3

203 24 0
                                    


Author’s pov.

DOORRR!!! DOORRR!! DOORR!!!

Ares menembak zombie itu 3 kali, tetapi tetap saja zombie itu tidak tumbang, malahan zombie itu menggeram marah dan mulai berjalan mendekati mereka.

DOORR!! DOORRR!!!

2 tembakan dilepaskan lagi oleh Ares.
“GRRRRAAAAAHHHHHHHH!!!!!!!!!!” zombie itu menggeram sangat keras kemudian mulai berlari mendekati mereka.

“Run!!!!” teriak Ares.

Sontak saja Naia, Kika, Riva, Max, Hisyam, dan Afaz segera berlari.
Ares menarik tangan Belona untuk berlari mengikuti 6 remaja di depannya.
Mereka  terus saja berlari dan berlari, sementara zombie raksasa itu tetap mengejar mereka di belakang.

Belona’s pov.

Zombie sialan!.

Umpatku dalam hati.

Mungkin kami sudah berlari menghindari zombie itu selama hampir 15 menit.
Tenagaku mulai habis, aku haus. Rambut hitam legamku yang ku biarkan tergerai sekarang sudah sangat kusut, penuh debu dan dedaunan.
Kakiku terasa nyeri karena berlari selama ini.

Kulihat 6 remaja di depanku, laju lari mereka mulai memelan. Sementara Ares, ku lihat laju larinya tetap stabil, peluh membasahi wajahnya.
Aku melihat ke belakang, zombie sialan itu sudah tidak terlihat lagi.
Mungkin ia kelelahan sehingga memutuskan untuk mencari mangsa yang tidak bisa berlari secepat kami.

“hhh..hh..hh..stop!” teriakku sembari mencoba mengatur nafasku yang ngos-ngosan.

“zombie…hhh…itu…sudah…tidak mengejar!” lanjutku.

“fiuuhhh….hhh…akhirnya” lega Ares.

Sementara 6 remaja itu hanya terdiam.

Kami semua berusaha mengatur nafas aga tidak ngos-ngosan lagi. Setelah nafas kami kembali normal, kami memutuskan untuk mencari amunisi serta perbekalan. Ya,kami memutuskan untuk bergabung dengan para remaja itu.

Naia’s pov.

Kami semua berjalan santai sambil bercengkrama.
Hari ini kami bertemu dengan pasangan bule yang fasih berbahasa Indonesia.
Ares Satir dan Belona Nymph.

“jadi,kau sedang apa di Indonesia?” tanyaku pada Belona.

“Aku di Indonesia karena aku sedang berlibur. ulang tahunku yang ke tujuh belas tahun, 10 Desember lalu, orang tuaku memberiku tiket penerbangan menuju Indonesia sebagai kadoku” jelasnya.

“Kalau kau sedang berlibur, kenapa tidak ke Bali atau Yogya saja? Kenapa malah ke Malang?” tanyaku.

“Kalau Bali dan Yogya, aku sudah pernah. Kata temanku, kota Malang tidak kalah indah dengan Bali dan Yogya. Jadi kuputuskan untuk berlibur di Malang. Aku hanya ingin mencoba suasana baru saja” jelas Belona.

“oohh…” aku ber-oh panjang.

“Berapa umurmu?” tanyanya padaku.

“14 tahun” jawabku.

“ah berarti lebih tua aku, seharusnya kau memanggilku menggunakan kak” kata Belona.

“ah iya juga, maafkan aku karena tidak sopan, kak” maafku pada Belona.

Belona menganggukkan kepalanya puas.
Kemudian ia berjalan mendahuluiku.
Beberapa saat kami semua hanya berjalan dalam diam. Tidak ada yang berbicara, kami semua sibuk dengan pikiran kami masing-masing.

“Naia” panggil seseorang.

Aku menoleh dan mendapati Kika dan Riva berjalan mendekatiku, kemudian menjajarkan langkah mereka denganku.

“ya” jawabku.

“Kita mau kemana?” tanya Riva.

“entah, kita ikuti saja kak Ares dan kak Belona” jawab ku.

Diam beberapa detik.

“Aku kangen keluargaku” kata Kika tiba-tiba.

“Iya ya…apa mereka selamat dari bencana ini?atau justru mereka menjadi salah satu dari mereka?”  kata Riva sambil menunjuk zombie yang sepertinya sedang menikmati makan siangnya di pekarangan rumah seseorang.

DOORR!!.

Kika menembakkan pistolnya ke zombie itu yang langsung jatuh tergeletak. Mati.

“Kik, hemat amunisi mu. Jangan tembakkan kalau tidak terancam” kata Max yang berjalan di belakang kami.

“hmmm” kika hanya bergumam.

Aku diam memikirkan perkataan Riva. Apa keluargaku selamat? Atau mereka menjadi salah satu dari zombie-zombie itu?.

Afaz’s pov.

Aku memang yang terkecil di antara teman-temanku ini. Teman dekatku menganggapku sebagai adiknya. Di keluarga kecilku, aku adalah anak pertama. Aku mempunyai dua adik. Ah ya, bicara tentang keluargaku, apakah mereka selamat?.

“Hei” sapa seseorang sambil menepuk bahuku.

Aku menoleh, kemudian kulihat Hisyam sudah berjalan di sampingku.

Hisyam Kamil Muhtadin.
Dia salah satu dari teman-temanku yang selamat dari bencana ini. Dia salah satu yang menganggapku sebagai adiknya. Selama duduk di bangku kelas 7, dia tinggal di pondok pesantren.

Aku tersenyum kepadanya.

“oke oke aja nih?” tanyanya padaku.

“gak terlalu sih, aku capek” jawabku.

Bagaimana tidak lelah? Setelah berlarian di hutan karena menghindari zombie raksasa yang mengejar kami selama 15 menit, sekarang kami berjalan tanpa tujuan selama hampir 2 jam di bawah terik matahari yang menyengat.

“hhh….sama, kita semua pasti merasa lelah, tahan ya, aku dengar dari kak Ares, ada tempat aman yang di karantina oleh pemerintah di Jakarta. Karena kita mengikuti kak Ares,mungkin kita sedang menuju tempat itu sambil mencari toko senjata untuk mengambil amunisi lagi. Kau tau amunisi kita sudah mulai menipis kan?” jelas Hisyam.

“hah Jakarta?! Itu kan jauh banget. Kita kesana jalan kaki begini? Bisa mati rasa kakiku” jawabku kemudian mendengus kesal.

“yah kita jalan-jalan gak jelas begini sambil nyari kendaraan juga kan? dari tadi kita gak menemukan kendaraan yang ditinggal pemiliknya dengan kunci yang masih menggantung di dalamnya” jelasnya lagi.

“iya juga sih, dan aku lapar. Kau ingat pagi tadi kita tidak sempat sarapan karena zombie attack yang tiba-tiba itu. Dan kita meninggalkan ransel yang berisi perbekalan karena terburu-buru menghindari segerombolan zombie itu” kataku.

“semua di sini juga merasa lapar faz, kita semua gak sempat sarapan sama sepertimu” ujar Hisyam.

Aku hanya diam, tidak mood melanjutkan pembicaraan ini. Begitu pula dengan Hisyam yang merangkulku kemudian berjalan bersamaku dalam diam.
.
.
.
.
.
.
.
.
Haaiii readers 😊
Chapter 3 akhirnya bisa aku post 😁
Di chapter ini aku mulai benerin penulisannya. Maaf kalau di chapter2 sebelumnya penulisannya masih berantakan 🙇
Maaf kalau di chapter ini ada kesalahan kata2 dan penulisan 😅 Mohon di maklumi ya 😁 masih newbie
Next chapter InsyaAllah aku post nanti malem.
Tunggu chapter selanjutnya ya 😊
Oh ya jangan lupa vote please 🙏

3012Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang