Danial sudah di perbolehkan pulang hari itu juga. Calvin mempersiapkan kepulangan Danial dengan menjauhkan Danial dari segala sumber informasi seperti televisi dan ponsel. Keluarga sepakat dalam masa pemulihan, Danial harus beristirahat total. Danial tidak boleh bekerja dan mengetahui mengenai berita tentang penyerangannya yang ramai diberitakan media. Calvin juga meminta ibunya untuk tidak membahas masalah Sheana atau pun Max lagi.
"Aku ini hanya terluka bukan terkena penyakit keras." Protes Danial sambil berdiri dari kursi roda dan berbaring di ranjangnya ketika telah sampai di kamarnya.
"Anak ini." Omel Calvin pelan.
"Dad, mengapa TV kabel ku diputus?" Tanya Danial melihat televisi dikamarnya yang tidak berfungsi.
"Kau harus istirahat total." Hanya itu yang dapat Calvin jawab.
"Bagaimana dengan ponsel ku? Aku tetap harus bekerja. Setidaknya izinkan aku memegang ponsel ku. Oh ponsel ku disita seperti anak remaja." Keluh Danial.
"Diamlah dan beristirahat." Omel Carin sambil menyelimuti putranya itu, "kau tidak perlu mengkhawatirkan apa pun. Minum obat mu dan tidur." Ujar Carin sambil menyerahkan obat kepada Danial.
Keira dan Kenan yang menunggu di depan kamar Danial hanya bisa diam. Keira bersandar di dinding sambil menghela napas panjang, "apa menurut mu ini tidak berlebihan? Ponsel kakak sampai di sita seperti itu." Keira berbicara pelan dengan Kenan.
"Itu pasti untuk kebaikan kakak mu. Jika ia tahu apa yang telah terjadi pada Sheana dan nenek mu, Danial akan melepas perban di kepalanya lalu berlari mengejar Sheana," Ujar Kenan dengan diiringi candaan singkat dan Keira tertawa renyah. Kenan melirik Keira, gadis ini telah melalui banyak hal sejak kemarin, "kau gadis kuat dan aku tahu itu. Kau bisa menghadapinya," Keira hanya tertawa mendengar pujian Kenan, "aku harus kembali ke kantor. Hubungi aku jika ada apa-apa," Kenan mengelus rambut Keira lalu pergi.
Keira menahan tangan Kenan sebelum dirinya pergi, "terimakasih." Hanya itu yang dapat ia katakan untuk pria di hadapannya ini. Pria yang selalu ada di setiap tangis dan tawanya. Kenan hanya tersenyum lalu pergi.
***
Sejak kejadian penyerangan Danial kemarin, Sheana kembali menjadi Sheana yang murung. Untuk pertama kalinya Sheana tidak peduli dengan ayahnya. Ia tidak peduli dengan ayahnya yang dipenjara, ia merasa hal itu sangat pantas ayah Sheana dapatkan. Sejak kemarin ia hanya memikirkan Danial, bagaimana kondisi Danial? Apakah ia marah padanya? Apakah hubungannya dengan Danial sudah berakhir? Ia kehilangan malaikat pelindungnya lagi? Bagaimana ia bisa tersenyum setelah kehilangan Danial? Tak kuasa Sheana menahan air mata yang berderai disela-sela pekerjaannya.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Bethany memegang tangan Sheana yang sedang membersihkan baki.
Sheana menyeka air matanya, "aku bisa melewatinya, aku baik-baik saja." Sheana meyakini dirinya sendiri walaupun air mata kembali turun dari mata abu-abunya.
Lain halnya dengan Sheana, Danial yang terus menjalani perawatan belum sempat menanyakan tentang Sheana kepada siapa pun.
"Danial, Ashley datang untuk menjenguk mu," Vionna datang dengan sumringah, ini adalah caranya untuk menjauhkan Sheana dari Danial.
"Oh amour! Mengapa ini bisa terjadi?" Ashley dengan heboh memasuki kamar Danial, "kau tidak terluka parah kan, honey?" Ashley menggerayangi wajah Danial.
"Aku jadi terluka parah setelah kau datang." Ketus Danial, "nenek..." Danial melirik ke neneknya penuh arti.
"Ashley, kau temani Danial. Aku akn meminta Lora mengantarkan minuman untuk mu." Vionna pergi tak peduli dengan keluhan Danial karena telah mempertemukannya dengan Ashley.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Equino
Random-sequel of 'Mon Amour'- kau datang bagai hujan dikala kemarau kau sirami tanah tandus tak bertuan... kau datang bagai sinar di kegelapan mengusir seonggok bayangan yang menakutkan... kau datang dan mengingatkan jika masih ada hati yang ku kira suda...