Curahan Hati Rosa

11 0 0
                                    

Hari-hariku di sekolah tak membaik sama sekali. Bahkan aku sering menghindar dari teman-temanku sampai aku mendapatkan jawaban dari Tommy. Baru setelah itu aku akan jujur dengan Eka, Angel dan Lusi, bahkan mungkin mengenalkan mereka pada Tommy.

Tapi usaha pencarianku yang baru tiga hari belum membuahkan hasil. Aku sudah ke rumahnya ketika pulang sekolah kemaren, tetapi rumah itu seakan kosong tak berpenghuni. Aku bunyikan bel berkali-kali tak ada jawaban. Dan parahnya rumah disebelahnya juga sepi, lalu aku bertanya pada siapa? Atau jangan-jangan dia menjauhiku dengan sengaja.

Tapi apa salahku, kalau ia tidak suka mengapa harus begini caranya. Pencarianku yang nihil membuat aku resah dari hari ke hari. Pikiranku jadi bercabang. Aku seperti kehilangan semangat.

Hari ini aku berusaha semangat untuk sekolah."' Hati-hati yah." sahut mama saat aku berangkat sekolah. Hari keenam dimana aku masih tak bicara dengan sahabat-sahabatku. Kadang aku ingin minta maaf terlebih dahulu tetapi setelah melihat wajah Eka dan Angel yang congkak dan seakan menganggap aku tak ada, aku urungkan niat tersebut dan berharap waktulah yang akan berbaik hati untuk mendamaikan kami.

Tetapi kalau aku tidak berusaha, bagaimana itu akan terjadi. Memang benar antara aku, Eka dan Angel seperti menjaga gengsi kalau harus meminta maaf terlebih dahulu, padahal tak ada yang salah dengan minta maaf. Hanya Lusi yang kelihatannya masih mengaggap aku teman.

Kemaren ketika pulpenku satu-satunya macet, hanya Lusi yang paham dan menawarkanku pulpen miliknya. Dan ketika pulang pun hanya dia yang selalu tersenyum padaku. Kadang aku ingin bicara berdua saja dengan Lusi, tetapi ajakan dari Eka dan Angel ke kantin atau pulang bareng selalu menahanku untuk bicara dengannya.

Dan pernah sekali ketika tidak ada guru, Eka yang sebangku denganku pindah ke belakang ke tempat duduk Angel dan mengobrol dengan seru hanya bertiga. Dan tak lama kemudian Lusi yang merasa kasihan denganku akhirnya pindah ke bangku Eka, hanya saja dia tetap mengobrol menghadap ke belakang dengan Eka dan Angel.

Walaupun ia tidak mengajakku, aku cukup berterima kasih karena membuat aku masih merasa nyaman dikelas.

Dan pada hari ini sepertinya waktu berpihak kepadaku. Setelah jam pulang, aku yang sekarang selalu pulang terakhir karena rasa malas, tiba-tiba mendapati Lusi balik lagi ke kelas dan berbicara kepadaku.

" Ros mau nggak ketemuan di minimarket deket rumah lu jam empat sore nanti yah?" dia memasang wajah memelas seakan-akan aku harus datang dan tidak boleh tidak. Padahal ia tidak perlu melakukannya karena aku dengan senang hati akan menemuinya.

"Oke... Eh Lus, thanks yah." aku membalas dengan penuh terima kasih.

" Thanks untuk apa? Udahlah, pokoknya jangan lupa ya." dia tersenyum ikhlas

" Lusi udah ketemu belum bukunya, cepetan dong keburu karatan nih kita nungguin lu." suara Eka membuat Lusi panik, tetapi raut wajahnya berubah biasa kembali

" Iyaa... bentar. Nggak sabar banget sih." dan akhirnya suara mereka menghilang satu persatu.

Sebelum aku bertemu dengan Lusi, aku ingin pulang dulu ke rumah, tetapi karena aku penasaran dan takut Lusi menunggu jika aku telat datang janjian akhirnya kuputuskan untuk tidak pulang.

Dan disaat jam masih menunjukkan pukul tiga sore, sebenarnya aku juga ingin pergi ke rumah Tommy untuk memastikan lagi keberadaannya, tetapi kuurungan niatku juga karena takut waktunya tidak keburu, walaupun jarak dari minimarket ke rumah Tommy lebih dekat daripada kerumahku.

Aku menunggu Lusi di depan tempat duduk depan minimarket. Sambil ngemil aku berpikir untuk menyusun kata-kata yang akan kulontarkan, karena aku takut terjadi salah paham lagi. Dan aku juga berusaha untuk belajar menahan emosiku agar tidak salah bicara atau salah bertindak lagi, dimana aku lebih menempatkan egoku daripada nalarku.

Bintang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang