PROLOG

6 3 0
                                    

It's my first story in Wattpad, guys. I'm sorry if  Unreasonable has typos. Happy reading 😃

***


Tujuh tahun yang lalu, ketika Jakarta yang kejam dirundung hujan deras dengan suara yang memekakan telinga, seolah-olah Jakarta terlihat begitu kecil dan tak berdaya hanya karena guyuran hujan lebat dan kawanannya yang berkilat-kilat.

Tujuh tahun yang lalu, ketika dedaunan masih dapat tumbuh bahagia di pelataran depan rumah Keluarga Estevano sebelum akhirnya jatuh mengering tak terawat.

Tujuh tahun yang lalu, ketika seorang anak kecil baru saja dibuat menyadari apa itu cinta dan apa itu sakit secara bersamaan sekaligus.

Dan tujuh tahun yang lalu, ketika sebuah jiwa mati di Kota Jakarta karena kekejamannya.

Ini adalah kisah dibalik sebuah misteri tujuh tahun yang lalu.

.

"Ara, don't cry, please!" malam itu, seorang gadis berusia awal 10 tahunan itu menangis lagi. Di pojokan kamar bernuansa soft pink dengan tema Disney Princess, dia menangis sejadi-jadinya sambil memeluk boneka kelinci kesayangannya. Bahkan ketika malam semakin mengerikan dengan hujan badainya yang semakin lebat, gadis kecil itu tetap tidak mau berhenti menangis. Dia memilih untuk tidak tidur dan hanya terduduk lesu sambil menangis dan mendengarkan ocehan saudaranya yang masih mencoba untuk membuat dirinya tenang dan terdiam kembali.

"Ara, listen to me, please! Ara, you're wasted your time, you know? Ara sadarlah. Kalau Ara begini, nanti yang akan jaga Ana siapa? Ara kan sudah tahu kalau Mama Papa sudah tidak sama seperti yang dulu lagi kan?"  Ana -adik Ara mencoba menenangkan sang kakak yang sedari tadi merajuk sambil menangis karena problem yang tengah terjadi pada keluarga mereka.

Ara lalu mendongak, ia menatap sayu dengan mata sembabnya ke dalam hazel Ana. Dengan suara serak khas sehabis menangis ia berkata, "Aa..ara takut, gimana kalau ternyata Ara sama Ana bakal ngerasain kaya apa yang Prisma rasain -jadi anak broken home ? Ara nggak mau!" Prisma yang dimaksud di sini adalah teman sekolah mereka yang sudah 2 tahun meratapi menjadi anak broken home. Ketika mereka sedang jalan bertiga, Prisma pasti akan selalu bercerita jikalau menjadi anak broken home  tidaklah enak sama sekali, bahkan hal itu kerap membuatnya selalu bersedih,  hal itulah yang tengah ditakutkan oleh Ara.

"Anaaa..., Ara nggak mau pisah sama Ana. Cuma Ana yang betul-betul sayang dan selalu ada buat Ara. Ara nggak mau pisah sama Ana, Ara juga nggak mau Mama Papa ngalamain kaya apa yang Mami Dady-nya Prisma alamin. Ara nggal mau!" Ara mengguncang-guncang lengan kanan Ana, kemudian tangisannya semakin pecah sementara Ana hanya terduduk diam melihat sang kakak yang tengah histeris. Ia sendiri pun bingung harus melakukan apa untuk membuat Ara terdiam. Yang pasti, dalam hatinya ia tengah mengutuki kedua orang tua mereka habis-habisan karena telah dengan beraninya membuat Ara -orang yang paling Ana sayangi menangis dan merasakan luka dahsyat seperti ini.

"Ara, Ana mohon dong Ara jangan menangis lagi. Ana janji kalau kita berdua akan terus bersama. Ana bakal terus berusaha sekeras mungkin biar kita bisa terus kaya gini. Ya, Ara, jangan nangis lagi. Jangan sia-siain air mata berharga Ara untuk sesuatu yang belum pasti dan sama sekali nggak penting kaya gini. Ara makannya berdo'a sama Tuhan biar Mama Papa nggak pisah ya," ujar Ana bijaksana.

Ana memiliki karakter yang lebih kuat dibandingkan dengan saudaranya itu. Sifatnya condong lebih dewasa daripada Ara -sang kakak, agak aneh memang tapi nyatanya itulah yang terjadi. Mungkin hal ini dipengaruhi oleh faktor didikan kedua orang tua mereka, bahwa sejak dulu Ara memang lebih sering dimanjakan, sedangkan Ana yang lebih sering merasakan apa itu 'sakit'.

Ara hanya bisa mengangguk lemah menyahuti perkataan sang adik, air matanya masih terus bercucuran di kedua hazelnya. Mereka berdua lalu berpelukan selama beberapa saat sambil menikamati di keheningan malam dengan suara hujan di tengah-tengah alam bawah sadar mereka berdua.

Ara tersenyum lemah penuh arti, ia lumayan tenang karena setidaknya masih ada satu orang yang benar-benar ada untuknya dan berjanji untuk selalu ada di sisinya. Anggap saja ia kekanakan, tapi di sini Ara sungguh-sungguh bergantung pada Ana -adiknya, ia sendiri pun tidak tahu bagaimana jadinya jika ia harus menjalai hari-harinya tanpa Ana, maka dari itu ia sempat histeris tadi, takut-takut kalau keluarganya akan terpecah seperti keluarganya Prisma -teman mereka.

Tanpa Ara ketahui, dibalik pelukannya Ana tengah menatap tajam ke arah depan, jiwanya berkecamuk, ia lagi-lagi mengutuk, menyumpah serapahi, dan mencaci maki kedua orang tua mereka sendiri karena sudah membuat masalah di keluarga kecil mereka hingga membuat Ara-nya merasakan apa itu 'sakit'. Ana sungguh benci mengetahui bahwa orang tua mereka sendirilah sumber utama yang membuat Ara-nya menangis, Ana sangat tidak rela. Karena Ana terlalu mencintai kakaknya, karena Ana pun bahkan rela untuk mati hanya demi menyelamatkan Ara. Ana tidak ingin Ara-nya terluka, Ara-nya merasakan sakit, sesederhana itu.

To Be Continue

700+ words for 'prolog'
But, for next chapter I promise I will give story with 1000+ words. If you like this story, please give me your vote and comments, and don't forget to share this story to all your friends. Thank you:)

Friday, 15 December 2017

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNREASONABLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang