"Aruna kok diem aja sih dari tadi?" tanya Dion keheranan melihat Aruna yang diam saja sedari ia sampai di warung langganannya.
"Speechless aja gitu." Aruna menjawab dengan nada heran campur bingung.
"Kenapa? Kamu gak mau ya aku ajakin ke sini?"
"Bukan. Kak... Eh bukan maksud saya senpai ngajak saya tadi cuma buat nemenin makan?"
"Iya, kan kamu udah janji sama aku buat menuhin satu permintaanku." Dion mengingatkan Aruna tentang permintaan yang ia minta saat Aruna meminta tanda tangannya dan insiden Aruna (pura-pura) pingsan .
Aruna hanya mengangguk pasrah mengingat kelakuan bodohnya.
"Tapi kenapa harus saya?" Tanya Aruna tiba-tiba.
"Ya kebetulan saya lapar dan kamu punya utang janji ya kenapa nggak ngajak kamu sekalian." Jawab Dion santai sembari menyendokkan makanannya ke dalam mulutnya.
"Tapi disini enak kok makanannya, bersih pula tempatnya meskipun warung kecil."
"Coba deh nih bakwan tempenya enak banget, favoritku disini." Dion membagikan bakwan tempenya ke piring Aruna.
Aruna yang sebenarnya ingin mencakar muka Dion hanya perduli terhadap perutnya yang lapar sekarang.
"Waaahhh ini enak banget aseli." Aruna berteriak yang mengundang perhatian pembeli di warung tersebut. Dion yang duduk disebelah Aruna hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum.
"Enak kan? Mau tambah lagi?" Tawar Dion setelah melihat Aruna menghabiskan bakwan tempe yang ia berikan tadi.
"Boleh-boleh, sekalian tambah es teh satu ya senpai, banyakin es batunya soalnya aus." Jawab Aruna yang masih sibuk mengunyah makanannya.
===================================================================================
"Aduuuh kenyang banget, makasih ya senpai traktirannya. Bener-bener gak nyesel udah pura-pura pingsan soalnya diajakin makan, gratis pula hehe. Semoga gak kapok deh traktir saya lagi." Aruna nyengir kesenengan.
"Sama-sama, semoga kamu juga gak kapok saya ajak lagi."
Aruna kebingungan menerima helm yang disodorkan Dion.
"Yuk saya anter pulang, kamu gak bawa motor kan?"
Aruna menggeleng.
"Ayo, kamu mau sampai kapan berdiri disitu?" Dion menyadarkan Aruna dari kebengongannya.
================================
"Makasih senpai, hati-hati ya."
Duile Una Una, udah kayak pacar dia aja lu.
Dion tersenyum lalu mulai menstater motornya, perlahan motor Dion mulai menjauh dari pandangan Aruna.
"Cie, dianter siapa Una?"
"Astaghfirullah, kamu Yas ngagetin aja. Kirain ibu kos."
"Ibu kos lagi pergi kayaknya. Itu siapa Na?" Tanya Tyas penasaran.
"Cuma senior kok."
"Masa 'cuma' sih? Yakin gak lebih dari 'cuma senior'?" Tyas membuat tanda kutip dengan tangannya.
Aruna menoyor kepala Tyas dengan pelan karena gemas dengan Tyas yang mendadak kepo, lalu meninggalkannya masuk ke dalam kos. Padahal saat pertama kali bertemu dengannya Aruna pikir Tyas itu pemalu dan irit ngomong. Seminggu kemudian, persepsinya berubah dan Tyas bisa menjadi orang yang kepo banget.
Wah bahaya nih ckck. Bisa diledekin terus gue nanti sama Tyas.
================================
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kasih Kampus
Dla nastolatkówJadi anak kos, maba, adaptasi, homesick, jatuh cinta, sakit hati, individual, persaingan itu semua dirasakan Aruna saat resmi menjadi mahasiswa. "Mau pulang, kangen kasur kamar di rumah." - Aruna, maba gak tau apa-apa.