Part 3

523 60 12
                                    

"Ne...kenapa kau tidak tinggal di rumah orang tuamu saja??" tanya Yamada

"Yamada Ryosuke!! Kau bodoh atau apa... mereka sudah menjualku pada keluargamu, baka!!" seru Chinen

"Dijual? Hah?"

"Apa namanya kalau bukan dijual? Aku menikah denganmu, lalu keluargamu membantu biaya perusahaanku...itu artinya dijual kan?!?!"

Yamada hanya bisa menghela nafas...
"Terserah...."

Yamada berjalan ke dapur..
"Kau mau makan apa??"

"Kenapa kau baik padaku?? Kau juga terpaksa kan??" sahut Chinen

"Apa salahnya menjadi orang baik, Chinen-san?? Kalau aku jahat, nanti aku dituntut dengan pasal KDRT..." jawab Yamada sambil memotong daging.
"Hoiii!! Situ cewe kan, bantu masak napa..." tambah Yamada

"Aku tidak bisa bersikap sebaik itu padamu, Yamada Ryosuke..." kata Chinen sambil menuju kamarnya.

Yamada menatap Chinen yang berjalan pergi..
"Kami-sama, sampai kapankah ini akan berakhir...."

Chinen POV

Benar juga kata Yamada-san..bagaimana kalau aku keluar dari rumah ini, dan tinggal dengan keluargaku....
Bagaimana cara aku bercerai dengan Yamada-san.....

Aku memandang foto yang berada di dompetku..
Ya, fotoku dengan Yuto....
Kami sangat bahagia pada waktu itu....
Apakah benar itu hanya perasaan kakak-adik??

Toktok

"Chinen-san..makananan sudah siap.."
terdengar suara Yamada-san dari balik pintu

"Aku tidak lapar..." jawabku

"Ya sudah, aku tinggalkan depan pintu kamar yah...ingat dimakan..aku kembali ke kantor.." balas Yamada.

Kami-sama..
Kenapa takdirku seperti ini???
Kenapa keluargaku benar-benar hanya mementingkan perusahaan????
Aku tidak dianggap lagi seperti anak..mereka memaksakan semuanyaaaaa

End of Chinen POV

Chinen larut dalam kesedihannya meratapi nasibnya...
Dia tidak menyentuh makanannya sama sekali...

***

"Tadaima"
Yamada Ryosuke pulang dari kantornya..
Dia adalah direktur utama dari perusahaan milik keluarganya..

Yamada segera naik menuju kamarnya, yang sekarang menjadi kamar Chinen..

"Eh? Tidak dimakan? Dari siang tadi dia tidak makan??"

"Chinen-san! Kau baik-baik saja?? Kenapa kau tidak makan??" Yamada mengetuk pintu kamar.

"Chinen-san...aku masuk ya..."

Ternyata pintu tersebut tidak dikunci..

"Chi-chinen-san?"
Yamada melihat Chinen duduk di atas tempat tidur, memeluk kakinya dan menangis.

"Chinen-san? Ada apa?"
Yamada hendak menyentuh Chinen, memastikan keadaan Chinen.

"Kenapa?!? KENAPA?!? KENAPA KAU MASIH MEMPERHATIKANKU?!?!" teriak Chinen

Yamada mengurungkan niatnya untuj menyentuh Chinen, dia mengangkat kedua tangannya..

"Perhatian salah..tidak perhatian juga salah.." gumamnya kecil

"KELUARGAKU SENDIRI TIDAK ADA YANG PERHATIAN!!" teriak Chinen
"KENAPA YAMADA-SAN?!?"

"Selama kau tinggal disini, kau menjadi tanggung jawabku, tau?" jawab Yamada
"Sekarang kau mau makan atau tidak?? Kalau tidak, makanan ini aku bawa turun daripada berjamur disini.."

"Yamada-san...boleh kau tolong aku?"

"Apa?" tanya Yamada

"Aku mau mati..." jawab Chinen

"Sudah kubilang kan..kalau mau mati itu urusanmu..jangan sangkutkan aku dengan kematianmu!!" jawab Yamada sambil mengangkat nampan yang berisi makanan untuk Chinen.

***

Yamada POV

Kami-sama...
Apa yang harus aku lalukan?
Lama-lama aku bisa gila..
Wanita aneh itu...

I know mungkin dia memang sedang terguncang, emosinya tidak stabil..
Tapi dia selalu mau mati...

Apa kehidupannya seburuk itu? Terlalu diatur oleh keluarga?
Aku tidak mengerti...
Aku juga diatur oleh Tousan..
Tapi tampaknya wanita itu lebih parah..

Dia wanita pertama yang masuk dalam kehidupanku..
Dan membuatku stressssss!!

Kami-sama..
Bagaimana aku menjalani ini semua....

Dhuar!!
Musim badai sudah datang tampaknya



Bet!
Mati lampu???

"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"

Astagaaa itu orang kenapa lagi sih di atas...

Dengan segera aku naik ke kamar Chinen-san..
Teriakannya itu benar-benar kencang..

"Ka-san.....ka-san.......aku takut........" terdengar isak tangis dari balik pintu kamar..

Dengan segera aku masuk, menyorotkan senterku ke setiap sudut dan aku mendapati Chinen-san meringkuk di sebelah lemari sambil menutup telinganya.

DHUAAAAAAARR!

"KA-SAAAAAAAAANNN" teriaknya

Aku menghampirinya, berjongkok disebelahnya...

"Ssshhh...hanya petir, jangan takut.." aku mengelus punggungnya.
Terasa sekali dia gemetar..

Isak tangisnya tak kunjung mereda, aku tak tega melihatnya.
Aku duduk, lalu mendekapnya dalam pelukanku..

"Ssshh..jangan takut, aku ada disini...." bisikku.
Perlahan-lahan tangisannya mereda dan tubuhnya tidak gemetar lagi seiring dengan redanya hujan dan listrik pun menyala kembali.

Hening...
Dia tidak bergerak.......
Aku bisa merasakan detak jantung dan nafasnya mulai teratur...
Chinen-san pun tertidur dalam pelukanku.

Aku membaringkan dia di tempat tidur...
Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku...aku melihat Chinen-san tersenyum walaupun itu dalam tidurnya...

Manis.....
Walaupun matanya sembab dan bengkak...
Tapi wajahnya sungguh manis...

"Tidurlah yang nyenyak..." aku mengelus kepalanya, lalu meninggalkannya di kamar.

Kami-sama....
Apakah aku bisa membuatnya tersenyum lagi??
Aku tidak ingin senyuman itu hilanh dari bibirnya....

TBC

Waiting for You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang