Adelardo memang menyadari kebencian yang ada pada diri Dewi Hera. Adelardo tidak sebodoh itu untuk diam saja ketika melihat Hera berjalan mendekati Kiara.
Tidak.
Adelardo tidak mengikuti Hera, ia hanya tidak sengaja melihat Hera yang sedang mencekik Kiara saat ia baru saja akan mengajak Kiara kembali berlatih.
Kini gadis itu terbaring di ranjangnya dengan mata tertutup. Kulitnya agak membiru karena kurangnya pasokan darah dari jantung menuju otaknya. Hera benar-benar menggunakan kekuatannya tadi.
Beruntung Kiara dapat di selamatkan.
Dan Zeus, belum tahu akan hal ini.
Dapat dibayangkan apa yang akan dilakukan Zeus jika tahu istrinya berusaha membunuh puterinya. Ia bisa mengamuk.
Lagipula, hubungan mereka itu tidak wajar. Seorang kakak yang menikahi adiknya sendiri. Masuk akal kah?
"Putraku."
Adelardo menoleh kebelakang.
Ibunya bersama dengan Sundivhs dan Athena.
"Ibu sudah tahu tentang hal ini 'kan?" Adelardo memfokuskan pandangannya pada Kiara kembali.
Terdengar helaan napas Athena. "Kau sudah tahu ya?" ia menatap kedua sepupunya bergantian. "Mau bagaimana lagi?"
Sundivhs mengangguk. Ia tahu tidak selamanya mereka bisa menyembunyikan hal ini dari Adelardo. Cepat atau lambat ia akan mengetahui perihal kebencian Hera. "Kau masih terlalu kecil Adelardo."
"Aku sudah dewasa."
"Ya! Anakku sudah dewasa!" cecar Selene dengan mata melotot. Marah anak yang dibanggakannya dipanggil 'kecil'
Sundivhs menepuk dahinya kencang. "Kalian ini!"
Adelardo tidak menghiraukan percakapan para saudara itu selanjutnya. Ia hanya diam dan menatap wajah Kiara, terlihat begitu tenang.
Sekilas ia dapat melihat sebutir air mata kecil di pelupuk mata gadis itu. Hati Adelardo tergores, apa yang sedang dimimpikan oleh Kiara?
"Jangan terlalu lama memandangnya Adelardo, ingatlah perkataanku semalam." Sundivhs menepuk pundak Adelardo pelan. Mencoba memberinya pengertian.
Tapi sekali lagi,
Adelardo ingin sekali saja membangkang. Ia tidak ingin mendengarkan perintah pamannya. Tapi ia tidak bisa.
Adelardo benci hal ini.
Ia menginginkan Kiara.
Kiaranya,
-Queen-
Hidup sebagai Ratu, bergelimang Harta dan kekayaan tidak membuat seorang Kiara hidup bahagia.
Ia kesepian.
Sering kali ia berdiam di pojok istana, tempat yang tidak pernah di sentuh oleh anggota kerajaan. Tapi kini Kiara kecil duduk disana, dengan kaki terlipat dan kepala tertunduk.
Ia menangis. Menangisi kabar kepergian orang tuanya. Padahal baru kemarin ia mendapat kabar kalau orang tuanya akan kembali ke Winter Kingdom dalam waktu 2 hari.
Ia kedinginan.
Musim dingin menjadi semakin dingin dan beku baginya. Ia sendirian. Semua orang sedang sibuk dengan persiapan upacara kematian.
Apa ini? Ini masa laluku 'kan?
Kiara melihat sosoknya saat kecil mulai mengangkat kepalanya, menatap dirinya dengan mata merah penuh dengan amarah dan kebencian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of Winter and The Moon Prince (SUDAH DITERBITKAN)
FantasiKiara Graythorn, si Putri musim dingin. itulah sebutan orang-orang untuk dirinya. kulit putih, bibir semerah darah dan sikap yang lebih dingin dari es. ia memerintah kerajaan Winter sebagai seorang Ratu setelah ayah dan ibunya dibunuh saat perjalan...