2 - Things Left Untold

1.5K 119 56
                                    


Hanya satu detik setelah pelayan cafe tersebut mengangkat pesanan dari meja delapan di sudut ruangan.

Dan hanya satu menit setelah gadis berblus putih itu sadar bahwa tidak akan ada pesan balasan yang akan masuk ke ponsel mungilnya. ia meraih sling bag yang tergeletak di meja samping kursi yang tadi di dudukinya, dan perlahan beranjak keluar.

Ia tertawa pahit. menertawakan kebodohannya. Menertawakan puluhan lembar amplop surat yang masih disimpannya baik-baik di dalam sling bag abu-abu nya.

Surat yang berhasil membuatnya percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja. kisah mereka akan baik-baik saja. dulu sampai nanti.

Menertawakan kenyataan bahwasanya lelaki itu masih tetap menjadi hal paling istimewa yang pernah ada di hidupnya.

Dan tampaknya cuaca kota Seoul sedang tidak ingin bersahabat hari ini. Tidak peduli apakah suasana hati gadis itu sedang kacau ataupun tidak.

Secara tiba-tiba seluruh sudut kota diguyur oleh hujan. awalnya turun satu persatu, perlahan, kemudian kian menderas. Namun rintik yang datang tiba-tiba itu tidak berhasil menghentikan langkahnya.

Alih-alih mencari tempat untuk meneduhkan diri, gadis itu malah memilih untuk membentangkan tangannya, memejamkan kedua mata, lantas membiarkan rinai-rinai itu mulai membasahi lapisan-lapisan baju yang dikenakannya, mengalir diantara lentik bulu mata dan rambut panjang, dan jatuh di pinggiran tapak sepatunya.

Senyum tipis terpulas di wajah gadis itu. Hujan selalu berhasil membuatnya terbenam dalam banyak kenangan indah.

Berhenti?

Tidak dirasakannya lagi tetesan dingin itu bergulir di sela sela helai rambut. Gadis itu menengadahkan wajahnya ke atas. Mendapati sesosok pria berbadan tegap tengah memegang sebuah benda hitam. Benda yang kini menjadi pembatas antara dia dengan rinai hujan.

"Jieun-ah... kita tidak datang ke Seoul hanya untuk hujan hujanan dan sakit sayang."

Gadis itu mengerucutkan bibirnya. Menatap kecewa pada pria yang berbalut kaos hitam di hadapannya tersebut.

"Arasseo, Oppa.."

Pria yang dipanggil oppa itu kemudian melingkarkan lengannya ke pundak gadis kecilnya dan menuntunnya untuk berjalan. Kemudian tersenyum lebar dan mencubit pipi si gadis kala menyadari wajahnya masih menyisakan raut kesal.

"Kajja, jadwalmu padat hari ini" ujar si pria yang dibalas anggukan singkat oleh si gadis.

"Kajja, jadwalmu padat hari ini" ujar si pria yang dibalas anggukan singkat oleh si gadis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****


Keheningan yang menyelimuti kamar Jieun terpecah dengan suara ketukan yang terdengar dibalik pintu kamarnya.

Ia melirik sekilas, dan mulai menerka-nerka siapa yang mengetuk pintu kamarnya tengah malam begini? Appanya? sepertinya tidak mungkin.... Appanya jarang sekali pulang ke Seoul.

Untitled, 2017 (GD-IU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang