Story 1. You and Mikazuki

635 82 3
                                    

Pagi yang cerah melupakan hujan deras semalam. Genting-genting tanah liat menyerap panas untuk menguapkan air hujan. Genangan-genangan air di jalan setapak berangsur-angsur kering.

Dan lentera merah masih menyala di pintu gerbang.

"Yokata... Ternyata rumahnya tidak jauh," lirih Mikazuki yang bernapas berat.

Kariginu biru gelapnya sudah kering. Darah yang mengering di bajunya mulai menghitam. Dan sobekan-sobekan bajunya mengekspose kulit perutnya yang putih.

Kruuuuu...

"Hah~ Aku lapar..."

"Kyaaa!!" pekik para gadis berkimono yang lewat di dekatnya.

Mikazuki tersenyum kikuk sambil menggaruk kepalanya. "Aku bukan orang jahat, Ojou-chan."

Tapi mereka langsung pergi.

Mikazuki mengerucutkan bibirnya sambil menarik bajunya yang sobek.

"Aku tidak bisa masuk seperti ini."


***

Toko kain memulai aktivitasnya. Gelondongan kain diangkat dari tempat penyimpanan dan dibersihkan debunya. Wanita tua yang menenun benang memulai aktivitasnya. Dan para penenun kain melanjutkan helaian obi yang mereka tenun berbulan-bulan.

Kau duduk di teras halaman belakang, menundukkan kepalamu yang berat karena kantuk.

Caping menutupi kepalamu. Shal hitam menutupi separuh wajahmu. Kimono hitammu ditutupi handuk tebal. Hakama merah darahmu menjuntai menutupi kakimu yang dibungkus kaus kaki merah muda. Dan boots kulitmu diletakan di samping kakimu yang menggantung di teras.

Zzzzz...

Dan kau mendengkur pelan...

"Arara... (Name)-san! Kau bisa sakit pinggang tidur seperti ini!" protes seorang nenek dari belakangmu.

"Ah... Ohayou, Oba-san," sapamu, setengah sadar karena mengantuk. "Jadi... Bagaimana? Apa oba-san berhasil menenun ulat sutra yang baru kukirim?"

Nenek itu tersenyum dan menepuk bahumu. "Apa kau meragukan kemampuan gadis-gadisku, (Name)-san?"

Yang dimaksud 'gadis-gadis' itu adalah para nenek penenun.

Kau pun tersenyum. "Ah... Aku salah meragukan oba-san."

Nenek itu tertawa terbahak-bahak, menunjukkan ompongnya.

"Oba-san!!" panggil seorang gadis dari dalam toko kain. "Ada laki-laki aneh yang masuk ke toko. Bajunya compang-camping. Juga banyak darah kering... Ugh... Aku harus apa oba-san? Dia menakuti pelanggan lain..."

Mungkinkah dia? batinmu.

Nenek itu segera meninggalkanmu. Ia bergegas menemui pelanggan itu.

Kau tersenyum. Hatimu yakin akan dugaanmu. Kau menaruh handuk yang sudah kau lipat di teras, menjinjing boots dan mengambil lentera merah di belakangmu. Lentera itu langsung menyala begitu kau sentuh.

Kau melangkah melewati rumah kecil, lalu kau turun ke lantai batu di bagian depan toko. Kau masuk dari depan toko, melepas bootsmu lagi sebelum masuk ke toko higenis itu.

Kau lihat sendiri seorang laki-laki sekarat yang kau temui semalam.

Rambut biru gelapnya sudah kering karena terik matahari pagi. Kariginu biru gelapnya sobek-sobek karena sayatan pedang. Dan mata heterokromatik tengahnya berpendar terang saat menatapmu.

"Sudah kuduga kau masih hidup," tuturmu dengan anggun.

Ia tampak terkejut melihatmu. Wajamu yang tertutup shal hitam rupanya masih menawan di matanya.

Lantern Light SamuraiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang