end.

444 39 4
                                    

Mata Rosa sedari tadi terpaku pada apa yang tengah ia saksikan di balik kaca jendela etalase. Ia tak percaya sekaligus kecewa; sakit hati tepatnya. Saat ia mempercayai kalau laki-laki itu tengah menemani anjingnya ke dokter hewan, ia malah disini, berjalan-jalan bersama anjing yang lain.

Malam ini, gadis yang bernama Rosa itu merasakan apa yang orang lain katakan sebagai patah hati. Bagaimana tidak? Pacarnya-yang katanya tergila-gila padanya-ia lihat tengah menggandeng tangan perempuan lain--ya, memang tadi dikatakan anjing, tapi sama saja lah.

Rasanya dunianya yang sempurna perlahan-lahan runtuh. Bagaimana bisa? Dia bilang dia cinta mati, tapi kenyataannya dia malah selingkuh!

Ingin rasanya ia lari ke arah mereka, menjulurkan kedua tangannya pada leher-leher mereka dan menunjukan betapa mereka telah membuatnya marah. Tak ia sadari, kedua tangannya sudah mengepal tak sabar, giginya sudah bergemeretak menahan cacian di ujung lidah.

"Oca?"

Sebuah tangan mengguncang lengannya, mengalihkan perhatiannya. Ia sedikit terlihat limbung.

"Iya Ma?"

Mamanya memiringkan kepala, mengerutkan dahi sembari menilik wajah anaknya yang memucat.

"Kamu kenapa Ca? Kok tiba-tiba pucat?"

Rosa hanya menyunggingkan senyum kecil yang sedih, "Enggak apa-apa kok Ma,"

"Beneran?"

Ibunya bertanya lagi, masih kelihatan tidak yakin.

"Iya Ma, udah ah cepetan milih tasnya, nanti keburu malem."

Mamanya merengut sedikit kala ia malah diprotes anaknya secara tiba-tiba, namun kemudian hanya mengendikan bahu dan melihat-lihat lagi tas-tas yang terpajang di etalase toko itu.

Rosa memang sering menemani mamanya berbelanja, karena mamanya tidak suka pergi berbelanja sendirian. Lagian, beliau mempercayai selera anak gadisnya. Seperti malam ini, Rosa disuruh menemani membeli tas untuk kado ulang tahun teman mamanya.

Setelah memilih pilihan mereka, Rosa pergi menunggu diluar sedangkan ibunya membayar di kasir.

Pacarnya dan perempuan itu sudah tidak terlihat lagi.

Hermes baik-baik aja?

Rosa mengirimkan pesan pada pacarnya, menanyakan kabar anjing yang katanya ia bawa ke dokter hewan.

Luar biasa memang, laki-laki itu selalu membalas tak lebih dari tiga menit walaupun dia sedang selingkuh.

Ga apa-apa kok yang, kayaknya cuma salah makan doang.

Oh.
Udah pulang ke rumah berarti?

Iya udah.

Pengin martabak. Beliin.

"Ca, yuk."

Mamanya yang telah selesai membayar, langsung keluar, menepuk pundak anaknya agar mereka segera beranjak dan pulang.

"Lagi pengen martabak?"

Mamanya yang memang suka iseng, bertanya sambil mengintip pada layar handphone anaknya saat ia tengah menggunakan seatbelt. Rosa memang sedari tadi terus melamun menatapi chatroomnya bersama sang pacar.

"Apaan sih ma."

Merengut, Rosa memeluk handphonenya agar mamanya tidak bisa mengintip lagi.

"Udah... biar beli sama mama aja yuk."

"Gausah ma, langsung pulang aja."

Rosa menanti jawaban pesan dari pacarnya, kali ini datangnya lama dan membuatnya sangat kesal. Hatinya gundah, memikirkan bahwa pacarnya sedang bersenang-senang bersama perempuan lain di suatu tempat. Bahkan sekarang dia telah berani mengabaikan pesannya lebih dari tiga menit!

I Thought You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang