Seongwoo melempar badannya ke sofa sesaat setelah dia memasuki apartemen. Tangannya meraih remote yang berada di meja, menyalakan tv, dan menonton acara favoritnya di sore hari. Upin dan Ipin.
"Aera mana ya?" dia melirik jam tangan-nya. Waktu udah menunjukkan pukul 6 lebih 15 menit, tapi Seo Aera belum juga tampak di rumah. Biasanya paling lambat dia akan pulang jam 6.
Seongwoo sedikit kaget karena handphone yang ada di kantong celananya bergetar. Ternyata ada pesan line dari Daniel.
Kang Niel
Eh bro, gue main ke tempat lo ya.Ong Seong
Gak capek lo liat muka gue seharian?
Main tempat lain sonoKang Niel
Terlambat. Gue udah ada di depanDi saat bersamaan, Seongwoo mendengar seseorang membunyikan bel pintu.
Ong Seong
Pencet aja sampai singa bertelur
Ga gue bukainSeongwoo tersenyum puas ketika bunyi bel berhenti. Tapi tak berapa lama, ia terlonjak kaet ketika bunyi password ditekan malah terdengar.
"Gila itu si Daniel tau password-nya darimana!?"
Seongwoo cepat-cepat beranjak dari tempatnya. Namun belum sempat ia mencapai pintu, sosok Aera dan Daniel--yang melambai bahagia, menghentikannya.
"Kok lo masukin dia sih?" Protes Seongwoo.
Aera menaikkan sebelah alisnya dengan sikap Seongwoo. "Eh itu kan temen lo. Masa orang bertamu malah lo gituin?"
"Bener tuh Kak. Teman macam apa lo." tambah Daniel.
Aera sedikit ganjal dipanggil 'Kakak' oleh lelaki berambut coklat tersebut. Karena dipikirannya, si Daniel ini teman seumuran-nya Seongwoo, yang otomatis seumuran juga sama dia.
Tapi karena ini sandiwara yang dia dan Seongwoo buat sendiri, jadi ia tidak menghiraukan rasa aneh itu dan mengiyakan perkataan Daniel.
Seongwoo mendesis kesal dan balik ke sofa-nya, diikuti oleh Daniel. Sementara Aera langsung menuju ke kamarnya.
"Lo umur segini masih nonton upin ipin?" tanya Daniel yang lebih menjurus ke ledekan.
"Kenapa? Emangnya ada batasan umur ya buat nonton kartun?" Protes Seongwoo balik.
Daniel tertawa. "Nggak sih. Tapi yang menarik dikit dong kontennya."
Seongwoo melengos. "Ini lebih menarik daripada ftv ftv kecintaan lo."
Daniel diam bungkam skak mat. Ia terpaksa nonton upin ipin bareng Seongwoo.
Aera keluar dari kamarnya, menggunakan pakaian rumah, sudah fresh dengan rambut masih setengah basah.
Ia berjalan melewati ruang tv, yang otomatis membuat perhatian Daniel teralihkan padanya.
"Kak mau kemana?"
"Ke dapur. Masak." sahut Aera sekenanya.
"Masak? Masakin juga dong. Laper nih hehe." pinta Daniel.
Seongwoo mendengus tanpa mengalihkan matanya dari tv. "Lo minta dimasakin sama dia? Mending nggak usah deh, daripada muka lo berakhir di berita besok pagi karena kasus keracunan."
"Heh! Masakan gue nggak separah itu ya!" protes Aera. Ya meskipun masakannya nggak enak-enak amat, gak bikin keracunan juga. Prinsip Aera itu yang penting kenyang.
"Kalo gitu lo mau masakin makanan buat gue?" tanya Daniel ke Seongwoo.
"Ogah. Kalo gue masak, bisa-bisa lo datang kesini tiap hari minta makan."
"Talk less do more dong. Sok-sokan banget bilang bisa masak. Gue aja nggak pernah lihat lo pegang pisau."
Kenyataannya memang begitu. Hidup 1 bulan bersama, Aera nggak pernah lihat Seongwoo ke dapur selain minum. Entah itu minum air, jus atau susu. Ini dia malah berlagak kayak orang yang profesional di dapur.
"Lo nggak percaya gue bisa masak? Yaudah gue buktiin."
Entah karena Seongwoo merasa harga dirinya terhina atau apa, Ia langsung beranjak ke dapur tanpa disuruh.
Aera mengikutinya, sedangkan Daniel hanya membiarkannya dan mengganti saluran tv dengan acara ftv.
"Lo beneran mau masak? Hati-hati nanti meledak nih dapur."
Seongwoo tidak menghiraukan ledekan Aera dan mengambil beberapa bahan di kulkas.
"Gue nggak terima dibilang nggak bisa masak. Rasa sakitnya sama kayak orang bilang gue gak lucu pas gue melucu." ujar Seongwoo polos.
"Hih. Lebay amat lo."
Aera duduk di bangku, memperhatikan Seongwoo dari belakang. Ekspektasi Aera, Seongwoo bakalan ngelukain jarinya sendiri pakai pisau.
Tapi ternyata tidak.
Aera malah keheranan melihat Seongwoo dengan lihai memakai alat-alat dapur serta mencampurkan bahan-bahannya.
Kurang dari 20 menit, sepiring spaghetti telah terhidang di depan Aera. Masih dengan mulut sedikit ternganga, wanita itu memandang Seongwoo tidak percaya.
"Ngapain? Silahkan dicoba." ucap Seongwoo dengan senyum puas di wajahnya.
Aera menggerakkan garpunya dengan ragu. Ia menyiapkan lidahnya untuk kemungkinan rasa yang tidak menyenangkan. Dipikirannya sekarang, Seongwoo mungkin memang bisa masak tapi ada kemungkinan masakannya nggak enak.
Tapi lagi-lagi pikirannya terbantahkan. Matanya melebar ketika untaian spaghetti itu masuk ke dalam mulutnya dan rasanya mulai meleleh di dalam.
"Enaaak?" tanya Seongwoo dengan senyum lebar merekah di wajahnya. Aera tidak berkata apa-apa, tapi Seongwooo sudah tahu jawabannya hanya dengan melihat ekspresi istri-nya itu.
Karena hubungannya dengan Seongwoo yang tidak harmonis, Aera enggan mengakuinya. Tapi menurut dirinya masakan Seongwoo memang sangat enak--gak kalah sama makanan restoran. Hal itu membuat ia ingin mencicipi spagheti itu sekali lagi.
Tangannya mulai bergerak lagi di atas piring. Namun, sebelum garpunya menyentuh apa-apa, Seongwoo sudah menarik piring itu menjauh darinya.
"Siapa bilang ini buat lo? Ini buat gue sama Daniel." Ujar Seongwoo kemudian pergi begitu saja dengan dua piring di tangannya.
Aera dibuat cengo karena di gantungin seperti itu.
"ONG SEONGWOOOOOO!!"
===
Kok bisa ya ganteng banget gini
KAMU SEDANG MEMBACA
Married for Money - Ong Seongwoo ✔️
FanfictionOng Seongwoo yang dijanjikan harta warisan ketika menikah dan Seo Aera yang juga membutuhkan uang, mengikat janji dalam suatu pernikahan. "Kakek gue bakal warisin hartanya kalau gue nikah sama lo! Jadi iyain aja kenapa?" "Dih nggak mau gue nikah sam...