Bismillahirrahmanirrahim
.
.
.
Suasana pagi yang berbeda dari biasanya, ketika mata terbuka yang dilihat bukan lagi guling, tak terasa bibirnya ikut tertarik. Tersenyum manis melihat betapa indahnya pemandangan yang begitu dekat. Terlalu dekat malah, wajah mereka hampir saja bersentuhan.
"Assalamu'alaikum, ibu peri." Tak ada respon dari orang yang kini masih asyik menyelami alam lain. Bukannya marah ia malah tambah gemas.
"Ibu peri, nggak mau lihat pangeran?" ia menoel pipi bulat itu gemas.
"Hem." Fia melenguh pelan, ia sebenarnya tak susah dibangunkan. Namun, entah kenapa hari ini sangat sulit membuka mata.
"Bangun yuk, udah subuh."
"Nanti, Sal." Ghazy mengeryit.
Sal? Salsa kah?
"Oh, dia mikir kalau yang bangunin Salsa," gumamnya.
Seketika ide cemerlang muncul dikepalanya, sepertinya Fia butuh pelajaran karena ia melupakan statusnya.
Cup!
Cup!
Cup!
Ciuman bertubi-tubi ia layangkan pada seluruh wajah Fia, dimulai dari kening, mata, hidung, pipi dan terakhir tentu saja si paling menggoda. Bibir Fia. Fia membuka matanya walau berat. Dan pemandangan yang baru saja netranya tangkap membuatnya terjungkal. Bahkan bangun secara tiba-tiba.
"AAAA. KAK GHAZY NGAPAIN?"
"Shobahul Khair, Zaujati." Dengan cengiran khasnya. Tak lupa dengan posisinya yang membuat Fia semakin bergidik ngeri. Ghazy berbaring menyamping tak lupa tangan kirinya menopang kepalanya.
"Kok kamu ada disini, bukannya di sofa?" Fia bergerak menjauh. Memindai seluruh tubuhnya dan bernapas lega saat melihat pakaiannya lengkap tak kekurangan apapun. Begitupun hijabnya yang masih melekat.
"Ya terus gue harusnya dimana?" bermaksud terus menggoda Fia yang tentu saja tak terbiasa dengan apa yang terjadi sekarang ini.
"Ya-ya kan harusnya kamu—"
"Hm?"
Pikirannya melayang bagaimana semalam terjadi perdebatan alot antara dirinya dan Ghazy.
Saat semua penghuni Ndalem telah berada di kamar masing-masing, sahabat Fia yang sejak tadi siang menyambutnya juga telah kembali ke asrama beberapa jam lalu. Tak tahan dengan Ghazy yang suka jahil dan terus mengejek mereka dengan menampilkan kemesraan di hadapan mereka. Kadang juga ikut menjodoh-jodohkan santri lain yang tentu saja ditolak keras oleh mereka, it uterus berlanjut hingga Kiyai Abdullah hadir di tengah mereka dan menegur cucunya.
Fia masih ingat sekali bagaimana Kiyai Abdullah menegur cucunya itu, "jangan seperti ilu, Le. Nggak baik memamerkan kemesraan pada orang yang belum memiliki pasangan. Jika nanti mereka ingin melakukan hal yang sama dengan yang kamu lakukan, mau tanggung dosanya?"
"Kan tinggal nikah Abiya. Kok ribet." Khas Ghazy sekali, jika diberitahu selalu saja ada jawaban.
"Pernikahan tak semudah itu. Kalau mau, langsung nikah. Banyak yang dipersiapkan."
"Dih, aku nggak ada persiapan apapun tuh. Diminta buat nikah ya nikah. Maka jadilah sekarang punya gandengan?" ia memamerkan tautan tangannya dengan Fia yang sejak tadi tak pernah mau ia lepas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Ghazy ✔
DiversosTakdir yang mempertemukan, takdir pula yang memisahkan. Tanpa ketaatan maka akan tersesat dijalan. "Kamu dan luka itu sama, terlalu menyakitkan." »»--⍟--«« Start : 05/08/2022 Finish : 31/01/2023 Copyright ©...