Seulgi, istri Sehun baru saja melahirkan.
Karena itu saat ini Suho dan Irene berada di rumah sakit untuk melihat anak mereka.
Sebenernya Irene nggak pengen dateng sih, apalagi di sana ada mama Suho, tambah nggak pengen dateng rasanya.
Tapi masalahnya, Sehun itu sepupu Suho, jadi dengan terpaksa Irene tetep ikut Suho. Nggak enak sama keluarga Sehun kalo nggak dateng.
"Bang, hadiah buat anak gue udah dikirim ke rumah dong ya?" Ujar Sehun.
"Udah, beres." Seru Suho.
Selama di rumah sakit tidak ada obrolan yang menyinggung masalah anak pada Irene. Hal ini membuat Irene merasa lega.
"Suho, Irene abis ini ikut pulang ke rumah mama ya." Seru mama Suho.
Tapi masalahnya, mama Suho ngajakin Suho sama Irene pulang ke rumahnya.
Irene udah sedih duluan rasanya.
Sampe rumah, Suho sama Irene didudukkan di hadapan mama Suho.
"Irene, mama denger-denger kamu udah nggak pernah makan masakan yang mama kirim, terus nggak pernah minum jamunya juga." Ujar mama Suho.
"Irene habisin semuanya kok ma." Potong Suho cepat.
"Bohong ma, Irene emang udah lama berhenti makan masakan dari mama sama jamunya juga." Kata Irene.
Suho melotot pada Irene, tapi Irene tetep bergeming. Menatap mama Suho dengan berani.
Lalu, gantian Suho yang dipelototin mamanya karena ketahuan berbohong.
"Kamu kenapa jadi gini? Udah nggak mau punya anak?" Tanya mama Suho.
"Irene capek ma." Jawab Irene sejujur mungkin.
"Capek? Sama, mama juga capek. Semua capek." Seru mama Suho.
"Ma, mending mama berhenti ngurusin rumah tangga aku sama Irene." Kata Suho. "Aku bisa urus rumah tangga aku sendiri kok ma." Lanjutnya.
"Gimana mama bisa nggak ikut campur kalo istri kamu ini belum bisa hamil?" Ujar mama Suho sambil nunjuk-nunjuk Irene.
"Kan Suho sama Irene lagi usaha ma." Kata Suho.
"Duh, kamu tuh bilang usaha usaha mulai dari kapan? Sampe sekarang mana hasilnya? Istri kamu nggak hamil hamil." Ujar mama Suho.
"Sabar ma, sebentar lagi-"
"Mending kamu ceraiin dia aja." Potong mama Suho.
Irene menatap lurus ke arah mama Suho, nggak percaya sama apa yang indera pendengarannya tangkap barusan.
"Ma!!!" Seru Suho dengan nada tinggi. "Bisa-bisanya mama ngomong gitu."
Mama Suho cuma diem.
Sementara itu, Irene dalam keadaan sedang menangis berusaha meninggalkan rumah mama Suho secepat mungkin.
"Sayang tunggu." Seru Suho sambil mengejar Irene.
Irene cuma diem.
"Kamu dengerin aku. Aku nggak bakal ceraiin kamu." Ujar Suho dengan panik.
"Kamu denger sendiri mama kamu bilang apa." Seru Irene dengan berlinang air mata.
"Itu mama aku yang bilang, bukan aku. Percaya sama aku, aku nggak akan pernah ceraiin kamu." Ujar Suho lagi.
Irene melanjutkan langkahnya.
"Irene aku mohon jangan tinggalin aku." Ujar Suho.
Irene bergeming, dia mengabaikan Suho dan terus melanjutkan langkahnya.
Maka dari itu, Suho yang berada di belakang Irene menangkap tubuhnya, lalu memeluknya dari belakang.
Dalam posisi itu Irene cuma bisa nangis.
Setelah beberapa detik menikmati pelukan hangat Suho, Irene memilih melepaskan tangan Suho yang melingkar di perutnya. "Aku mohon biarin aku sendiri dulu malam ini." Kata Irene. "Aku janji besok akan balik." Lanjutnya.
Suho hanya bisa pasrah, mungkin memang akan lebih baik jika Suho memberikan waktu sendiri pada Irene.
"Oke." Seru Suho. "Tapi inget pesen aku, jangan matiin handphone kamu."
Irene cuma ngangguk sebelum akhirnya masuk ke dalam sebuah taksi.
Suho hanya bisa mandangin taksi itu pergi.
Sudah bisa ditebak kemana Irene akan pergi, karena pasti dia akan pergi menemui Changsub.
Melihat Irene berdiri di balik pintu dengan keadaan menangis, Changsub dengan sigap langsung merengkuh tubuh mungil Irene.
"Kamu kenapa?" Tanya Changsub sambil membawa Irene ke dalam apartemennya.
Irene nggak ngejawab pertanyaan Changsub, dan Changsub nggak memaksa Irene untuk menjawabnya. Changsub hanya mengelus lembut punggung Irene untuk menenangkannya.
"Aku bakalan cerai." Kata Irene yang akhirnya membuka mulut.
TBC
Kalo kalian suka dengan buku ini vote dan tinggalkan komentar ya.
Makasih hehe.