Satu : Awal Mula

761 14 4
                                    

Your journey has only begun—Lion King

*

Tari—Jingga Matahari. Seorang perempuan pecinta matahari dan warna oranye yang baru akan memasuki kehidupan negeri putih abu-abu-nya di SMA Airlangga. Yang direncanakanannya akan dilalui dengan penuh warna pelangi.

Yang Tari lupa, selalu ada badai sebelum sang bianglala tiba.

Yang bahkan, datangnya bukan saat hujan. Melainkan teriknya matahari di saat upacara bendera mingguan tiba. Berdiri di depannya, menutupi badan mungilnya dari siksaan sang Raja Langit. Kejadian yang sangat ftv-able itu adalah sumber dari segala macam bencana dalam hidup Tari.

Dari terjebak tawuran. Berkenalan dan kemudian berkencan dengan pentolan preman sekolah musuh. Belum lagi gangguan dari si raja tatasurya yang satu lagi, Ari—Matahari Senja—Panglima Perang di negeri abu-abu yang sekarang dimasuki Tari.

Obsesi Ari terhadapnya, Tari rasa sangat tidak masuk akal. Dan mengerikan! Teror demi teror dilancarkan; baik yang terang-terangan maupun terselubung, ancaman tersirat dan/atau tersurat, sabotase dan segala bentuk penyiksaan batin. Jelas Tari sangat murka. Terlebih lagi, di saat kisah cinta pertamanya sukses buat layu sebelum berkembang oleh si Preman Gila itu!

Karenanya, dihampirinya Ari di tempat keramat—area kelas 12. Adrenalin yang menguar hebat melenakan Tari akan adanya bencana yang menyapanya disana. Vero, ketua geng Scissors alias geng yang dikhultuskan di SMA Airlangga, sekaligus si Ari versi wanita, tentu tak akan tinggal diam mendapati kedatangan junior yang telah menciderai kekuasannya—merebut Ari-nya!

Namun orang yang tadinya akan dilabrak Tari nyatanya menjadi orang yang menyelamatkannya dari amukan si Ratu Gunting. Menyelamatkan harga diri yang tersisa dan memberikan perlindungan. Hanya saja, kalimat terimakasih hanya tersangkut di tenggorokan lantaran Ari masih saja memberinya ultimatum : datang atau mati !

Kehilangan seorang pelindung akibat sabotase Ari jelas membuat Tari goyah dan merana. Ironisnya, dalam kancah peperangan antar dua pusat dirgantara itu diramaikan lagi oleh si matahari ketiga ; Matahari Jingga!

Preman sekolah punya kembaran!

Mendadak Tari memahami fiksasi Ari kepada dirinya. Dua kembaran yang dipisahkan akibat perceraian orangtua memang terkesan cheesy dan drama, namun ternyata benar adanya. Tawaran dari kembaran si preman untuk menjadi bodyguard Tari dalam menghadapi cowok bengal diterima Tari dengan enggan. Simbiosis-agak-mutualisme, mengingat Ata butuh cara untuk mendekati kembarannya yang dingin dan Tari butuh dilindungi—meski Tari menyadari betul ada ungkapan blood is thicker than water.

Hari demi hari dilalui masih penuh peperangan serta cinta segitiga. Sampai di suatu titik segalanya tak tertahankan lagi dan topeng terbuka.

Ari adalah Ata dan Ata adalah Ari.

Tak ada kembaran yang kembali. Kepingan puzzle yang terlepas tak akan semudah itu ditemukan. Kali ini, Ari menghantam Tari. Tepat di ulu hati.

Sedih, hancur, terluka. Retakan yang sekarang lebur. Membuka segalanya membuat Ari jatuh, sejatuh-jatuhnya. Tak ada lagi seberkas harga diri yang tersisa. Ditampik permohonan ternyata rasanya sangat menghancurkan.

Sedih, hancur, terluka. Hati polos yang telah dikhianati. Segala kebohongan dan tipu muslihat. Manipulasi dan kepercayaan penuh yang disia-siakan. Sebenarnya untuk apa semua itu dilakukan? Tari tak paham! Dan kemarahan membutakan mata Tari dari sebuah uluran tangan yang meminta pertolongan padanya. Tari berpaling.

Tapi nampaknya waktu mampu menyembuhkan segala jenis kesakitan. Jarak serta ketiadaan presensi mampu melunakkan sebongkah bara panas. Pada suatu titik, Tari akhirnya mampu mencerna keseluruhan peristiwa. Memahami bahwa Ari hanya mengisi kekosongan lubang di dalam hati tanpa ada tendensi untuk melukai.

Sebentuk rekonsiliasi pun terjadi.

Bertepatan dengan datangnya si Matahari tenggelam yang satunya—yang asli!

"Gue akan, dengan sangat terpaksa, bikin lo sering nangis nanti,"

Ucapan yang menjelma sumpah.

Matahari di Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang