👰👰👰👰👰👰
Abbyan baru saja bangun dari mimpi indahnya, masih berusaha mengumpulkan nyawanya yang kini masih terkumpul setengah. Ia kemudian meregangkan otot kakunya, baru kemudian teringat jika hari ini hari spesial sang kakak.
Ya ampun adik macam apa dirinya ini, yang nyaris melupakan hari spesial kakaknya sendiri. Kalau sampai Amran tahu dirinya hampir lupa dengan pernikahannya, sudah pasti ia akan dimarahi Amran habis-habisan. Beruntung Amran sedang sibuk mempersiapkan diri jelang ijab qobul, sehingga Abbyan tak perlu mendapat siraman rohani gratis dari sang Kakak.
"Woy, ngapain lo malah ngelamun. Buruan mandi, yang lain udah pada siap," kata Radit, sepupu Abbyan dari ambang pintu.
Abbyan mengangguk malas. "Iya, entar nyusul. Duluan sana!" usirnya sebal.
Radit hanya mengelengkan kepala tak habis pikir, sebelum kembali menutup pintu kamar Abbyan dan menghilang dari pandangannya.
Dengan malas, Abbyan turun dari ranjang. Berjalan agak sempoyongan-karena rasa kantuk yang masih tersisa-menuju kamar mandi. Tak lupa meraih handuk, sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah menyelesaikan ritual mandi singkatnya--karena durasi yang mepet--ia segera meraih kemeja putih beserta celana dan jas hitam milik Amran yang sudah disiapkan Rita, sang Mama. Setelah siap dengan tampilannya, ia segera melirik jam tangan rolexnya, kemudian merapikan rambutnya yang sebenarnya sudah tertata rapi.
"Mantab. Abbyan Prasaja lo emang selalu keren," serunya narsis, sambil menunjuk-nunjuk dirinya di depan cermin. Baru kemudian keluar kamar sambil bersiul.
Ia sedikit terperanjat kaget saat rumahnya ternyata sudah begitu ramai, dengan beberapa sanak saudara yang terlihat begitu antusias dengan pernikahan Amran. Padahal dirinya biasa saja.
Mendadak perasaan Abbyan tak enak saat menemukan Maya, adik dari Papanya yang terkenal ramah. Saking ramahnya, apapun yang seharusnya bukan menjadi urusannya diurusin oleh tantenya itu, yang sering kali membuatnya malas jika berhadapan dengan Maya.
"Wissh, ganteng amat Bang. Mau ikut ijab sekalian, ya?" goda Maya sambil tertawa cekikikan.
Abbyan hanya meringis datar sebagai respon dan memilih menghindari pertanyaan tak berfaedah lainnya.
"Bilang aja mau nyindir gue, gara-gara gue jomblo," gerutu Abbyan jengkel. Kakinya kini berjalan menjauhi Maya.
"Haha, jadi lo jomblo nih sekarang? Terus apa kabar sama si Ria?" ledek Rio, sepupu sekaligus sahabat karibnya, yang secara tiba-tiba merangkul pundaknya dari belakang.
Abbyan mengernyit sesaat sebelum akhirnya mendengus sebal, kemudian melepaskan rangkulan Rio dengan sedikit kasar. "Apaan sih?" sungutnya jengkel.
Melihat respon dari Abbyan yang makin jengkel tentu saja membuat Rio-yang kebetulan baru melampar pacarnya yang seorang perawat-makin gencar untuk mengejeknya.
"Ciee, jomblonya ngambek," goda Rio sambil menoel dagu Abbyan dengan genit. Baru kemudian melarikan dari, sebelum terkena amukan dari Abbyan.
"Sialan!" umpat Abbyan geram, "awas lo, Ri. Gue tandai lo!" teriaknya kesal.
🌹🌹🌹🌹🌹
"Tegang amat sih muka lo Mas," bisik Abbyan begitu rombongan sudah sampai di tempat acara. Ia melirik wajah sang kakak yang terlihat memprihatinkan, muka pucat plus keringat dingin yang benar-benar mengganggu penglihatannya.
Jelek banget sih kakak gue jadi penganten. Batin Abbyan sambil menggeleng miris.
Amran langsung melotot ke arahnya. Abbyan mengangguk, pura-pura paham, takut kualat juga sih sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon ImamKu(Pindah Ke Dreame)
Aktuelle LiteraturIni bukan cerita tentang CEO muda ataupun Dokter Bedah Spesialis, bukan pula tentang pernikahan perjodohan guna menutupi hutang. Hanya sebuah kisah sederhana tentang seorang perempuan bernama Almira Kamania dengan pernikahan impiannya. Ini cerita du...