CHAPTER 4 : Permisi, Bisakah Aku Bertemu dengan Senja?

69 4 0
                                    

"Kak Noha, apa kau sudah melihat jumlah viewers kita di youtube??" Ucap Free yang sejak tadi heboh mengganggu Kak Noha dengan segala celotehan tidak pentingnya. Ia terus berusaha mengimbangi langkah Kak Noha sembari bertanya hal yang sama. Bahkan ini sudah yang kelima kalinya ia bertanya dengan topik 'viewers youtube'.

"Eeiihhh... bukankah sudah kubilang kalau aku belum melihatnya!?"

"Hei, Free! Kau bahkan sudah hampir lima kali menanyakan hal yang sama! Apa sekarang kau mulai menderita 'anemia'?!" Kak Day yang berjalan beriringan denganku memutuskan untuk menoleh ke belakang, mengomel.

Namun, omelannya malah sedikit banyak membuat kami tertarik.

"Kakak, kau bilang apa tadi? Anemia??" Tanyaku, memastikan pendengaranku.

"Eum, anemia." Ia menatapku, yakin.

"Tapi... apa hubungannya anemia dengan Free?"

"Eeihhh... apa kau tidak merasakannya?? Dia bahkan serupa dengan kakekku sekaraaanggg..... pikunnya akut sekali! Jadi ia terus saja mengatakan hal yang sama!"

Kami seketika tertawa. Sementara Kak Day terdiam menatap kami, heran.

"Why, Rain? Kenapa kau tertawa? Kenapa kalian juga tertawa??" Ia menatapku sekilas, berharap ada jawaban. Aku masih saja tertawa, maka Kak Day beralih menatap kami bertiga.

"Day, apa kau... benar-benar lulus tes bahasa Indonesia saat masuk ke sini?" Tanya Kak Noha sembari masih tertawa.

"Of course! Why?"

"Kau tahu istilah 'amnesia'?"

"Aaah...." yang ditanya pura-pura menggaruk kepala, "Apa aku... salah lagi?"

Free dan Kak Noha tertawa semakin keras, sementara aku sedikit banyak menyimpan tawaku.

"Lagipula pikun akut yang kau maksud namanya bukan amnesia tapi Alzheimer, Kakak..." kini giliranku menjelaskan. Meskipun sebenarnya aku juga tidak tahu pasti apakah namanya benar Alzheimer atau yang lain. Yang jelas itu bukan amnesia apalagi anemia.

Kak Day masih terlihat memikirkannya. Sementara Kak Noha dan Free juga masih terdengar cekikikan di belakang, entah kini membahas apa. Mereka menyisakan aku yang kini kembali terdiam bersama pikiranku.

Jujur, aku masih belum sepenuhnya move on dari kejadian kemarin. Tentang hujan itu, juga tentang Cherry. Beruntung payung pink itu tidak ikut terbesit dalam benakku sama sekali. Aku terus terdiam, mengabaikan obrolan mereka bertiga selanjutnya.

Hingga sampailah kami di depan studio.

"Blue?" Pikiranku sempurna teralih saat melihat Blue yang sedang duduk merenung sendirian di teras studio.

Yang disapa kini menoleh.

"Oh, Kakak? Kalian.... pagi-pagi begini sudah kemari?" Balasnya. Wajahnya terlihat gelisah.

"Kami... sedang tidak ada kelas pagi ini. Lalu kau?" Tanyaku sembari mendekatinya, disusul oleh mereka bertiga.

"Kenapa kau masih di sini? Kau tidak menemui fans rahasiamu??" Lanjutku.

"Ah, benar! Bukankah hari ini giliranmu?" Kak Noha menimpali.

Sementara Blue malah kembali tertunduk. Gelisah di wajahnya bahkan nampak semakin jelas. Ia sedang tidak baik-baik saja, kurasa.

"Emmh... Kak Rain..." sapanya kemudian, menggoyahkan tatapanku.

"Oh, ada apa?"

"Kencanmu kemarin... apakah berjalan dengan lancar?"

One Second For A Moment (Day6 Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang