rika harus benar-benar menahan rasa malunya di depan semua adik kelas baru yang sedang cekikikan melihat dia.
ekhm, maksudnya- melihat... bajunya. warna baju putih, dasi, serta roknya menjadi coklat kekuningan. ulah siapa lagi kalau bukan adik kelas yang tadi pagi.
rika berusaha menebar senyumnya, menahan malunya mati-matian. hari pertama aja udah semalu ini, gimana kedepannya coba.
sekarang rika dan donghyun sedang berada di podium aula sekolah mereka, mereka berdua menjadi mc pilihan.
rika... sedikit konyol. dia memakai jaket putih donghyun yang tipis. otomatis flek yang ditimbulkan kopi tadi pagi masih terlihat dengan jelas.
"rik, baju kamu yaampun. minjem sana gih ke uks," bisik donghyun.
rika cuma menoleh sebentar dan memasang muka memelas sebentar.
"dong, sebentar lagi aku gila."
***
untung saja hari cepat berlalu, ini masih sosialisasi mpls. mpls alias masa pengenalan lingkungan sekolahnya akan dimulai dua hari lagi alias hari senin.
"HAAAAAH, gila donghyun! sebentar lagi aku gila!"
"udah rik, gapapa. nanti juga pada lupa kok." balas donghyun menenangkan.
"like- ini baru aja hari pertama, dong! terus kamu tau nggak sih tadi pas adik kelas itu berhenti di samping aku dia bilang apa?"
donhyun mengunyah kue yang ada dimulutnya sebentar, "apa?"
"dasar caper. masa dia bilang gitu coba sama aku!" kesalmu dan donghyun hanya tertawa akannya.
"loh, bukannya udah biasa ya ngadepin brondong?"
kamu mendelik sebal ke arahnya sebagai jawaban.
"iya, iya. santai dong."
rika pun menyeruput es kelapa jeruk di hadapannya.
"eh btw, yang jalur belakang tuh nggak mpls ya?" tanya donghyun.
"iya, mereka sih santai aja. tapi kata guru mereka asset berharga sih." ucap rika sarkastik.
"lah, kenapa?"
"kan, masuknya pake uang lebih. wajar aja lah," ucap rika.
sang empunya hanya magut-magut. urusan seperti ini sungguh memusingkan. cukup kotor namun selalu saja bisa dijumpai. namanya juga, manusia.
"eh tapi aku masih bingung. cowok kamu yang dulu masuk mana, ya?"
rika menggelengkan kepalanya pelan. "nggak tau, dong. udah jarang kontakan sih aku sama dia."
donghyun menangguk-anggukan kepalanya. "tapi woy, look at him. tinggi, cakep, pinter, jago olahraga. i'd definitely marry him if i were a girl."
rika tertawa pelan, "but you are a boy, dong. udah ah kamu tuh suka gini aku ketawa terus tau nggak?"
donghyun mengambil kuenya lagi seraya berkata, "emangnya kalian tuh nggak cocoknya dimana, sih? sampe udahan gitu masa. ortu temen deket juga."
"udah nggak cocok aja. kita sama-sama ngeduluin ego. lagian, gila ya," ucap rika
"kenapa?"
"aku sama dia dari dia kelas 7 sampe dia kelas 8. tapi masih deket sampe waktu kita kelas sepuluh semester awal. hebat nggak sih, berapa taun coba." bangga rika.
"tapi kalau nggak jodoh sih gimana, ya?" ucap donghyun.
"nah, itu." rika pun tertawa pelan.
setelah kegiatan fokus pada ponsel masing-masing, rika akhirnya mengangkat suara.
"dong, anter pulang."
"aku nggak bawa helm."
"biarin aja. daripada adik kelas yang tadi pagi. siapa sih itu namanya," sahut rika.
"park jihoon kalau nggak salah, deh. kenapa emangnya?"
"nggak bawa otak."
KAMU SEDANG MEMBACA
unnecessary marriage +p.jihoon
Fiksi Penggemarin which rika's mom forced her to getting married with her friend's son. up mon, thu, sat. © s2renity