Hari dimana tiada orang atau seorangpun yang menemani. Katanya kita harus pandai bergaul, harus bisa beradaptasi pada lingkungan baru. Entah mengapa selama tiga tahun di smp aku merasa tidak ada yang aneh. Aku menjalani hariku dengan sepenuh hati. Aku tidak iri kepada teman sekelasku yang hidup berkecukupan karena ekomomi keluargaku bisa dikatakan lebih dari mereka. Ya aku anak orang kaya, ayahku seorang bisnismen yang jarang sekali berada di rumah. Ibuku, wanita karier orang paling sibuk dikeluargaku. Dia berangkat kerja paling cepat dan untuk pulang selalu larut malam. bahkan dihari libur aku jarang sekali bertemu mereka karena harus menghadiri acara-acara penting.
Semua itu berpengaruh besar terhadap diriku aku selalu kesepian dirumah. Tapi disekolah aku adalah anak yang, yahh bisa dikatakan mulut besar. Aku selalu tertawa untuk menutupi rasa kesepianku. Tapi itu terlalu cepat berakhir kami harus pulang kerumah masing-masing. Dengan berat hati aku harus pulang pulang kerumah yang nyaris tak berpenghuni.
Sekolahku telah usai. Aku lulus dari smp dengan predikat nilai sangat memuaskan. Bayangkan saja, aku berada diurutan ke 8 dari 288 siswa dengan NIM (33,4) uhuu. Oleh karena itu aku tidak akan malu membawa ijazahku ke sma-sma favorit dikotaku. Tapi ayahku hanya bisa melihat ijazahku hanya dari foto. Karena ayah harus menyelesaikan pekerjaanya di luar negeri. Waktu itu aku sempat berpikir, kenapa sih aku harus terlahir dikelarga yang kaya, kenapa sih ayah dan ibuku hanya memikirkan pekerjaan mereka, kenapa!.
"Aku harus menciptakan duniaku sendiri dan melakukan apapun semauku"
Sekarang aku sekolah jauh dari ayah dan ibuku. Tinggal dirumah kontrakan, menjalani hidup tanpa kemewahan namun tetap kesepian. Minggu pertama semua berjalan dengan lancar sampai akhirnya semua berubah menjadi...
* * *
