahan dan bagian depannya hampir hancur semua, tapi tidak mungkin robot dengan ukuran besar itu mudah dikalahkan dengan satu serangan... pasti ini semua jebakan...


Aku keenakan memikirkan itu sampai tak sadar kalau robot kami tiba-tiba berhenti. Nico melihat lewat kamera yang mengarah ke bagian bawah dan menemukan sesuatu...


Dia terlihat sangat terkejut, melihat ke arahku, "Astaga..." dia memberikan kamera itu padaku, memintaku melihat kondisi yang ia lihat sebelumnya--


"E... Li... chan...?" a-aku tak percaya... j-jadi Eli sudah dibuat tiruannya...? K-Kapan...?


----


Aku melihat tiruan Eli sedang menggerogoti mesin dibawah, yang kata Nico merupakan sumber tenaga listrik yang robot kami miliki. Sekarang mesin kami benar-benar mati dan tak tahu apa yang harus dilakukan.


"Bersiaplah! Kita mungkin akan jatuh!!" seru sang pilot, kami menurut, Umi dan Nozomi mendekapku dengan hangat. Sementara Nico masih bergelut dengan tombol warna-warni yang terlihat menarik namun berbahaya.


Nico semakin gila dengan akalnya, banyak sekali tombol yang harus ditekan olehnya, diantaranya ada yang harus ditahan dan ditekan berbarengan dengan yang lain, "Ayolah!! Menyala!!!" harapnya, kami semakin tegang. Khususnya aku.


Sekarang terdengar suara menggelegar dari robot emas dibelakang kami, cahaya menyelimutinya, terlihat bulatan aneh ditengah dadanya, a-apakah...


"SHINY!!!" astaga dia akan--


Umi tiba-tiba mendorongku sambil mendekapku dengan tubuhnya, "Berlindung!!!" seruannya benar-benar masuk telinga, sekarang kesunyian menghampiri, tubuh ini terasa panas sekali... apakah ajal menjemputku?


----


"Honoka... bangun..." kudengar suara asing, tapi tidak terlalu asing ditelingaku, rasanya masih sering kudengar dulu, tapi masih tak tahu siapa pemilik suara indah ini... "Honoka..."


Dia memanggilku sekali lagi, aku tak kuasa membuka mata, karena entah mengapa tubuhku lemas tak berdaya. Membuka kelopak mata saja tidak bisa... sementara rasa penasaran masih menghantuiku seperti arwah gentayangan.


"... bangunlah Honoka, lihat aku..." katanya sekali lagi, aku bisa membuka mata walau sedikit demi sedikit, kulihat kilatan cahaya yang perlahan memudar, membentuk sesosok manusia, "nah bagus, terus lihat aku... aku bisa terbang..."


Aku makin tak mengerti dengan apa yang makhluk ini katakan, dia mengulurkan tangan namun masih tak jelas bagaimana rupanya, aku hanya melihat sekelebat bayangan hitam ditengah-tengah cahaya silau.


"... harapanmu belum berhenti disini, Honoka... kau masih punya mimpi yang harus dicapai..." dia mulai berkata bijak padaku, semacam penyemangat kurasa... tapi masih ada ketakutan dalam diri yang terus-terusan menghampiri tak berhenti.


"Honoka... Honoka..." suaranya makin pudar, kurasakan angin seperti sedang jatuh kebawah, "Honoka!!!" suara itu sekarang berseru, seperti ada seseorang didepanku...


Seseorang yang memberiku semangat, aku tak mengerti, darahku menghangat, saat kubuka mata...


Aku sedang jatuh...


---


Bersambung...

Kousaka Honoka: WARPEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang