A Marriage (minyoon ; pjm+myg)

1

Yoongi melangkahkan kakinya, ini pertama kalinya ia menginjakan kaki rampingnya di rumah layaknya istana milik calon suaminya, Park Jimin. Yoongi tak bisa menahan diri untuk tidak mengedarkan kepalanya ke seluruh rumah Jimin, rumah ini besar, benar benar besar, halaman depannya begitu luas, sehingga butuh waktu untuk melewatinya dari pintu gerbang rumah Jimin.

Yoongi tidak tahu harus senang atau sedih karena dirinya sebentar lagi akan berubah menjadi bagian dari Park, seseorang yang mau tidak mau nantinya akan dihormati sebagaimana orang orang menghormati Park Jimin. Seseorang yang mau tidak mau akan berubah derajatnya, Yoongi sadar, ketika ia setuju untuk menjadi calon istri Jimin, maka hari itu juga Yoongi setuju untuk melepas kehidupan bebasnya, kehidupannya sebagai seorang remaja biasa.

Park Jimin calon suaminya adalah seseorang ternama di Seoul, semua wanita menggilainya, semua wanita rela menjadi murahan hanya agar bisa merasakan perhatian Jimin. Park Jimin adalah anak dari pasangan Park Jungsoo dan istrinya Kim Taeyeon, dan siapa yang tidak mengenali mereka, ayah Jimin ㅡ Park Jungsoo adalah seorang pebisnis ternama, bisnisnya menyebar hampir di seluruh dunia, membuat kekayaannya mungkin tak akan habis sampai kapan-pun, sedangkan ibu Jimin ㅡ Kim Taeyeon adalah seorang designer ternama, harga satu baju yang dijualnya bisa menembus angka dua juta won, dan bukan berarti harga yang tinggi membuat orang orang enggan membeli baju itu, malah orang orang berebut membeli baju tersebut, selain karena karya Kim Taeyeon begitu indah, memakai baju designnya merupakan kebanggan tersendiri bagi orang yang memakainya.

"Yoongi kau akan terus berdiam diri di sana?",

Yoongi menyudahi lamunannya saat mendengar perkataan Jimin. Ia dengan terburu menggeret kopernya dan berjalan mendekati Jimin , Jimin sudah berdiri dengan tampannya di pinggir tangga. Jangan jangan sedari tadi Jimin memperhatikan Yoongi yang tengah melamun, astaga Yoongi malu, Seokjin sahabat Yoongi bilang jika Yoongi melamun maka bibir Yoongi akan dalam keadaan terbuka, astaga Min Yoongi kau benar benar memalukan.

"tinggalkan tas-mu disana Yoongi, pelayan yang akan membawanya",

"Aㅡah tidak perlu, aku bisa membawanya sendiri",

Jimin tidak mengambil pusing atas jawaban yang diberikan Yoongi, tangannya mengisyaratkan seseorang di belakang Yoongi, dan dengan begitu saja Yoongi merasakan kopernya terlepas dari tangannya

"Ayo Yoongi kemari, aku akan tunjukan kamarmu",

Setelah berkata seperti itu Jimin menaiki tangga, tanpa menunggu Yoongi. Yoongi melirik seseorang disampingnya, mengucapkan terima kasih kemudian dengan langkah tergesa mengikuti langkah Jimin, Jimin itu tidak terlalu tinggi, tapi kenapa jalannya cepat seperti itu.

"ini kamarmu, sebelum kita resmi menikah kau tidur disini, dan setelah menikah itu pilihanmu mau tetap tidur di sini atau tidur di kamarku", Yoongi memandang takjub kamar yang Jimin bilang menjadi kamarnya, kamarnya benar benar indah, dengan cat yang bewarna biru langit dan perabotan yang warnanya menyesuaikan dengan cat kamar tersebut, walaupun tipe kamar ini bukan tipe Yoongi sekali, Yoongi mungkin akan senang jika bisa tinggal disini. Dan pandangan Yoongi semakin terlihat bahagia ketika melihat sebuah piano bewarna coklat ada di ujung kamarnya, tanpa sadar Yoongi berjalan mendekati piano itu, mengelusnya dengan lembut, astaga piano ini ada di kamarnya, berarti piano ini miliknya kan?

"piano ini disediakan untuk-ku?",

Jimin berdehem pelan sebelum menjawab pertanyaan Yoongi, "sesungguhnya bukan, tapi iya piano itu milik-mu sekarang, kau boleh memainkan piano itu sepuasnya",

Yoongi sempat tersinggung atas jawaban Jimin, jadi piano ini bukan disediakan untuknya, lalu untuk siapa? Ah lagipula mengapa juga Yoongi bisa menanyakan hal itu pada pria sedingin Jimin.