" Maaa, aku berangkat." teriakku sambil berlari keluar rumah.
" Hati-hati sayang. " suara mama tenggelam begitu saja diiringi derapan langkah kakiku.
Entah mengapa hari ini aku bersemangat sekali. Walaupun pagi sedang agak mendung hari ini, padahal semalam langit sangat bersahabat ditambah bulan bersinar terang serta bintang bertaburan menghujani malam. Andai aku jadi bintang mungkin saat ini aku masih ingin menampakkan diriku kepada langit. Tapi biarpun begitu hari Senin kali ini adalah hari Senin termanis dalam hidupku.
Sesampai di sekolah aku bertemu dengan teman-temanku dan disambut dengan wajah keheranan. " Sumringah banget hari ini Ros?" tanya Eka yang dari tadi mengamati wajahku yang berseri ketika baru saja sampai di kelas. " Pasti karena mau ketemu Pak Angga ya!" ledeknya.
"Apaan sih, bukan pak Angganya, tapi pelajarannya. Kan Bahasa Inggris pelajaran jam kedua, do you understand?" disambut senyum tawa Lusi dan Angel yang duduk dibelakang.
" Bukannya kalau pelajaran lu suka sama pelajaran Bahasa Indonesia ya? Terus kalau gurunya ya Pak Angga, guru Bahasa Inggris tapi bukan pelajarannya kan." Lusi ikut berkomentar, dikarenakan semua orang tahu kalau Pak Angga adalah guru tersabar di sekolah.
" Ya berarti sekarang gue suka dua pelajaran itu. Lagian Bahasa Inggriskan Bahasa Internasional."
" Sejak kapan lu suka Bahasa Inggris, nilai Bahasa Inggris lu aja pas-pasan."
" Udah ah, Bu Almira udah masuk tuh, sst... diam." kuakhiri kalimatku dengan tersenyum. Dan percakapan kami selesai seketika karena pelajaran Matematika sudah dimulai.
Pelajaran hari ini lumayan menyenangkan buatku, karena ada pelajaran favoritku selebihnya kalau aku sedang rajin, aku pasti akan memperhatikan dengan seksama apa yang dikatakan semua guru di depan kelas dan kalau tidak ya hanya mendengarkan sambil lalu sambil membayangkan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran.
Hingga tak terasa bel pulang sekolah sudah berbunyi. Aku yang sudah sedari pagi banyak tersenyum, hanya bisa meninggalkan kelas dengan santai tanpa menunggu teman-temanku untuk pulang bersama seperti biasa. Tetapi Eka sadar bahwa ada yang tidak beres dengan arti senyumku sejak tadi pagi.
Hingga dia mengejarku secepat kilat.
" Ros tunggu." Eka berusaha menyusul dan berjalan sejajar dengan langkahku.
" Dari tadi kayaknya happy mulu, kenapa sih?" ia berusaha kepo.
" Enggak kenapa-kenapa, kan tadi udah bilang, karena hari ini ada pelajaran Bahasa Inggris sama Bahasa Indonesia." jawabku singkat, jelas dan padat.
" Ini bukan masalah pelajarannya Rosa cantik, kayaknya ada yang lu sembunyiin deh dari kita-kita?" mata Eka seakan ikut berbicara juga dan berusaha mencari sesuatu yang aku sembunyikan.
" Perasaan enggak deh," jawabku sambil menempelkan jari dibibir," udah ya lu nanya mulu kayak polisi mau interogasi penjahat. Gue duluan yah, hari ini gue mau bantuin mama bikin Spaghetti. Dahhh." jawabku sambil menghilang dari pandangannya tanpa menghiraukan Eka yang masih berharap ingin tahu.
" Sok keinggris-inggrisan lu, okelah kalau begitu, dahh juga." jawabnya dengan kencang.
Sebenarnya aku tak bermaksud merahasiakan apa yang membuat aku senang belakangan ini. Namun karena ini masih terlalu pagi untuk dibicarakan, maka dari itu aku menunda bercerita mengenai...ahh siapa lagi kalau bukan cowok yang satu ini.
Cowok yang membuat aku merasa bahagia menjadi seorang cewek.
attpadl
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Jatuh
Teen FictionBintang jatuh membawa Rosa bertemu dengan Tommy, cowok yang selama ini didambakannya. Semenjak bertemu denagnnya, pikiran Rosa tidak pernah lepas dari Tommy, berikut kekagumannya. Tapi apakah Bintang Jatuh itu benar-benar nyata? Sebuah Novelet yang...