Bagaimana cara agar keegoisan ini berubah menjadi rasa empati yang tulus?
Rumah sakit bukanlah tempat yang dirindukan Taehyung. Anak itu begitu membenci tempat dengan aroma obat yang pekat dan aura suram di setiap sudut. Ya, membencinya setengah mati. Jika tidak dalam kondisi genting, ia tak perlu sampai dilarikan ke rumah sakit, terlebih-lebih ke bagian ICU dengan sebuah kantung infus yang menggantung di sebelah tempat tidurnya. Sebuah jarum kecil menancap pada lengannya, terlihat kering tanpa darah. Ia sempat merasa horor tiap kali membayangkan aliran darah yang mengalir di sela-sela luka mikoskropis yang disebabkan oleh tusukan kecil dari jarum infus itu. Sepertinya, obat yang diminumnya beberapa jam lalu sudah terasa khasiatnya, ditambah dengan penanganan dokter pada luka di dahinya. Taehyung merasa baru saja selamat dari kematian untuk kesekian kalinya.
Dengan perlahan Taehyung mengangkat lengannya, memperhatikan beberapa memar yang muncul begitu saja di beberapa tempat. Ia menyadari, saat dirinya tantrum, ia telah menumbukkan badannya pada beberapa benda keras di sekitarnya. Tentu ia hampir tak menyadari tumbukan-tumbukan itu, akibat rasa takut yang menutupi itu semua. Penyakit bodohnya itu sudah membuat memar menjadi makanannya sehari-sehari. Ia benci harus sering-sering mengenakan kemeja dan celana panjang karena benci melihat tubuhnya sendiri terlihat seperti korban kekerasan.
Kedua manik matanya melirik ke luar, dipandanginya awan putih dengan latar belakang langit biru cerah. Sinar matahari tak begitu terik, terlihat menyembul di balik awan, membuat sekeliling kamarnya mulai dialiri sinar keemasan yang hangat. Ia sangat menyukai pagi hari, meski ia paling tidak ingin menikmati keindahan itu dari sebuah ruangan di rumah sakit.
Pemuda itu mencoba beranjak perlahan. Rasa pusing di kepala tetiba muncul begitu saja, membuatnya mengernyitkan dahinya begitu saja. Tangan bebasnya meraba permukaan dahi yang kini berbalut perban terbal itu. Ia tak bisa merasakan guratan luka di sana. Mungkin luka itu sudah dijahit berjam-jam sebelumnya, sehingga tak lagi mengeluarkan darah. Tangan sebelah Taehyung meraih tongkat infus, mencoba bersandar pada pipa besi ringkih itu saat dirinya mencoba meninggalkan kasur tak nyamannya. Dengan tertatih, pemuda itu berjalan ke arah jendela, membuka gorden putih yang menggantung di sana, hingga sepenuhnya menampakkan deretan gedung-gedung kecil di bawahnya―seperti miniatur dalam maket tata kota.
Ingin rasanya Taehyung membuka jendela itu, kemudian menghirup udara segar pagi hari. Namun jendela itu dikunci, tak bisa dibukanya sendiri. Jika dirinya meminta tolong pada salah seorang suster pun, mereka tak akan memenuhi keinginannya. Udara kotor dari luar tidak diijinkan masuk ke kamar rumah sakit yang telah disterilkan, karena bisa berakibat fatal bagi pasiennya. Sebenarnya, Taehyung tidak memiliki sakit yang berhubungan dengan udara sehingga menghirup udara seperti apapun tidak begitu mempengaruhi kesehatannya.
Ckrek
Seseorang telah membuka pintu kamarnya, membuatnya menoleh seketika. Dari balik pintu itu, nampak seorang dokter dan perawat juga ayah angkatnya. Mereka masuk secara bersamaan, terlihat sedikit terkejut saat mendapati dirinya sudah meninggalkan tempat tidur tanpa ijin.
"Taehyung-ssi. Apa yang kau lakukan di sana!" Sang ayah mendahului kedua pegawai rumah sakit itu. Ia meraih tangan bebas putranya dengan lembut seraya membantunya menahan bobot tubuh dengan melingkarkan tangannya pada pinggang Taehyung.
"Aku hanya ingin melihat pemandangan pagi hari." jawab Taehyung datar.
"Kau harusnya menghidupkan bel dulu saat terbangun. Apa jadinya kalau kau sampai jatuh dan menumbuk benda-benda keras?"
Taehyung menatap lekat pada wajah khawatir ayahnya. Pria yang terbilang masih cukup muda itu kini telah memiliki semburat garis-garis halus yang seharusnya belum akan tampak pada pria-pria seusianya. Dia menua sedini ini karena terlalu lelah bekerja keras dan tak berhenti memikirkan kesehatannya di sini. Taehyung yakin, pria ini bahkan sudah membatalkan keberangkatannya ke luar negeri kemarin demi mengurusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Disorder [KookV/ KookTae] - COMPLETE
FanfictionKim Taehyung - remaja berusia 18 tahun, terkungkung dalam dunia kecilnya, pengidap penyakit langka hemofilia, selalu dalam ketakutan akan hal-hal yang dapat melukai fisiknya. Jeon Jungkook - remaja berusia 16 tahun, korban kekerasan fisik dan seksua...