Tornado tak terduga

33 3 2
                                    

  Andi mondol sedang tertidur dengan posisi telinga tersumpal headset, ketika sebuah angin tornado merangkak dengan cepat ke arahnya. Pelan tapi pasti, hantu mengerikan itu mendekat dan melenyapkan benda-benda di dekatnya. Dalam hitungan detik, pusaran raksasa itu menyedot pria berambut jambul itu beserta gerobak kesayangannya. Ia sempat berputar-putar dalam waktu yang lama. Sebelum akhirnya terpental jauh ke luar angkasa bersama dagangannya.

Saat Mondol membuka mata, ia meloncat sejadi-jadinya. Ketika menyadari, segerombolan sosok bersorban dan memakai jubah sedang mengepung dengan tatapan kurang bersahabat.

"Dimana ini?" tanyanya polos.

Salah seorang yang terlihat paling tua menjawab dengan suara paraunya. "Planet Namex, ... kau boleh menyebutnya kuburan--untuk dirimu sendiri."

Mondol ketakutan setengah mati. Ia ingin sekali lari, namun sepertinya percuma. Akhirnya dia mencoba membual sebisanya. "Mohon maaf jika baru sempat memperkenalkan diri. Kalian boleh memanggilku Mondol ... Aku dari Planet Bumi," Ia ragu-ragu sebentar. "Kalian kenal Picolo?"

"Beliau Raja kami ..." sorak mereka.

"Sayang sekali dia sudah mati!!!" pekik Mondol.

"Jangan sembarangan bicara kau, Binatang busuk!!!"

"Kalian lihat itu," Andi menunjuk gerobaknya. "Mayat Picolo ada di dalamnya ..."

Kerumunan itu mulai mundur secara perlahan. Kali ini mereka sangat waspada dengan sosok di hadapannya--sama sekali tak mengira pria itu sedang membual.

"Kalian tidak perlu takut," ucapnya lagi, "aku hanya ingin membawa lelayu itu pada kalian. Bagaimanapun Picolo merupakan anak buahku yang paling rajin."

Ketua rombongan di depannya berkali-kali menelan ludahnya sendiri mendengarnya. "Te--terima kasih, Tuanku Mondol. Adakah yang dapat kami bantu saat ini? Yakinlah kami akan berusaha melakukannya--sesuai kemampuan kami."

"Ah, aku ingin membawa jenazah Raja kalian ke tempat yang layak. Carikan aku kendaraan terbaik di Planet ini."

Satu jam kemudian, seekor naga berwarna kelabu dengan ekor menjuntai sepanjang sepuluh kaki mendarat tepat di hadapan mondol. Kepakan sayapnya hampir saja menerbangkan gerobak berwarna biru muda di sampingnya. Dibantu para penghuni Namex, mondol berhasil memasang gerobak dipunggung sang Naga. Kini dia siap berkeliling angkasa memasarkan dagangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TUKANG BUBUR NAIK NAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang