10. Kelakuan Tiga Manusia

3.8K 420 161
                                    

A.N: Silakan nyalakan lagu genre ballad, di bagian yang menurut readers cocok. Terima kasih.

Happy reading guys!




***

Sekolah. Satu kata tuk gadis tengah menata diri. Senang, kembali sekolah. Namun, kegelapan masih menghampiri.

Semenjak kemarin, pikiran membalut diri. Tak tahu, harus senang atau sedih. Berbohong, membuat rasa bersalah.

Flashback on,

"Mengapa diam saja? Siapa itu, Park Ji Hoon? Apa yang ia lakukan pada mu, huh? Kau, bekerja sebagai pelayan? Apa maksud-nya?"

Pertanyaan, suguhan paling andal bagi sang nenek. Raut-nya garang, tangan melipat. Yang ditanya, berpikir keras, mencari jawaban.

Mengenakan bahasa isyarat, gadis itu menjawab, "Ji Hoon itu, teman ku. Kami selalu bercanda setiap saat. Ia, sering meledek ku, aku pun begitu. Jangan dipikirkan, ia memang menyebalkan. Kami sangat dekat. Dia, juga orang yang baik."

Tatapan intimidasi. Sang nenek melakukan itu. Tangan, masih melipat. Percaya? Tak semudah itu.

Bertanya lagi, "Benar-kah? Jangan berbohong. Nenek sudah bilang, kalau ada masalah, segera cerita."

Dua jari terangkat, gadis itu menjawab isyarat, "Sungguh, Ji Hoon teman yang sangat baik. Ia tak pernah menganggap serius soal 'pelayan'." Tangan merenggang kembali.

Wanita paruh baya menghela napas, "Baiklah, nenek percaya."

Flashback off.

***

Suasana, kembali. Di mana, murid berhambur masuk sekolah. Yoon Ji, ia melakukan hal sama. Berlari, mengejar waktu. Paras, wajar siswa pada umum-nya.

Sampai pintu sekolah, kaki melambat. Ia tak berlari. Tak sadar, seseorang senyum misterius suatu tempat. Melangkah lima belas kali, gadis itu celaka.

Bruk!

Yoon Ji, ia tersandung. Seseorang jahil pada-nya. Aksi, kaki sebelah dimajukan, agar terkena kaki si korban. Orang itu, melipat tangan. Wajah santai, terlontar sempurna.

"Ikut aku."

Park Ji Hoon, tanpa menolong, pergi begitu saja. Terpaksa, gadis yang dijahili, berdiri. Ia, mengikut kemana majikan pergi.

Lapangan basket. Mereka, berada di sana, sekarang. Ji Hoon melipat tangan, menatap sinis. Gadis di hadapan, sekadar menunduk, takut membalas tatapan. Tangan mengguncang, jantung berdetak kencang.

"Lihat aku! Hey!"

Merasa terhirau, Ji Hoon mengangkat dagu gadis itu, saking kencang. Kesal, itulah yang terjadi. Kembali melipat tangan, menarik napas kasar.

"Kemana saja kau lima hari ini, huh? Sudah ku telepon, pesan berkali-kali, tetap nihil jawaban. Kau menghindar dari ku, ya? Kau berani pada ku?"

Percuma, yang ditanya, tak akan menjawab. Baru mengeluarkan sticky notes, Ji Hoon mengelak. Pria itu, merampas notes dari leher wanita di hadapan.

"Tak perlu! Tak usah menjawab, kalau tak dapat bicara."

Tambah suram, lontaran si majikan. Ia, maju selangkah, mendorong Yoon Ji hingga jatuh. makin lama, senyuman misterius, terlihat jelas. Ia melangkah maju, meski sedikit.

"KAU, MULAI BERANI PADA KU, HUH?" Bertubi-tubi, Ji Hoon menendang bahu gadis yang dijatuhkan. Sakit, memang sakit. Menangis, hanya itu yang Yoon Ji lontar diam-diam.

My First and Last || Wanna One ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang