십오

3.3K 672 45
                                    

"Maaf, ya, Je! Gue pulangnya diundur." 

Jeje hanya menghela napasnya. Suara Joshua terdengar serak di seberang. Harusnya, Joshua pulang besok malam. Namun,sepertinya tugasnya masih belum ada yang beres sehingga ia harus dinas lebih lama.

"Yaudah, gapapa. Tapi, pulangnya bawa cogan, ya!" kekeh Jeje. Jujur saja, dia sedikit merindukan Joshua. Walaupun kadang mereka sering bertengkar gara-gara berebut remot televisi, tapi Jeje tetap merindukan kakak laki-lakinya itu.

Joshua hanya terkekeh.

"Gue denger dari Jeonghan, lo abis pergi, ya?" selidik Joshua. Jeje terdiam. Bukan karena pertanyaan mendadak dari Joshua, tapi karena kejadian yang baru saja ia alami tadi siang. Saat Wonwoo menyiumnya tepat di bibirnya.

Jeje malu setengah mati. Dia berusaha menjaga jarak sejauh-jauhnya dari Wonwoo begitu pulang dari bioskop. Bahkan, mereka duduk di tempat yang berbeda di dalam bus. Wonwoo hanya mengekori Jeje sampai ke apartemennya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun. Karena dia juga merasakan hal yang sama. Malu, tapi juga senang karena sudah menjadi yang pertama untuk Jeje.

"Iya, tapi gue sogok dulu pake pizza."

"Kampret lo. Temen gue di sogok mulu." Joshua tertawa renyah. "Perginya sama siapa?"

Jeje terdiam. Masih harap-harap cemas jika kakaknya masih tidak terima ia dekat dengan Wonwoo. "S-sa-ma Wonwoo."

Hening.

Tidak ada jawaban apapun dari Joshua.

Jeje tahu, Joshua pasti marah mendengarnya. Apalagi, semenjak dia melihat kedatangan Wonwoo tempo lalu. Dia pasti masih beranggapan Wonwoo hanya bisa menyakiti adiknya.

"Oh."

"Lo nggak marah?"

"Buat apa gue marah? Nggak pulang babak belur, kan? Yang penting dia bisa jagain lo."

"Makasih, kakakku yang ganteng!" Jeje bisa bernapas lega saat ini. Apa itu akhirnya, Joshua mulai memaafkan Wonwoo? Dan memberikan kesempatan untuk Wonwoo agar lebih dekat dengan Jeje?

"Gue kira, si Jun itu yang bakal dateng."

Jeje mengerutkan keningnya. Kenapa jadi Jun yang dibahas?

"Dia udah dateng kemarin."

Jeje malah mendengar suara tawa Joshua. Dia mengerutkan keningnya lagi. Kenapa dia tiba-tiba tertawa? Jeje mulai berdeham yang membuat Joshua langsung terdiam. Kemudian, gadis itu langsung menanyakan apa yang sudah membuatnya tertawa.

"Jangan ngasih harapan yang sama ke mereka! Takutnya nanti malah lo gantungin lagi," ucap Joshua. "Kalo bisa, pilih salah satu yang pas buat lo, Je!"

Pilih salah satu?

Sebenarnya Joshua mau bilang apa?

"Maksud gue, lo pilih salah satu dari mereka. Lo nggak tau, kan, mereka berdua tulus sama lo. Gini-gini, gue bisa liat dari kelakuan mereka ke lo."

Jeje mendengus. "Mending lo aja yang nyari pacar."

"Eh, kampret, gue ngasih tau! Pokoknya, lo jangan bikin dua bocah itu sakit hati. Nggak baik nyakitin hati anak orang."

"Pengalaman, ya?"

"Gue tutup, ya!"

Jeje mencegahnya dengan suara tawanya. Ini yang dia rindukan dari Joshua. Nasihat-nasihat dari mulutnya dan sikap perhatiannya yang selalu tersembunyi. Jeje melirik jam dinding di atas nakas. Pukul sembilan. Dia harus cepat-cepat tidur karena besok harus berangkat sekolah.

Ciao Wonwoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang