Threatened

325 54 6
                                    


Saat indahnya langit malam terhalangi oleh awan hitam pekat gadis itu dengan tangguhnya menerobos derasnya hujan yang tengah membungkus kota Seoul hari ini.

Jang Mi kembali merapatkan hoodie yang dikenakannya, payung bening yang menaungi tubuhnya tidak sepenuhnya dapat menghalangi tetesan air hujan.

Ia mempercepat langkahnya, “Kenapa aku berjalan cepat?” tanpa ia sadari kakinya kini tengah berlari-lari kecil,

“Mengapa aku malah berlari?”

Ia bahkan bukan seorang yang penting di hidupku.

Sneakers abu-abunya telah basah sedari tadi saat berulang kali ia melangkah di atas kubangan air. Ia tidak terlalu memperdulikannya.
Benaknya kembali berseru,

Tapi benarkah aku berpikir seperti itu? Lalu apa yang dikatakan oleh hatiku?

Saat ini ia telah berada di tempat yang Eun Na maksud—rumah tua di dekat jembatan. Rumah itu tidak sepi lagi segerombolan orang berkumpul di sana, yang bisa Jang Mi lihat adalah punggung dari orang-orang yang tengah melontarkan pekikan tertahan, sesaat kemudian gebukan keras terdengar.

Semua orang kembali menjerit.

Jang Mi menerobos gerombolan itu dan betapa terkejutnya ia, dua orang pemuda sedang berkelahi di bawah dinginnya hujan yang membasahi, seorang dari mereka pasrah menerima berbagai pukulan yang bertubi-tubi. Darahnya serasa berhenti mengalir melihat siapa pemuda itu.

Jeon Jung Ho.

"Bagaimana? Kau mau bergabung?" Ujar laki-laki berwajah berang itu.

Alisku bertaut, apa maksudnya?

Setelah puas memukuli lawannya laki-laki berwajah berang itu akhirnya mengambil sebilah kayu seolah ingin mengakhiri permainan itu dengan benda di tangannya.

Andwae! (Jangan!)

Neon ije chugo isseo!!” (Sekarang matilah kau!)  teriakan lantang laki-laki itu diikuti dengan sebilah kayu yang terangkat ke udara.

Seperti cuplikan film yang diputar secara slow motion, Jang Mi berlari ke arah dua orang yang tengah berkelahi itu.
Sesaat sebelum kayu itu menyentuh laki-laki yang tengah terkapar lemah dengan penuh darah—di saat itu juga ia menerjang maju menggunakan payungnya sebagai tameng.

Payung bening itu hanya membantunya sedikit, Jang Mi terhuyung-huyung ke belakang lalu jatuh terduduk.

Sebelah tangannya menyentuh dahinya, tentu saja cairan merah itu ada di sana.

Untung saja aku tidak pingsan.

Pemuda yang terkapar lemah itu bangkit dengan susah payah, berusaha menggapai Jang Mi.

Gwaenchana?’ (Kau baik-baik saja?) bibir terluka milik pemuda itu berbisik tanpa suara, Jang Mi menatap pemuda itu lalu mengangguk.
Ia berusaha menelan semua rasa sesak di dadanya saat melihat keadaan Jung Ho saat ini.

“Wah lihat siapa yang datang! Yeochin-mu?” (Pacar) laki-laki itu menatap Jang Mi dengan sarkastik, Jang Mi tersenyum sinis lalu bangkit perlahan mencoba menyeimbangkan tubuhnya, kepalanya serasa berputar hebat, dengan bersusah payah ia memokuskan pandangannya.

“Diam kau pengecut!”

Laki-laki itu tertawa lantang.
Jang Mi menatap kerumunan orang yang semakin banyak memadati halaman rumah tua saat ini, “Ya! Apa yang kalian tonton? Cepat bubar! Dan kau!” dengan langkah sempoyongan ia menunjuk ke arah pria yang masih menggenggam sebilah kayu itu, “Cepat pergi atau aku panggil polisi!” kata Jang Mi setengah teriak, ia berusaha mengeluarkan ponsel dari saku hoodie-nya.

Save Me ; JJK  [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang