PART 11. LEVEL 1

1.1K 87 0
                                    


"Apakah ini level 1?" tanya Peter memecahkan keheningan di antara mereka.

"Sepertinya begitu," jawab Logan ragu. "Kita harus mencari sumber air untuk memadamkan apinya. Kita harus berpencar dan siapapun yang menemukan sumber air duluan, dia harus memberikan tanda," Logan tanpa ragu langsung memberi komando.

"Tanda yang seperti apa?" tanya Emma.

"Bola cahaya dari serbuk peri," ujar Logan sambil membentuk sebuah bola kecil dari serbuk peri hijau dan mengambang rendah di atas telapak tangan kanannya. Logan pun tiba-tiba melemparnya dan bola itu meledak seperti kembang api berwarna hijau di antara asap hitam yang tebal.

"Bagaimana kamu melakukannya?" tanya Chloe.

"Dibayangkan saja, sama seperti kamu melakukan bakat-bakatmu yang lain," jawab Logan. "Lebih baik kita pergi berkelompok. Peter dan Emma pergi besama Dylan. Chloe kamu bersamaku. Hati-hati dengan pohon yang hampir tumbang karena terbakar."

"Maaf Logan, aku tidak bisa pergi," seru Dylan.

"Kenapa?" tanya Logan.

"Aku tidak boleh membantu kalian secara langsung. Aku di sini hanya bertugas sebagai pengawas," jelas Dylan.

"Tidak apa-apa, Logan. Kami akan baik-baik saja," ucap Emma sambil saling berpandangan dengan Peter.

Tanpa banyak berdiskusi lagi, mereka pun langsung berpencar.

Asap dari kebakaran hutan mulai membuat mata perih. Mereka berjalan perlahan ke dalam hutan yang terbakar dan menurut Chloe ini adalah ide yang buruk karena asapnya semakin tebal dan pekat. Chloe pun berhenti sejenak dan mulai mengeluh.

"Ini gila, Logan. Asap ini akan membunuh kita sebelum kita berhasil menemukan air," ucap Chloe.

"Bersabarlah, kita akan segera menemukan air," Logan masih mencoba optimis.

Chloe yang hampir putus asa memutuskan untuk memikirkan sesuatu. Selama pelatihannya di Moonfly, Chloe memang belum sama sekali bisa mengeluarkan serbuk peri dari telapak tangannya, bahkan melakukan telekenesis pun rasanya mustahil. Namun, Elyn selalu mengatakan bahwa bakatnya cepat atau lambat akan muncul karena tidak ada yang tidak mungkin terjadi di negeri penuh keajaiban ini. Chloe mencoba keberuntungannya untuk membuat air keluar dari tanah. Chloe tahu hal tersebut terdengar mustahil tapi sepertinya cukup menarik untuk dicoba dan akan sangat terlihat ajaib kalau benar-benar bisa terjadi.

"Hei, Chlo, apa yang kamu lakukan? Ayo cepat jalan," ajak Logan.

"Diam sebentar."

Chloe menarik napas dalam-dalam dan memejamkan matanya. Chloe berlutut di tanah dan meletakan tangan kanannya pada tanah di depan kaki kanannya.

Air.

Chloe terus membayangkan bahwa air yang dipanggilnya dari dalam tanah akan segera naik ke permukaan dan mengucur dengan derasnya memadamkan api di pepohonan.

"Chloe," panggil Logan lagi. "Api mulai merambat di sekitar kita."

Chloe tidak menanggapi ucapan Logan. Dia masih terus berkonsentrasi dengan percobaannya.

Mengalirlah!

Tidak lama kemudian, benar-benar dengan ajaib tanah yang disentuh oleh tangan Chloe pun mulai lembab dan basah lalu perlahan air pun mengucur ke permukaan. Chloe yang masih terkejut langsung membuka matanya dan berdiri.

"Wow!" Chloe memandangi tangannya yang basah dengan sangat takjub. Dia benar-benar merasa luar biasa karena telah melakukan hal mustahil seperti itu. "Logan!" panggil Chloe kepada Logan yang saat itu sedang tenganga tidak percaya Chloe bisa membuat air.

"Aku rasa kamu punya bakat pengendalian elemen," ucap Logan.

"Ya, sungguh mustahil bukan?! Tapi, ini keren juga."

Chloe bermaksud untuk mencoba hal lainnya. Chloe pun terjongkok setinggi air yang sedang mengucur dari tanah itu.

Jadilah hujan.

Chloe meniup air tersebut dan dengan cepat air meluncur tinggi dari tanah hingga menyentuh awan. Airnya pun tiba-tiba berhenti seakan-akan habis diserap oleh awan.

"Apa yang kamu lakukan? Ke mana airnya?" tanya Logan.

"Gak tahu. Sepertinya kemampuanku hanya sebatas ini," keluh Chloe.

Chloe dan Logan mulai murung sambil terus melihat ke arah awan. Chloe terus bergumam agar air tersebut benar-benar menjadi hujan, namun setelah beberapa menit menunggu akhirnya mereka pasrah dan mulai berjalan lagi mencari mata air.

Baru beberapa langkah berjalan, perlahan rintik-rintik hujan pun turun. Chloe dan Logan berhenti dan saling menatap dengan senyum lega di wajah mereka. Hujan buatan Chloe pun semakin lebat dan perlahan api-api yang membakar pohon mulai padam. Asap kini mulai tersapu butir hujan dan awan pun menjadi sangat mendung. Logan mengeluarkan bola serbuk peri dan melemparnya ke atas, setinggi mungkin. Bola tersebut meledak dan bersinar seperti kembang api berwarna hijau di udara.

"Kita harus membuat tempat berteduh," seru Logan.

"Oke."

Satu per satu anggota kelompok Chloe pun mulai berkumpul.

"Aku tidak menyangka, di hutan buatan seperti ini bisa terjadi hujan," seru Dylan.

"Ini bukan hujan biasa. Chloe yang membuatnya," ucap Logan.

"Benarkah? Bagaimana kamu melakukannya?" tanya Peter.

"Hanya pemilik bakat pengendalian elemen yang bisa melakukan ini," ujar Logan.

"Baguslah kita punya satu di kelompok ini. Sekarang apa?" tanya Emma.

"Menunggu," jawab Dylan dengan singkat.

Mereka semua hanya terdiam mematung di bawah hujan deras yang Chloe ciptakan. Peter mengayunkan tangannya dan membuat batang-batang pohon berdaun lebat yang berada di sekitar mereka bergerak dan membentuk atap untuk melindungi mereka dari tetesan hujan yang terus turun.

"Ide yang bagus," puji Emma atas inisiatif Peter.

Hujan pun perlahan mereda tetapi gerimis masih menemani hari yang sebentar lagi menjadi sore. Emma mengayunkan tangannya dan membuat rerumputan hijau kering di tempat mereka berteduh agar bisa duduk sejenak. Logan dan Peter pergi mencari kayu yang mungkin bisa dibakar untuk menghangatkan diri.

"Apa ada yang membawa korek api?" tanya Peter.

"Aku yakin tidak ada yang membawa korek api di sini," jawab Dylan meledek.

"Suruh saja Chloe membuat api. Dia kan punya bakat itu," sahut Emma.

Semua mata pun mulai menatap Chloe dan menunggu dia membuat api pada kayu-kayu yang telah Logan dan Peter kumpulkan. Chloe menghela napasnya dan mencobanya. Sambil menjulurkan kedua tangannya ke dekat tumpukan kayu yang didapatkan oleh Logan dan Peter, Chloe pun mulai membayangkan api dan mensugesti dirinya untuk membuat api.

Api.

Tidak ada reaksi apapun pada tumpukan kayu. Chloe terlihat kecewa namun dia tahu bahwa mengendalikan semua elemen dalam satu waktu sepertinya terdengar terlalu memaksakan. "Sepertinya aku tidak bisa melakukannya," ucap Chloe memelas.

Logan pun mencoba membuat api dengan cara tradisional. Dia menggesek-gesekan batu dengan cepat hingga tercipta percikan-percikan api kecil. Dengan sedikit jerami yang menyelimuti kayu-kayu lembab itu, api pun mulai menyala.

Sambil terus menunggu, mereka pun mengistirahatkan diri mereka sejenak sebelum menghadapi level 2 nanti.

BLUE MOON - Book 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang